Guru Yuniko masih menjelaskan resep yang akan dikerjakan para murid nantinya dan tampak Ina yang bimbang masakanya akan enak atau tidak karena ia tidak terlalu jago memasak. Masakanya menurutnya biasa saja dan maka dari itu, ia merasa kurang percaya diri dengan masakannya. Ina memutuskan menawarkan Hanita mengerjakan tugas mereka bersama sambil minta diajari sahabatnya agar masakanya lebih enak dan dia bisa percaya diri.
"Stts, Hanita."
Merasa ada yang memanggilnya Hanita segera melihat orang yang memanggilnya.
"Ada apa, Ina," bisik Hanita.
"Nanti mau kerja kelompok denganku tidak untuk mengerjakan tugas memasak sambil kau ajari aku memasak lebih enak?"
"Masakanmu sudah enak, Ina kenapa harus aku ajari."
"Aku kurang percaya diri, Hanita. Jadi, aku mohon ajari aku ya," ucap Ina memasang wajah memelas.
Hanita yang melihat wajah sahabatnya tidak tega jadi dia menuruti kemauaanya.
"Baiklah, nanti kita mengerjakan tugas bersama."
Ina merasa senang karena sahabatnya menuruti kemauannya dan ia langsung memeluk sahabatnya sebagai tanda terimakasih.
Guru Yuniko yang melihat Ina dan Hanita ngobrol disaat penjelasannya menegur mereka.
"Ina dan Hanita jangan ngobrol disaat saya menjelaskan pelajaran kalau mau ngobrol silahkan keluar dari kelas saya!"
Hanita dan Ina merasa tidak enak dengan guru Yuniko karena obrolan mereka tadi.
"Maaf, Bu. Kami tidak akan mengulanginya lagi," ucap mereka berdua.
"Baik, kali ini saya maafkan dan jangan diulangi lagi!"
"Baik, bu," ucap mereka kembali.
Guru Yuniko kembali menjelaskan resep makanan dan Hanita juga Ina mendengarkan penjelasan sang guru.
Sementara Randi yang mendengarkan penjelasan guru dengan seksama terganggu oleh panggilan kakaknya.
"Hei, pucat."
"Ya, ada apa?"
"Kau pintar juga milih gadis. Gadis yang kau pilih cantik dan menarik."
Randi sedikit kesel mendengar ucapan kakaknya karena mengatakan Hanita menarik. Apakah kakaknya ikut tertarik pada Hanita.
"Kakak tertarik dengan, Hanita?"
"Aku akui iya tapi dia sudah kau incar, mana mungkin aku menikung incaran adikku sendiri."
"Benarkah."
"Ya, berjuanglah untuk mengetahui kau suka dia atau cuma kagum dan jaga dia dari fansmu."
"Pasti."
Randi merasa senang kakaknya memilih mundur karena ia tak mau berebut wanita yang sama dengan kakaknya.
"Aku sedikit menyukai, Hanita pada pandangan pertama Randi tapi aku akan hilangan rasa itu demi kebahagiaanmu," batin Randa.
Waktu terus berjalan dan para murid silih berganti guru disaat pelajaran guru lain selesai dan tiba waktukya untuk pulang kerumah masing-masing. Para siswa meninggalkan sekolah setelah guru keluar dari kelas mereka. Dikelas tinggal Hanita dan Ina yang masih membereskan peralatan sekolah mereka.
Ina memutuskan langsung menuju rumah sahabatnya agar segera selesai tugas memasaknya dan ia bisa mengerjakan tugas yang lain. Dia menunggu sahabatnya yang belum selesai membereskan alat tulisnya.
Beberapa saat kemudian, Hanita sudah selesai membereskan alat tulisnya dan sang gadis segera mengajak Ina untuk pulang bersama.
"Ayo, Ina kita pulang! Kau bawa saja mobilmu karena aku bawa sepeda."
"Kau tidak bareng denganku saja. Sepedamu bisa dialmbil supirmu nanti."
"Tidak perlu, Ina karena aku tidak mau merepotkan supirku. Kasian dia sudah capek mengantar Hanasi."
"Okelah kalau begitu. Mari kita pulang!"
"Ya."
Hanita dan Ina meninggalkan kelas mereka untuk menuju parkiran. Saat akan menuju parkiran tanpa sengaja berpapasan dengan Randa dan Randi yang baru saja keluar dari kelas.
"Eh, Randa yang tampan baru saja keluar kelas, ya. Capek tidak aktivitas belajarnya tadi. Kalau capek aku bisa memijatimu."
Randa yang diserbu banyak pertanyaan oleh Ina memilih mengabaikannya dengan berlalu pergi.
Ina yang melihat Randa pergi sedikit kesal tetapi mengikuti sang pria.
Sementara Hanita dan Randi yang ditinggal sendiri oleh mereka tampak canggung karena tinggal mereka berdua disekolah.
"Emz, aku duluan ya, Randi."
Randi yang mendengar ucapan Hanita yang canggung memutuskan membuka suaranya.
"Tak perlu canggung, Hanita kau seperti bicara dengan siapa saja."
"Emz, oke Randi. Baiklah aku duluan, ya!"
"Kenapa tidak bareng saja menuju parkiran?"
Mendengar tawaran Randi. Hanita merasa tida enak untuk menolaknya dan akhirnya ia mengiyakan tawaran sang pria.
Perjalanan menuju parkiran diwarnai dengan kesunyiaan tanpa ada yang membuka suara. Hingga saatnya mereka berpisah menuju parkiran masing-masing karena Randi mengunakan mobil sedangkan Hanita sepeda.
Randi yang menyadari sang gadis berjalan berbeda arah dengannya memutuskan mengikuti Hanita.
Hanita yang merasa sang pria mengikutinya memutuskan bertanya kepada Randi untuk apa mengikutinya.
"Randi-kun mengapa mengikutiku? Aku akan menuju parkiran sepeda memang kau juga menggunakan sepeda?"
Randi sudah menebak Hanita menggunakan sepeda karena ia sudah hafal parkiran disekolahnya dimana saja dan untuk apa.
"Tidak. Aku hanya mengantarmu menuju parkiran dengan selamat karena keselamatanmu adalah kewajiban bagiku."
"Kewajibanmu karena apa?"
"Karena gadis cantik sepertimu takutnya akan ada yang terpesona nantinya."
Mendengar ucapan Randi membuatnya merona dan ia kembali berjalan menuju parkiran untuk menyembunyikan rona diwajahnya. Sedangkan Randi mengikuti sang gadis menuju parkiran dari belakang.
Setelah sampai diparkiran Hanita segera mengambil sepedanya dan berpamitan dengan Randi tidak lupa mengucapkan terimakasih sudah mengantarnya.
"Randi terimakasih sudah mengantarku dan aku duluan, ya!"
"Sama-sama, Hanita dan hati-hati."
"Ya, Randi juga."
"Hn."
Hanita mengayuh sepedanya meninggalkan Randi dan yang ditinggalkan segera menuju parkiran mobil agar ia juga bisa pulang kerumahnya.
Diperjalanan menuju rumahnya, Hanita masih saja merona akan ucapan demi ucapan Randi dan entah mengapa hatinya sedikit bergetar.
"Ada apa denganku, kenapa hati ini bergetar akan ucapan dan perilaku Randi? Apa aku mulai menyukainya? Tapi tidak mungmin karena kita saja baru kenal masak aku sudah suka dia. Mungkin memang sifat Randi begitu dan aku tidak pantas terbawa perasaan."
Hanita merasa tidak pantas terbawa perasaan oleh perilaku Randi padanya karena mungkin saja sifat sang pria begitu dan dia saja yang baperan.
Sementara Randi yang baru saja sampai mobilnya dan masuk kedalamnya. Kemudiaan ia melajukan mobilnya menuju kediamaanya dengan senyuman diwajah tampannya.
"Aku bahagia sekali atas pertemuaan tidak sengaja kita, Hanita karena pertemuaan itu membuatku mengenalmu. Gadis yang baik dan pemalu tetapi memiliki daya tarik tersendiri," senyum Randi.
Pertemuaan tidak sengaja yang membuat
ada getaran didalam hati mereka
tetapi mereka ragu dengan perasaan itu
karena perkenalan yang singkat menurut mereka
Akankah akan itu cinta atau kekaguman semata?
Tunggu kelanjutannya!
Cinta datang tiba-tiba tanpa kita sadari
Itulah cinta
yang bisa datang tiba-tiba dan bisa
hilang juga dengan tiba-tiba
tinggal kita lihat nanti
cinta itu bertahan atau malah pergi
Tbc.....
Bagaimana ceritanya pasti membosankan nya, wkwkwk itu mah pasti.
Hehehe, maaf kalau ceritanya membesarkan karena emang bikin alur yang tidak membosankan itu susah.
Jangan lupa vote dan comment!
Terimakasih
20/11/20
By:Miwa