Ina dan Hanita yang sudah sampai diparkiran sekolah segera turun dari mobil dan menuju kelas mereka setelah emilik mobil mermarkirkan mobilnya. Perjalan mereka menuju kelas diwarnai dengan kesunyiaan dimana Ina yang biasanya banyak bicara sekarang menjadi pendiam setelah pertemuaan mereka dengan Randi tadi.
Hanita hanya menunduk melihat sahabatnya yang terlihat berbeda. Dimana yang biasanya sang sahabat cerewet ini terlihat sedikit pendiam dari biasanya hingga mereka sampai kelas dan duduk ditemat duduk mereka. Para murid lain sebagian sudah ada yang datang tidak seperti yang Hanita rasakan biasanya, ia selalu menjadi murid pertama yang datang dikelas memasak tapi karena dia dijemput sahabatnya maka ia harus berangkat lumayan siang.
Ina hanya meletakan kepalanya diatas meja dan entah mengapa dia saat ini malas berbicara. Ia yang biasanya cerewet nampak tidak mood berbicara karena pertemuaannya dengan Randi tadi. Entah kenapa pertemuaan dengan sang pria tadi membuat moodnya buruk dan karena lelaki itu, sahabatnya terluka walau pria tadi tidak melakukan apapun dan yang melukai sahabatnya adalah orang yang suka padanya tapi menurut Ina. Randi juga salah dalam hal ini kenapa dia harus mendekati Hanita padahal dia tahu bahwa fansnya bar-bar dan bisa dibilang gila karena akan melukai siapaun wanita yang dekat dengan dan sang pria hanya diam saja otomatis fansnya merasa tindakan mereka benar adanya.
Sementara Randa dan Randi yang baru saja sampai sekolah dan sudah memarkirkan mobil mereka memutuskan kekelas mereka tetapi pikiran Randi nampak tidak tenang karena sikap Ina yang tadi sedikit berbeda padanya. Sang kakak yang melihat adiknya pasti memikirkan sikap Ina yang tadi sedikit berbeda padanya memutuskan membuka suara saat masih diperjalanan menuju kelas mereka.
"Aku tau kau memikirkan sikap, Ina yang tadi sedikit berbeda padamu tapi saat ini jangan terlalu kau pikirkan dan lebih baik fokus pada pelaran kita nanti dan masalah ini kita bicarakan nanti setelah istirahat tiba!"
Randi mendengar ucapan kakaknya terlihat menyetujuinya dan membalas ucapan kakaknya dengan senyuman tulus.
Randa yang melihat adiknya tersenyum tulus padanya membalas senyuman tak kalah tulusnya. Tana mereka sadari mereka sudah sampai kelas mereka dan mereka segera sadar saat mendengar suara ribut dikelas mereka.
Sementara orang yang tidak menyukai Hanita dan tersangka yang melukai sang gadis terlihat mengikuti si kembar dengan hati-hati tanpa si kembar menyadarinya.
"Tidak gadis murahan itu tidak sahabatnya sama-sama membuat hidup, Randi tidak nyaman dan akan kupastikan mereka merasakan akibat telah melukai dan menyakiti orang yang aku sukai," seringainya.
Setelah mengatakan itu, gadis misterius tersebut meninggalkan tempat yang dia pakai untuk bersembuyi dan menuju kelasnya sendiri.
Dikelas bisnis Nafi yang melihat si kembar sudah datang segera mendatangi mereka untuk mengak berbicara karena sudah lama ia tak mengajak berbicara Randa dan Randi.
"Hai tiang dan mulut cabe," ucap Nafi sambil duduk dikursi depan mereka.
Randa memilih mengabaikan Nafi dan memutuskan mendengarkan musik dengan earhone ditelinga sambil menunggu guru datang dan tidak mau mendengarkan suara berisik dari mulut Nafi.
Sementara yang diabaikan nampak cemberut dan memilih menyapa Randi kembali.
"Hei, Randi kau tidak kangen berbicara padaku kah?"
Randi yang diajak biara oleh Nafi membalas ucapannya dengan mulut pedas yang melekat pada dirinya.
"Untuk apa aku kangen pada orang gila dan orang bodoh sepertimu tidak ada untungnya sama sekali."
Nafi yang mendengar ucapan pedas Randi langsung kesal dibuatnya.
"Dasar mulut setan dan kenapa aku bisa memiliki teman setan sepertimu. Mungkin dulu aku khilaf," ucap Nafi dengan kesal.
Randi yang mendengar ucapan Nafi sedikit pedas membalas ucapan sang teman tak kalah pedas lagi.
"Aku memang setan tetapi berguna dan juga pintar tidak sepertimu yan bodoh juga tidak ada gunanya sama sekali. Perlu kau ketahui memiliki teman sepertimu tidak ada artinya sama sekali untukku dan kau yang mendekati aku dulu. Jadi, kau harus ingat itu," ucap Randi dengan senyum palsunya.
"Apa kau bilang, mulut cabe?"
Saat mengatakan itu, Nafi sedikit emosi dan akan memukul Randi tetapi berhasil dihalangi oleh Shima yang kebetulan ada disamping Nafi.
"Merepotkan. Kau tidak usah terbawa emosi, Nafi kau kan sudah tau bagaimana sifat Randi," ucap Shima sambil menahan tangan Nafi.
Sementara orang yang akan dipukul tidak menghilang senyuman palsunya dari wajah tampannya.
"Hah, benar yang kau katakan Shima. Si mulut cabe memang seperti itu buat apa aku emosi karena perkataannya tetapi ucapannya memang membuat emosi kadang-kadang. Tuh mulut pas lahir kesambet setan mungkin," ucap Nafi meredam emosinya.
"Entahlah."
Mendengar ucapan singkat Shima membuat Nafi kesal kembali karena percuma dia berbicara panjang lebar kalau jawaban dari orang yang diajak berbicara hanya satu kata yaitu entahlah.
"Dasar kau ini sama saja menyebalkan seperti si mulut cabe percuma aku bicara padamu panjang lebar dan kau hanya membalas 1 kata yaitu entahlah."
"Merepotkan yang penting aku membalas ucapanmu."
"Dasar pemalas."
Percakaan mereka terhenti karena bel pertanda masuk berbunyi dan saatnya belajar-mengajar dilaksanakan.
Brettt..... brettt.... brettt....
Para guru memasuki kelas masing-masing dengan mata pelaran yang mereka emban dan setelah berada didalam kelas mereka segera memulai pelajaran dan juga menjelaskan kepada paraa murid agar mereka paham dengan pelajaran yang mereka emban.
Randa yang sudah melihat guru datang dan terlihat sudah menjelaskan pelajaran segera melepas earhone dari telinganya dan mendengar penjelasan sang guru.
Sedangkan Nafi yang belum sempat pindah kekursinya memutuskan bertukar tempat duduk dengan orang yang duduk dengan Shima daripada pas dia pindah akan dimarahi guru. Lebih baik ia bertukar tempat duduk saja biar lebih aman dan dia rasakan sang guru tidak menyadari pertukaran tempat duduk dan terlihat masih menjelaskan dan itu, membuat Nafi lega.
Para guru terus menjelaskan dan para murid terus mendengarkan dan ada saatnya para murid mengerjakan atau mencatat penjelaan yang diberikan parra guru. Bila disuruh mengerjakan soal adalah hal yang membuat Nafi sedih karena otaknya yang dibawah rata-rata dan untungnya dia duduk diantara orang-orang pintar dikelasnya. Disampingnya juara 3 dikelas dan dibelakangnya juara satu juga dua. Nikmat mana yang Nafi dustakan dikelilingi oleh orang-orang pintar disekitarnya. Maka dari itu, dia bisa mencotek ketiga temannya dengan hati-hati tanpa ketahuan guru dan ketiga temannya hanya bisa pasrah karena temannya ini memiliki otak dibawah rata-rata.
tbc...
Akhirnya sampai disekolahan. Dari chapter 18 atau 17 masih kisah dirumah dan diperjalanan baru chap ini sampai disekolahan. Maaf kalau ceritanya berputar-putar dan belum ada gregetnya karena yang bikin masih binggung mau diapain ini cerita karena yang biasanya aku diapk sebelah dah nemu ending ini belum nemu ending sama sekali dan masih muter-muter aja. Harap dimaklumi ya dan makasih udah ada baca.
Jadi, mohon dukungannya dengan cara vote atau entah namanya disini apa si vote itu dan jangan lupa kasih dukungan yang lainnya dengan nama apk disini karena aku orang baru diapk ini dan masih ngak ngerti sebutan-sebutan disini. Mohon bantuaanya ya semua!
Terimakasih
18/12/20
By:Miwa