Waktu istirahat pun tiba, saatnya anak-anak mengisi perut mereka yang keroncongan karena pelajaran yang menguras,pikiran mereka tetapi tidak dengan kelas memasak. Mereka tidak perlu membeli makanan karena tugas memasak dari guru Yuniko bisa mereka makan, itung-itung hemat uang jajan juga.
Tampak kelas memasak yang biasanya sepi menjadi ramai karena anak-anak dikelas tersebut makan masakan mereka. Ada beberapa ekspresi pada saat mereka makan. Ada yang tampak keasinan, kemanisan, kepedesan dan ada yang sangat menikmati masakan mereka.
Ina dan Hanita yang akan makan masakan mereka memilih keluar dari kelas yang begitu ramai menurut mereka. Ina segera membukan suaranya.
"Keatap sekolah saja yuk, Hanita? Sekalian apel Randa pasti dia disana."
"Baiklah, Ina. Kau ini modus saja disaat sepeeti ini."
"Tidak apa-apa kan lumayan bisa mendekati, Randa untuk membuktikan aku cinta dia atau tidak."
"Iya, deh iya."
Hanita dan Ina segera meninggalkan kelas dan menuju atap sekolah.
Tampak Ina yang sangat senang menuju ketempat tersebut karena akan bertemu Randa orang yang akan dia dekati.
"Aku tidak sabar bertemu, Randa. Ayo, kita cepat-cepat menuju atap sekolah, Hanita!"
Hanita tampak tersenyum mendengar ucapan Ina yang begitu semangat untuk menemui Randa. Ia kagum dengan sahabatnya yang ingin membuktikan bahwa dia mencintai Randa dengan cara mendekatinya.
Saat sudah sampai didepan pintu atap sekolah, Ina segera membuka pintu tersebut dan melihat sekitar. Saat sudah menemukan orang yang dia cari, ia langsung berlari menuju tempat orang tersebut.
"Randa, mari makan bersama!"
Randa yang telah menguyah makannya sambil melihat langit yang menurutnya indah terganggu oleh suara Ina.
"Ck, berisik sekali seperti nenek lampir," kesal Randa.
Ina yang mendengar itu, tampak cemberut atas ucapan Randa.
"Jahat sekali kau, Randa mengucapkan kata seperti itu untuk gadis cantik sepertiku."
Randa yang mendengar ucapan Ina nampak tidak peduli dan memilih melanjutkan makannya.
"Hah, selalu saja tidak dipedulikan. Walaupun begitu, makanlah sedikit masakanku."
Randa makin kesal dengan permintaan Ina tetapi bila dia menolak pasti wanita disampingnya akan terus mengoceh tanpa rasa lelah tetapi dia tidak yakin memakan masakan gadis tersebut karena pasti itu, tidak enak.
Sedangkan Hanita yang dari tadi diam memilih duduk disamping Randi dan setelah itu membuka suaranya.
"Cicipi saja, Randa masakan Ina enak kok. Dia dapat nilai kedua tertinggi setelah aku dan pasti masakannya dijamin enak.
Mendengar ucapan Hanita. Randa langsung menuruti kemauannya.
"Baiklah, aku akan mencoba masakanmu."
Mendengar ucapan Randa membuat Ina begitu bahagia. Dia langsung mengambil sendok makan yang sudah dia isi makan yang ia masak dan langsung menyuapi Randa.
Randa yang melihat Ina menyuapinya. Mau tak mau membuka mulutnya.
Sementara Hanita yang melihat kemesraan sahabatnya dan Randa tampak tersenyum.
Randi yang melihat itu, segera membuka suaranya.
"Kau tidak ingin suapi aku seperti Ina dan kakakku, Hanita?"
Mendengar ucapan Randi. Hanita segera membuka bekal makanannya dan mengisi sendok didalamnya dengan makanan. Setelah itu, menyuapi sang pria dengan wajah merona.
Terjadilah aksi suap-suapan dari setiap pasangan walau wanita yang menyuapi mereka setelah itu baru mereka makan.
Kembali pada Randa dan Ina. Tampak sang gadis yang penasaran rasa masakannya menurut sang pria.
"Bagaimana masakanku, Randa? Enak atau tidak? Pasti enaklah orang aku masak bersama, Hanita si ahli memasak."
Mendengar ucapan Ina. Randa kagum dengan Hanita yang pandai memasak pasti memiliki istri sepertinya adalah anugerah. Pantas saja masakan orang yang menyuapinya enak ada yang mengajarinya ternyata.
"Hem, lumayan enak. Kalau masakan Ina begini sudah lumayan enak apalagi masakanmu, Hanita. Bolehkah aku mencicipi masakanmu?"
Mendengar ucapan Randa. Hanita segera berbalik arah melihat sang pria dan gantiaan menyuapinya.
Melihat Hanita menyuapinya Randa segera membuka mulutnya. Setelah merasakan masakan Hanita, ia merasakan rasa yang luar biasa enak. Memang benar bila memiliki istri seperti Hanita adalah anugerah.
"Ini sangat enak, Hanita. Kau memang calon istri yang baik."
Mendengar pujian Randa membuat Hanita merona akan ucapannya.
Sementara Randi yang mendengar ucapan kakaknya sedikit kesal akan ucapannya.
Sama halnya dengan Randi. Ina juga sedikit kesal dengan ucapan Randa tetapi dia juga kaget mendengar ucapan sang pria yang dalam kata gombal.
"Wah, ternyata Randa bisa gombal biasanya dingin."
Mendengar ucapan Ina. Tiga orang yang ada disitu menunjukan ekpresi yang berbeda. Tampak Hanita yang makin merona setelah mendengar ucapan Ina. Tampak Randi yang makin kesal mendengar ucapan Ina dan tampak Randa yang tidak mempedulikan ucapan gadis disampingnya.
"Tapi syukurlah, Randa bisa gombal berarti kelak aku bersama dengannya dia tidak memasang wajah datar terus," senyum Ina.
Randa yang mendengar itu, nampak geli dengan kepercayaan diri, Ina yang dia tau itu hanya mimpi dari sang gadis dan tidak mungkin mereka bersama.
Itu kata Randa tetapi kita tidak tau kedepanya.
Hanita kembali membuka suaranya yang lebih banyak diam dari tadi.
"Lebih baik kita lanjutkan makannya karena bentar lagi bel masuk akan berbunyi! Randi-kun dan Randa masih ingin mencicipi masakanku?"
"Sudah kau saja yang makan, kami masih punya makanan yang kami beli dikantin tadi," ucap mereka berdua bersama.
Randa dan Randi yang kaget karena ucapan mereka sama dan itu barengan sedikit terkejut tetapi mereka segera enyahkan rasa terkejut itu dan kembali memasang wajah datar.
"Oke, aku lanjutkan makanku," ucap Hanita kembali menunduk.
"Randa, mau makan masakanku lagi?" tanya Ina.
"Tidak."
"Oke."
Pada akhirnya kesunyiaan melanda mereka berempat hanya suara sendok yang tanpa sengaja menyenggol tempat makan para gadis dan suara plastik dari makanan para pria.
Beberapa saat berlalu dan bel pertanda masuk berbunyi.
Bret..... Bret... Bret.....
Hanita, Randa, Ina dan Randi segera membereskan bekas makan mereka yang sudah selesai mereka makan isinya dan tak lupa minum. Kemudiaan menuju kelas mereka.
Ina dan Hanita meninggalkan atap sekolah untuk menuju kelas mereka diikuti Randa dan Randi dibelakang mereka.
Mereka menuju kelas diwarnai dengan suara Ina yang ngobrol dengan Hanita. Memang diantara mereka bertiga Ina orang yang paling banyak bicara.
"Hei, Hanita kapan-kapan kita memasak bersama lagi, ya agar masakanku semakin enak seperti masakanmu."
"Baiklah, Ina tapi masakanku enak kok. Buktinya nilaimu nomor 2 paling tinggi setelah aku."
"Itu saja kau yang ajari aku hingga nilaiku bagus dan dapat nilai tinggi walaupun lebih tinggi dirimu. Kau memang ahli memasak, Hanita."
Mendengar pujian Ina membuat Hanita merasa tidak seperti yang dikatakan sahabatnya.
"Aku tidak seperti itu kok, Ina."
"Kau selalu saja merendah, Hanita."
Hanita hanya tersenyum membalas ucapan sahabatnya.
Pada akhirnyw mereka sadari saatnya mereka berpisah menuju kelas masing-masing.
Ina kembali membuka suaranya.
"Kami duluan ya, Randa dan Randi!"
"Hn," jawab mereka berdua.
Akhirnya mereka menuju kelas masing-masing dan setelah sampai dikelas mereka segera duduk ditempat mereka.
Tbc...
Jangan lupa vote dan comment!
Terimakasih
23/11/20
By:Miwa