Pagi hari pun tiba. Saatnya Randa, Ina, Hanita dan Randi melakukan aktivitas mereka yaitu bersekolah tetapi sebelum sekolqh merwka sarapan terlebih dahulu untuk mengiai perut mereka yang keroncongan.
Dikediaman Nugraha.
Tampak Sifa masih menyiapkan sarapan untuk anak-anak dan suaminya dibantu pembantu dirumahnya. Sementara sang suami masih membaca koran paginya dan Taci anak pertamanya asik bermain ponselnya chating dengan pacarnya izami. Si kembar belum terlihat dan mereka masih bersiap-siap seperti mandi dan berpakaian seragam sekolah.
Ditempat Randi atau tepatnya dikamar sang pria. Nampak Randi yang sedang mengunakan seragam sekolahnya tanpa dia sadari ada yang mengintipnya dibalik jendela kamarnya.
"Kau begitu tampan, Randi dan memang pantas aku mencintaimu dan bersanding denganmu. Bukan gadis gagap seperti Hanita dan aku pasti akan menyingkirkannya dalam kehidupan kita."
????
Setelah mengatakan itu, wanita tersebut pergi begitu saja tidak lupa ia turun hati-hati karena kamar sang pria ada dilantai 3. Entah bagaimana dia bisa naik kelantai 3 dan tau kamar Randi.
Randi yang sudah selesai mengunakan seragam sekolahnya segera mengunakan sepatunya dan setelah selesai turun kemeja makan untuk sarapan bersama keluarganya.
Disisi lain yaitu kamar Randa tampak sang pria yang melihat kekaca sambil melamun.
"Aku harus melupakan, Hanita dan itu harus segera aku lakukan."
Randa berusaha melupakan Hanita karena ia tidak ingin bersaing dengan adiknya akan urusan cinta walaupun adiknya belum tentu mencintai gadis tersebut.
"Hanita kau memang wanita istimewa dan memang benar kau mudah dicintai orang. Randi benar memilihmu untuk dikejarnya dan aku hanya penganggu dalam hubungan kalian."
Randa masih melamun didepan kaca kamarnya walaupun ia sudah selesai dengan aktivitas berganti pakaiannya. Ia pikir melupakan Hanita adalah keputusan tepat dan juga dia hanya penganggu dari hubungan adiknya dan sang gadis. Saat sedang asik melamun tiba-tiba ponselnya berdering pertanda ada panggilan masuk.
Drttt.... Drttt..... Drttt....
Randa segera tersadar dari lamunannya setelah mendengar bunyi ponselnya. Kemudiaan ia mengambil ponsel yang ada disakunya dan melihat siapa penelponnya.
"Nomor tidak dikenal. Siapa yang meneleponku?"
Randa memilih mengangkat telpon tersebut agar tau siapa yang menelponnya.
"Hn, hallo?"
Orang yang menelpon Randa segera membuka suaranya setelah mendengar telponnya diangkat oleh sang pria.
"Randa, ini aku Ina."
"Hn, ada apa meneleponku dan kau tau darimana nomor ponselku?"
"Itu tak penting aku dapat darimana nomor ponselmu. Aku hanya menyapaikan bisakah kita berangkat bersama nanti. Kau jemput aku dirumahku dengan alamat jalan Sakura no 23."
Randa tampak heran kenapa Ina begitu kekeh mendekatinya dan sekarang menyuruhnya menjemputnya dan berangkat sekolah bersama.
"Untuk apa aku menjemputmu dan berangkat bersama denganku?"
"Aku mohon, Randa berangkat bareng denganku karena orangtuaku mau menjodohkanku bila tidak terlihat membawa lelaki."
Randa nampak tidak peduli dengan perkataan Ina dan rencana perjodohannya dengan lelaki pilihan orangtuanya.
"Maaf, Randa aku berbohong padamu sebenarnya aku hanya ingin dekat denganmu dan membuktikan cinta ini apakah melihat wajahmu atau cinta tulus dalam hatiku," ucap Ina didalam hati.
"Aku tidak peduli kau dijodohkan dengan pria pilihan orangtuamu dan kita juga bukan siapa-siapa."
Ina nampak kaget dan sedikit sakit hati mendengar ucapan Randa.
"Randa aki mohon kali ini bantulah aku!"
Randa yang mendengar ucapan Ina nampak sedikit kasian pada sang gadis.
"Hem, aku akan menjemputmu nanti."
"Benarkah."
"Ya, aku sarapan dulu."
"Baiklah, aku akan bersiap-siap mengunakan seragam sekolah dan sarapan."
"Hn."
Setelah mengucapkan itu, Randa mematikan sambungan telponnya.
Tuttt... Tutttt.... Tuttt....
Ina yang merasakan sambung telponnya diputuskan oleh sang pria nampak bahagia karena akhirnya ia lebih deket dengan orang yang dicintainya dan bisa membuktikan cinta yang dia rasakan cinta pada wajahnya atau cinta tulus.
"Aku sangat bahagia, Randa mau mejemputku."
Ina begitu bahagia Randa mau menjemputnya.
"Aku bisa lebih dekat dengannya dan bisa membuktikan cintai ini tulus atau hanya melihat muka tampannya saja. Hah, lebih baik aku segera bersiap agar Randa pas sampai dirumah dia tidak perlu menunggu."
Ina segera bersiap mengunakan seragam sekolah dan lainnnya. Setelah selesai ia turun kemeja makan untuk sarapan.
Sementara orang yang akan menjemput Ina sudah berada dimeja makan untuk bergabung makan bersama keluarganya yang telah menunggunya.
"Akhirnya kau turun juga, Randi kami sudah menunggumu dari tadi tau sampai mau mati kelaparan saking lamanya kau," ucap Taci sedikit kesal.
Randa segera duduk didekat saudara kembarnya sebelum menjawab ucapan kakaknya.
"Kau yang lemah menahan lapar saja sampai mau mati."
Mendengar ucapan Randa yang mengatainya lemah membuat Taci sedikit tidak terima.
"Hei, kau enak saja mengataiku lemah dasar adik laknat."
"Bukannya yang dikatakan kak Randa benar kalau kak Taci lemah masak menunggu sebentar saja sampai mati kelaparan."
Randi nampak membenarkan ucapan saudara kembarnya karena kakak pertamanya begitu lemah menurutnya.
"Ini si mulut cabe ikut-ikutan saja."
"Aku punya mulut dan memiliki hak mengeluarkan pendapat."
"Dasar punya dua adik sama-sama laknat."
Sifa yang melihat anak-anaknya bertengkar tampak tersenyum melihat pertengkaran mereka tetapi setelah itu, ia menghentikan pertengkaran mereka.
"Sudahlah kalian jangan bertengkar dan lebih baik kita memulai sarapan agar kalian bisa melakukan aktivitas sekolah nanti."
"Baik, ma," ucap mereka bertiga.
Dikediaman Wijaya tampak keluarga tersebut makan dengan tenang tanpa ada berdebatan seperti keluarga Nugraha.
Hanita yang sudah selesai dengan sarapannya segera berpamitan dengan orangtuanya yang kebetulan berada dirumah sebelum berangkat keluar negeri lagi nanti malam tak lupa ia berpamitan pada adik dan kakaknya juga.
"Ma, pa, Hanasi dan kak Naji aku berangkat duluaan ya!"
Putri selaku ibu Hanita menjawab ucapan anaknya terlebih dahulu.
"Hati-hati saat bersepeda dan jangan lupa bawa bekalmu!"
"Iya, ma."
"Hn, hati-hati putriku!"
"Iya, pa."
"Hati-hati, Hani dan kau harus hati-hati pada laki-laki buaya yang suka melirikmu."
"Iya, kakak aku akan hati-hati."
"Hati-hati kak Hanita."
"Iya, Hanasi."
Setelah berpamitan Hanita segera menuju tempat sepedanya berada dan setelah itu, berangkat menuju sekolahnya.
Perjalanan menuju sekolah ia warnai dengan nyanyiaan kecil dari bibir indahnya.
Manakala hati menggeliat
Mengusik renungan
Mengulang kenangan
saat cinta menemui cinta
Siapkah kah sang malam dan siang
seakan beradu
dapat aku dengar
Rindumu memanggil namaku
saat kau tak lagi disisiku
kutunggu dikeabadiaan
(cinta sejati: BCL)
Tak terasa ia sudah sampai disekolahanya saat ia sedang asik menyanyi kecil. Mengetahui sudah sampai disekolahnya ia segera menghentikan nyanyiaannya dan memasuki gerbang sekolah untuk memarkirkan sepedanya dan setelah itu, masuk kekelasnya.
tbc....
Yo, udah chapter 11 saja. Bagaimana menurut kalian chapter kali ini membosankan atau malah makin menarik. Miwa rasa kalian pasti bosan karena ceritanya masih belum ada gregetnya tapi Miwa harap kalian sabar menunggunya dan suka cerita ini.
Jangan lupa vote dan komen!
Terimakasih
8/12/20
By:Miwa