Chereads / Randi dan Hanita / Chapter 16 - 14

Chapter 16 - 14

Acara makan sudah selesai dan saatnya mereka kembali kekelas masing-masing karena sebentar lagi bel pertanda masuk akan berbuyi.

Nampak para gadis yang masih mwmbereskan bekal makanan dan sang pria menunggu mereka menyelesaikan bekerjaan beres-beres bekas makan yang mereka gunakan tadi.

Randa nampak memandang terus Hanita dengan tatapan kagum dan sedih karena harus melupakan gadis yang pertama kali membuatnya jatuh cinta.

Hanita yang merasa ada yang menatapnya melihat ketempat orang yang menatapnya. Setelah ia tau, dia segera membuka suaranya.

"Randa ada apa menatapku?"

Randa yang mendengar suara lembut sang gadis segera mengakhiri tindakan menatap Hanita.

Saudara kembarnya yang baru sadar kakaknya menatap orang yang akan dia dekati merasa sedikit cemburu.

"Tidak aku hanya kagum kau begitu hebat dalam memasak, Hanita."

"Emz, masih ada yang lebih hebat dari aku dan itu saja masih perlu banyak belajar biar masakanku lebih enak lagi."

"Masakan seenak itu kau masih bilang perlu banyak belajar."

"Iya, Randa karena memasak itu menurutku sulit."

Randa nampak tidak percaya akan ucapan sang gadis yang mengatakan masakan yang dia buat masih perlu banyak belajar.

Hanita yang sudah selesai dengan acara membereskan bekas makannya kembali membuka suara.

"Ina kau sudah selesai membereskan bekas makanmu belum?"

Ina yang dari tadi diam segera membuka suaranya.

"Sudah, Hanita mari kita kekelas!"

"Baiklah, Randa dan Randi mau barengan?"

Randi yang dari tadi diam segera membuka suaranya untuk membalas ucapan Hanita.

"Tidak kami disini dulu ada urusan yang akan kami selesaikan!"

"Baiklah kami duluan ya!"

"Oke."

Hanita dan Ina segera meninggalkan tempat tersebut untuk kekelas mereka.

Tinggal Randa dan Randi yang masih diatap sekolah untuk menyelesaikan urusan mereka tapi sebenernya sang kakak tidak tau urusan apa yang dimaksud adiknya.

"Ada urusan apa kita masih disini, Randi?"

"Kau ingin mendekati, Hanita?"

"Apa maksudmu berkata seperti itu? Aku sudaj bilang akan melupakannya dan tak mungkin aku mendekatinya."

Randi nampak mengepalkan tangannya untuk meredam emosinya.

"Tapi dari caramu mengajaknya bicara dan diam-diam menatapnya itu menunjukan kau akan mendekatinya."

"Memang aku tadi menatap dan mengajaknya bicara tapi tidak ada niatku untuk mendekatinya karena dia orang yang akan kau dekati."

"Aku entah bisa percaya ucapanmu atau tidak karena sikap dan tidakanmu berbanding terbalik dengan ucapanmu."

Randa sedikit tidak terima dengan ucapan adiknya harusnya sang adik tau melupakan cinta pertama itu susah.

"Kau egois, Randi selalu menuduh dan menyuruhku melupakan Hanita padahal kau tau melupakan cinta pertama itu susah."

"Kau yang tidak mau berebut wanita karena kita keluarga dan kau harus tau aku yang melihat, Hanita terlebih dahulu."

"Memang aku yang memilih mengalah darimu tapi kalau kau terus cemburu dan menyuruhku ini- itu sama saja kau egois."

"Aku tidak peduli kau anggap egois atau tidak karena orang kau sukai itu milikku dan aku tidak mau membaginya padamu."

Randa nampak meredam emosinya dan ia segera membalas ucapan adiknya setelah selesai meredam emosinya.

"Aku tidak akan berebut wanita padamu dan pasti aku mengalah untukmu karena kau adikku. Tapi kau harus memahami juga melupakan cinta pery itu susah dan kau harus memberinya waktu, jangan cemburu saja yang kau tinggikan."

Mendengar ucapan kakaknya entah mengapa membuat Randi sadar bahwa apa yang ia ucapan tadi salah.

"Maafkan aku, kak karena cemburu aku mengatakan seperti itu."

"Ya, tidak apa-apa. Tapi aku mohon padamu jangan cemburu terus padaku dan beri waktu untuk melupakan, Hanita!"

"Ya, aku akan berusaha tidak cemburu padamu dan memahamimu melupakan cinta pertama itu sulit."

"Terimakasih," ucap Randa sambil memeluk adiknya.

Randi yang dipeluk oleh kakaknya membalas pelukannya.

Beberapa saat kemudian mereka melepaskan pelukannya karena sadar sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.

"Ayo, kita kekelas adikku karena sebentar lagi bel masuk berbunyi," ucap Randa melepas pelukannya pada Randi.

"Baiklah, kak."

Setelah mengatakan itu mereka segera pergi dari atap sekolah untuk menuju kelas mereka.

Pemadangan pertengkaran antara Randa dan Randi tak luput dari pengawasan orang yang menyukai Randi yang kembali ketempat tersebut untuk mengawasi sang pria.

"Apa bagusnya wanita murahan itu, sampai si kembar merebutkannya dan karena dia juga si kembar bertengkar? Kau harus menerima akibatnya, Hanita karena sikap murahanmu mengoda si kembar hingga mereka bertengkar. Tunggu saja tanggal mainku!"

????

Setelah mengucapkan itu, si wanita misterius meninggalkan atap sekolah untuk menuju kelasnya.

Sementara Hanita dan Ina yang baru saja sampai kelas terlihat asik bercengkrama walaupun Ina yang mendominasi.

"Hani kenapa Randa memuji masakanmu terus apa dia suka padamu?"

"Eh, itu tidak mungkin Ina karena aku dan Randa baru saja kenal masak dia suka padaku."

"Aku juga bingung akan hal itu. Tapi dia terlalu memujimu dan jarang sekali dia memuji seorang wanita kalau wanita itu tidak spesial baginya."

"Itu perasaanmu saja mungkin, Ina."

"Entahlah, Hanita karena saat ini aku bingung suka pada Randa karena wajah atau sifatnya. Ditambah lagi sikap dia padamu yang begitu berbeda."

Hanita bingung mau membalas ucapan apa dari sahabatnya. Maka dari itu, ia memilih diam.

Ina menaruh kepalanya diatas meja sambil memikirkan perasaannya juga kejadian yang baru saja dia alami.

Sementara orang yang mereka bicarakan baru saja sampai kelas dan langsung duduk ditempatnya bersama Randi.

Beberapa saat kemudian bel masuk berbunyi dan mereka bersiap untuk pelajaran selanjutnya.

Brettt.... brettt.... brettt.....

Para guru langsung memasuki kelas masing-masing dan para murid yang melihat guru sudah datang dikelas mereka segera memasang sikap siap. Setelah itu, mendengarkan penjelasan guru yang sudah memulai pelajaran.

Para murid nampak konsen mendengarkan penjelasan guru walau kadang bosan menghadang mereka tetapi dienyahkan begitu saja karena penjelasan guru begitu penting bagi mereka dan terlebih itu sebuah ilmu yang bermanfaat buat mereka suatu saat.

Walaupun guru sering dibilang tanpa tanda jasa

tapi penjelasan dan arahan mereka

begitu penting bagi kita

dan kita seharusnya menghargainya

dengan cara mendengarkan penjelasannya

Walau diakui itu membosankan

dan kandang kala lelah menjalaninya

tetapi itu sangat bermanfaat

kelak pada diri kita

Terimakasih guru

kau begitu sabar hadapi kami

dan memaklumi kami

yang selalu memancing kesabaranmu

tetapi karena kegigihanmu

untuk mencerdaskan kami

kau dapat menuai hasilnya

saat nilai kami bagus dan lulus

dengan nilai sempurna

tbc.....

Bagaimana menurut kalian chapter ini, membosankan atau semakin menarik. Jawab dikolom komen, ya?

Terimakasih sudah mau membaca ceritaku karena tanpa kalian seorang penulis tidak disebut penulis kalau tidak ada yang membaca karyanya.

Jangan lupa vote dan komen!

Terimakasih

11/12/20

By:Miwa