Sementara dikediaman Nugraha terlihat nyonya Nugraha sedang memyiapkan sarapan untuk ketiga anak dan suaminya tana bantuan maid karena Sifa ingin menjadi ibu rumah tangga yang baik yang mengurus semua keerluan rumah tangga tanpa bantuan maid. Walapun dia sering lelah tetapi dia bersyukur ketiga anaknya dan suaminya bisa merasakan kasih sayang ibu serta istri tanpa kekurangan apapun.
Disisi lain sang kepala keluarga yang sudah bangun dari pagi sambil menikmati kopi buataan istrinya ditemani koran yang selalu menemani disaat menjelang pagi tiba. Bila kaliaan bertanya kenapa Sam tidak membantu sang istri untuk menyiapkan sarapan yang akan mereka makan nanti. Maka jawabannya adalah sang istri melarang karena Sifa pikir itu adalah tugas seorang istri menyiapkan segala keperluan keluarga seperti makan, belanja bulanan, memasak dan lainnya. Bila Sam terlihat membantunya maka sang nyonya besar akan memarahinya habis-habisan. Membayangkannya saja sudah membuatnya merinding.
Dikamar Randa tampak ia sudah bangun dari tidurnya karena alarm yang telah diseting oleh ibunya.
Jam menunjukan ukul 06.05. Randa segera bangun dari tidurnya dan setelah itu, menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang akan menuju sekolahan nanti. Baju sekolah dan segala perlengkapan yang akan dia gunakan nanti telah disiapkanya setelah selesai makan malam karena sang ibu selalu meneriakinya serta kakak juga adiknya untuk menyiapkan keperluan sekolah yang akan dia gunakan esok harinya.
Sama halnya dengan Randa. Taci yang sedang menikmati tidurnya terganggu oleh suara alarm yang sudah diseting ibunya. Masih setengah sadar dia mengambil handuk dikursi belajarnya dan menuju kamar mandi walau kadang menabrak tembok lumayan kencang serta alat yang ada dikamarnya.
Dikamar Randi. Nampak ia sudah bangun dari tidurnya dan sudah selesai bersiap tanpa perlu mendengar suara alarm dikamarnya karena dia memiliki kebiasaanya bangun pagi tetapi sang ibu selalu menyalakan alarmnya karena alasanya agar ketiga anaknya tidak merasa dibedakan.
Randi segera turun kebawah untuk sarapan bersama keluarga tanpa dipanggil oleh ibunya atau ditunggu oleh keluarganya karena acara bersiapnya.
Kembali ada Sifa dan Sam. Terlihat sang ibu yang sudah selesai dengan acara menyiapkan sarapan untuk keluarga dan sang ayah yang masih membaca koran paginya.
"Akhirnya selesai juga," uca Sifa dengan senang.
Sam yang melihat istrinya sudah selesai menyiapkan sarapan ikut senang karena pekerjaan menyiapkan sarapan untuk mereka telah usai.
Randi yang baru saja sampai dibawah segera mendudukan dirinya ditempat yang biasa dia pakai tak lupa menyapa ayah dan ibunya.
"Ohayo, Kaa-san dan Tou-san."
"Ohayou mo, Randi-kun," balas Sifa sambil tersenyum.
"Hn, ohayou mo Randi," balas Sam dengan wajah datar.
Setelah mendengar balasan sapanya dari ayah dan ibunya Randi segera mengambil ponselnya disaku sambil menunggu kedua kakaknya turun untuk menunaikan sarapan bersama.
Sifa kembali membuka suaranya dengan menanyakan kedua anaknya yang lain ada Randi.
"Dimana kedua kakakmu, Randi-kun?"
Randi yang tengah bermain ponselnya mengenhentikan sebentar bermain ponselnya karena mendengar ucapan ibunya.
"Seperti biasa, Kaa-san mereka mungkin masih bersiap dan paling sebentar lagi turun kebawah."
"Hem, benar juga yang kau katakan, Randi-kun."
"Iya, Kaa-san," ucap Randi kembali bermain ponsel.
Akhirnya orang yang mereka tunggu turun kebawah bergabung dengan mereka dimeja makan.
"Maaf lama semua," ucap Taci tak enak.
"Tak apa, Taci-kun," balas Sifa.
"Sudah biasa menunggumu begitu lelet kak karena kau kan sudah tua," ucap Randi pedas.
Taci yang dikatai tua oleh adiknya merasa tidak terima karena selisih mereka hanya dua tahun dan itu tua darimana.
"Apa kau bilang, Randi aku tua perlu kau ketahui kita hanya selisih 2 tahun garis bawahi itu, 2 tahun," kesal Taci.
"Tetap saja kau tua."
"Dasar kau adik dakjal."
"Memang dan aku bangga dengan sebutan itu."
"Kau."
Sebelum Taci melanjutkan ucapannya sang ayah terlebih dahulu menghentikan ucapannya.
"Sudahlah kalian ini, lebih baik kita makan dan melakukan aktivitas masing-masing!"
"Baik, Tou-san," ucap keduanya.
Sementara dikediaman Wijaya yang baru saja selesai dengan aktivitas sarapannya masih duduk ditempak duduk mereka untuk minum.
Hanita yang sudah selesai dengan minumnya serta bekal yang sudah dia masukan tadi sehabis selesai memasak segera menyampaikan maksudnya bahwa dia akan dijemput oleh Ina ada kakaknya.
"Kak nanti aku akan dijemput oleh, Ina."
Naji yang baru saja selesai dengan acara minumnya segera membalas ucaan Hanita.
"Tumben sekali dia menjemputmu karena apa?"
"Dia tau kemarin aku jatuh dari sepeda karena ceroboh dan maka dari itu, dia memutuskan untuk menjemutku agar kejadiaan seperti kemarin tidak terulang."
"Baiklah kalau itu maunya dan keputusan cukup baik karena kau biar tidak ceroboh seperti kemarin."
"Maaf, kak."
"Tak apa. Lain kali hati-hati."
"Iya, kak. Ya sudah aku duluan menunggu Ina digerbang rumah dan bekal kalian berada ditempat biasanya!"
"Iya, Hani. Hati-hati saat sahabatmu itu berkendara tidak perlu ngebut, sampaikan itu padanya ya!"
"Baik, kak," ucap Hanita sambil berlalu pergi.
Hanasi yang dari tadi diam nampak berpikir diotaknya bahwa Ina juga berpikir luka yang didapatkan oleh kakaknya ada hubungan dengan laki-laki yang saat ini dekat dengan sang kakak.
"Apa kak Ina merasakan apa yang aku rasakan bahwa luka yang didapat kak Hanita ada hubungannya dengan lelaki yang dekat dengannya selama ini," batin Hanasi.
Kembali ada keluarga Nugraha. Mereka terlihat sudah selesai dengan acara sarapan mereka dan tinggal melakukan aktivitas mereka lainnya.
Sang ayah yang kekantor, sang ibu yang membersihkan bekas makan mereka serta membereskannya dan ketiga anaknya yang menuju sekolah. Belum lagi Sifa membersihkan rumahnya dan aktivitas ibu rumah tangga lainnya.
"Aku berangkat dulu, Sifa," ucap Sam sambil mencium kening istrinya.
Sifa yang keningnya dicium oleh suaminya terlihat memejamkan matanya dan setelah itu membukanya saat ciuman dikeningnya dilepaskan oleh sang suami. Kemudiaan dia membalas ucapan suaminya.
"Ya, anata."
"Hn."
Setelah mengatakan itu, Sam segera keluar dari rumah untuk menuju kantornya diantar oleh supir pribadinya.
Sementara ketiga anak Sifa bergantian berpamitan ada ibunya dimulai dari Taci karena dia lebih tua setelah itu Randa baru Randi yang paling muda walau hanya beda 5 menit dengan saudara kembarnya tetapi tetap saja Randa lebih tua darinya dan harus didulukan.
"Taci berangkat dulu, Kaa-san," ucap Taci sambil mencium pipi ibunya.
"Ya. Hati-hati, Taci-kun!"
"Baik, Kaa-san."
Setelah mengatakan itu, Taci segera menuju parkiran mobilnya untuk mengambilnya kemudian berangkat menuju kampusnya.
Randa yang melihat kakaknya sudah pergi segera gantian berpamitan pada ibunya.
"Randa berangkat dulu, Kaa-san!" ucap Randa sambil mencium tangan ibunya.
"Ya. Hati-hati, Randa-kun!"
"Hn."
Sama seperti sang kakak. Randa pergi setelah berpamitan dengan ibunya untuk mengambil mobil dan setelah itu berangkat kesekolahnya.
Giliran Randi yang berpamitan dengan ibunya.
"Randi berangkat dulu, Kaa-san!" ucap Randi sambil memeluk ibunya.
"Ya. Hati-hati, Randi-kun."
Setelah mendengar ucapan ibunya Randi meleaskan pelukannya pada sang ibu. Kemudian baru membalas ucapan ibunya.
"Pasti, Kaa-san."
Randi melakukan hal sama yang dilakukan kedua kakaknya yaitu mengambil mobil dan berangkat menuju sekolahnya.
Sifa yang sudah ditinggal suami dan ketiga anaknya segera melakukan tugasnya menjadi seorang istri juga seorang ibu.
Sementara Hanita yang menunggu sahabatnya digerbang rumahnya lumayan lama melihat Ina sudah datang dengan mobil yang sering ia gunakan dan berhenti tepat disamingnya.
Hanita segera berjalan menuju kursi sebelah sahabatnya, setelah masuk kedalam mobil sang sahabat tak lupa memakai sabuk pengaman dan menutup pintu mobil kembali. Baru Ina menjalankan mobilnya kembali menuju sekolahan mereka.
tbc...
Kalau ada kata-kata Jepang memang ini setingnya dinegara Jepang walau katanya asal karena aku gak terlalu tau bahasa dan tempat disana. Jadi, harap dimaklumi ya.
Jangan lupa vote dan komen!
Terimakasih
16/12/20
By:Miwa