Semua terasa indah bila kita bersama
Terasa duka saat kita berpisah
tetapi yang pasti memilikimu dalam hidupku sudah lebih dari cukup bagiku
Happy reading!!!
Hanita sudah bangun pagi-pagi untuk jadwal piketnya. Dia menuju kesekolah dengan sepeda walau dia orang kayak tidak membuatnya sombong dan menggunakan kendara mewah untuk menuju sekolahnya. Lagian jarak dari sekolahnya dan rumahnya tidak terlalu jauh. Maka, ia putuskan untuk menggunakan sepeda saja.
Hanita wijaya bersekolah disekolah yang cukup elit dan sekolah itu milik keluarga Nugraha. Sekolah dengan nama Nugraha high school adalah sekolah yang elit karena kebanyakan dari muridnya adalah orang berada. Maka, tak heran kebanyakan dari muridnya sombong.
Beberapa saat kemudian, Hanita telah sampai dikelasnya yaitu kelas sakura. Ia mengambil jurusan memasak karena ia bercita-cita menjadi seorang koki.
"Akhirnya aku sampai juga tinggal bersih-bersih saja."
Hanita mulai membersihkan kelas dengan semangat. Saat sedang membersihkan kelas tiba-tiba ada murid yang masuk dan tidak sengaja membuat lantai yang ia bersihkan kembali kotor.
"Maaf, aku baru membersihkan tempat ini. Bisakah anda membersihkan sepatu dulu!"
"Kau tinggal bersihkan saja tidak perlu mengaturku untuk membersihkan sepatuku. Memang kau siapa berani memerintahku?"
Hanita saat berbicara pada seseorang tidak berani mengangkat kepalanya dan ia selalu memilih menunduk.
"Bukannya aku lancang memerintahmu tapi kalau kelas bersih bukannya akan lebih nyaman dan juga indah."
"Hei, kau kalau berbicara dengan orang tatap matanya bukanya menunduk karena itu tidak sopan!"
Hanita mendengar suara orang yang dia ajak bicara segera mengangkat kepalanya.
"Maaf, bila menurutmu aku tidak sopan tapi aku memang begitu saat berbicara. Bisa dibilang pemalu."
Bukannya orang yang menyuruh Hanita mengangkat wajahnya membalas ucapan sang gadis malah terlihat terpesona oleh kecantikannya.
"Cantik. Siapa namamu?"
"Emz, Hanita wijaya."
"Aku Randi Nugraha."
"Salam kenal, Randi-kun tapi bolehkah Randi bersihkan sepatu dulu karena aku sedang piket!"
"Baiklah."
Randi meninggalkan kelas untuk membersihkan sepatunya agar masuk kekelas dalam keadaan bersih. Sedangkan Hanita melanjutkan tugasnya untuk membersihkan kelas.
Beberapa saat kemudian Randi telah selesai membersihkan sepatunya begitu pula Hanita yang selesai dengan urusan membersihkan kelas.
"Hai, kau baru sarapan, Hanita?"
"Emz, ya Randi-kun. Tadi aku belum sempat sarapan karena cepat-cepat untuk tugas piket."
"Apa itu yang memasak kau?"
"Ya, mau mencicipi masakanku?"
Sebelum membalas ucapan Hanita. Randi tampak bertanya terlebih dahulu.
"Bolehkah, aku mencicipinya?"
"Tentu. Ayo silahkan!"
Hanita menyodorkan makanannya pada Randi dan sang pria mulai mencicipi masakan sang gadis.
"Wow, ini sangat nikmat. Kau hebat dalam memasak."
Hanita yang dipuji merasa tersipu karena menurutnya masakannya tidak terlalu enak.
"Emz, itu aku masih perlu banyak belajar. Jadi, jangan terlalu memujiku!"
"Tapi aku berkata benar pantas saja kau ambil jurusan memasak. Ternyata masakanmu lezat."
"Bukannya, Randi-kun juga mengambil jurusan memasak, pasti masakanmu juga lezat."
Randi tampak tersenyum mendengar ucapan Hanita.
"Aku tidak mengambil jurusan memasak. Jurusan bisnis yang kuambil tadi kebetulan kesini untuk bersantai karena tempat ini cukup sunyi dan itu membuatku merasa nyaman."
Hanita tampak malu karena berpikir Randi sama jurusan dengannya dan ia selalu saja menunduk saat berbicara dengan lawan mainnya.
"Emz, maaf aku tidak tau kalau kita berbeda jurusan."
"Tidak apa kita juga baru bertemu untuk yang pertama kali dan mungkin ini takdir."
"Maksudnya?"
"Sudah jangan dipikirkan, aku kekelasku duluan dan terimakasih untuk makanannya."
"Sama-sama, Randi-kun."
Randi meninggalkan kelas Hanita untuk kekelasnya dan saat menuju kelasnya ia tersenyum bahagia.
Entah mengapa pertemuannya dengan Hanita menimbulkan getaran dihatinya. Dia juga tidak tau apakah itu disebut cinta atau rasa kagum akan kelembutan sang gadis, ia pun masih kurang mengerti.
Kembali pada Hanita.
Tampak Hanita yang membaca buku sambil menunggu teman-temannya datang. Ia selain murid rajin termasuk juga murid pintar, juara satu dikelas selalu ia dapatkan karena otaknya yang pintar.
Jangan lupakan wajahnya yang rupawan, sifatnya yang lemah lembut, baik, keibuaan dan pemalu menambah daya tariknya. Tak heran banyak wanita yang iri padanya tetapi Hanita tidak menyadarinya. Ia berpikir dirinya biasa saja tetepi orang-orang menganggapnya luar biasa.
Sementara Randi yang sudah sampai didalam kekelasnya nampak masih tersenyum dan orang-orang yang melihat itu menggap Randi kesurupan.
Nafi selaku teman Randi segera menanyakan ada apa dengan sahabatnya ini, hingga senyum-senyum sendiri seperti orang kesurupan.
"Hei, Randi setan gila mana yang berani merasukimu! Tuh setan nyari perkara kayaknya atau khilaf masuk tubuhmu."
Mendengar ucapan Nafi mau tak mau Randi menghentikan senyumannya.
"Hei, bodoh dari zaman zigot tidak mungkin setan berani merasukiku. Bukannya mengendalikanku dia malah suka padaku karena ketampanan ini. Harusnya dia merasukimu yang mukanya mirip dengan setan."
Mendengar ucapan Randi. Nafi tidak terima.
"Hei, pucat walaupun mukaku begini tapi aku memiliki pacar yaitu Safira. Sedangkan kau tampan tapi jomblo buat apa."
"Hah, kau tidak lihat fansku banyak. Sekali jentik bisa dapatkan pacar tetapi aku bukan lelaki playboy dan aku baru menemukan bidadari dan ia akan jadi kekasihku kelak."
Nafi kaget mendengar ucapan Randi dan bersyukur akhirnya temannya memiliki orang yang dicintai tetapi ia juga ragu apakah sahabatnya sudah mencintai gadis tersebut.
"Apa kau sudah mencintainya, Randi?"
"Aku juga belum tau, sudah mencintainya atau belum."
"Kalau kau belum yakin menjadikan dia kekasihmu."
Randi membenarkan ucapan Nafi sahabatnya. Bila hubungan dimulai dengan keraguan kelak akan berakhir dengan cepat dan ia tidak mau itu terjadi padanya.
"Benar juga ucapanmu. Tumben kau pintar biasanya bodoh dari zaman zigot. Kau habis minum obat gilamu kah dan itu membuatmu jadi pintar."
"Sialan, kau mayat dari dulu aku memang pintar tetapi pura-pura bodoh saja agar kalian tertipu."
"Hn, terserah orang idiot sepertimu," ucap Randi sambil berlalu pergi.
Nafi yang ditinggal Randi merasa kesal dengan sahabatnya tetapi itulah sifat sahabatnya yang memiliki mulut pedas.
Sementara Hanita yang sudah selesai membaca karena teman-temannya sudah datang memilih mendengarkan suara-suara teman sekelasnya sambil melihat diluar jendela.
Saat sedang melihat diluar jendala ada yang mengagetkannya dengan cara memanggilnya.
"Hanita."
"Astaga, Ina kau mengagetkanku saja."
"Habis kau pagi-pagi sudah melamun. Apa ada yang menganggu pikiranmu?
Ina adalah sahabat terbaik bagi Hanita karena sang gadis selalu ada untuknya dikala sedih ataupun senang.
"Tidak ada yang menganggu hanya saja tadi ada laki-laki yang mengajakku kenalan."
"Dia tampankah?"
"Aku juga tidak tau. Kau tau kan aku kalau berbicara pada orang selalu menunduk. Jadi, aku tidak terlalu memperhatikan mukanya tapi yang pasti namanya Randi Nugraha."
Mendengar nama Randi, Ina dibuat kaget dan ia segera memberi pengertian sahabatnya untuk menjauhi pria itu karena sang pria memiliki banyak fans dan takutnya bila mereka tau Hanita dekat dengan Randi akan ada yang menyakiti sahabatnya dan ia tidak mau itu terjadi.
"Hanita jangan kau dekati Randi lagi karena ia memiliki banyak pengemar dan aku tidak mau salah satu pengemar Randi menyakitimu."
"Emz, baiklah."
"Bagus."
Hanita hanya mengiyakan perkataan sahabatnya karena ucapan Ina pasti demi kebaikannya.
Apakah mereka akan saling mencintai walau diguncag banyak perbedaan?
Tbc.....
Terimakasih
18/11/20
By:Miwa