Waktu pulang pun tiba. Para murid berhamburan keluar kelas setekah guru keluar dari kelas mereka. Waktu pulang adalah wajtu yang ditunggu para murid setelah istirahat karna nereka bisa mengistirahkan pikiran yang lelah sehabis belajar walaupun dirumah cuma sekedar tiduran dirumah atau melakukan aktivitas yang lainnya.
Tampak Hanita dan Ina yang masih berkemas dan pastinya mereka memilih pulang terakhir agar parkiran tidak terlalu ramai dan mereka tidak perlu berantriaan mengambil kendaraan mereka.
"Hanita, sudah selesai belum?"
"Sebentar lagi, Ina kalau kau mau duluaan. Aku tidak apa-apa kok."
"Walaupun kau sedikit lamban dalam membereskan barang sekolahlahmu. Aku akwn tetap menunggumu karena aku tidak akan membiarkan dirimu dikelas sendirian. Kau itu, sahabatku dan sepantasnya saling menjaga satu sama lain."
Hanita terharu mendengar ucapan Ina dan ia bersyukur memiliki sahabat sepertinya.
"Terimakasih, sudah menjadi sahabatku, Ina."
Ina tersenyum mendengar ucapan kakaknya dan merasa sahabatnya seperti siapa saja mengantakan hal itu.
"Hehehe, kau ini adalah sahabatku dan tak perlu kau ucapkan terimakasih kan itu gunanya sahabat selalu ada untuk kita dan menjaganya."
Hanita ikut tersenyum mendengar ucapan sahabatnya.
"Semoga kita selalu menjadi sahabat selamanya tanpa ada yang memisahkan."
"Amin, pasti itu Hanita kita tidak akan ada yang memisahkan."
"Bolehkah aku memelukmu, Ina?"
"Kau ini dengan siapa aja ngomong gitu kalau mau peluk ya tinggal peluk," ucap Ina sambil merentangkan tangannya.
Hanita yang melihat Ina merentangkan tangannya segera memeluk sahabatnya yang sangat berharga untuknya setelah keluarganya.
Saat sedang asik berpelukan, tiba-tiba Randa dsn Randi masuk kekelas mereka dan otomatis melihat kedua gadis tersebut yang sedang berpelukan. Randi yang mulutnya pedas macam cabe rawit itu membuka suaranya dengan ucapan yang selalu menyakitkan.
"Hei, nenek lampir lepaskan Hanita dari cengkraman iblismu! Kau tidak sadar bahwa hawa iblismu membawa dampak negatif bagi bidadari seperti Hanita."
Ina yang mendengar ucapan yang diketahui Randi segera melepas pelukannya pada Hanita dan membalas ucapan sang pria yang minta disembelih.
"Hei, pucat seperti mayat hidup kau iri kan tidak bisa memeluk Hanita seperti yang aku lakukan. Dasar akhlak dan aqidah yang tidak dibawa dari zaman orok begitu jadi mulutnya dari zaman brojol tidak diruqiyah."
Randi menanggapi ucapan Ina yang lumayan menyakitkan dengan ucapan yang tak kalah menyakitkan.
"Kenapa kalau akhlak dan aqidahku lupa dibawa yang penting wajahku tampan. Tidak sepertimu yang seperti nenek lampir dan mau mendekati kakakku yang tampannya luar biasa dan tidak mungkin kau gapai."
Ina yang mendengar ucapan Randi dibuat kesal akan ucapannya.
"Dasar mulut dakjal," ucap Ina sambil memukuli dada Randi.
Randi yang dipukuli hanya memasang wajah datar karena pukulan sang gadis yang tidak sakit sama sekali.
Sementara Hanita yang baru saja selesai dengan acara membereskanya nampak tersenyum melihat dan mendengar pertengkaran sahabatnya dengan Randi.
Tanpa Hanita sadari senyumannya dilihat oleh Randa yang tampak semakin terpesona oleh sang gadis.
"Cantik dan menarik. Bagaimana bisa aku lupakan gadis sepertimu, Hanita tetapi bila aku tidak melupakanmu sama saja harus bersaing dengan Randi dan itu tidak bagus untuk hubungan persaudaraan," batin Randa.
Kembali pada Ina dan Randi yang masih bertengkar tampak sang gadis yang kelelahan memukuli sang pria dan yang dipukuli tidak merespon sama sekali.
"Hah.... hah.... hah.... Aku lelah memukulimu, mayat dan kau tidak merespon sama sekali."
Randi yang sudah tidak dipukuli segera membuka suaranya.
"Kau tadi memukulku kah, kenapa tidak ada rasanya atau kau cuma mau dekat-dekat denganku? Tapi maaf kau bukan tipeku."
Mendengar ucapan Randi yang begitu percaya diri sendiri membuatnya merinding.
"Hei, mengelikan sekali perkataanmu tadi. Aku tidak sudi dekat-dekat dengan orang bermulut cabe sepertimu. Lebih baik aku mendekati saudaramu yang lebih mempesona darimu."
Randi yang tampak diejek oleh Ina hanya memasang wajah datar kembali.
"Dasar nenek lampir tidak berguna."
Mendengar ucapan Randi membuat Ina akan membalas ucapan sang pria tetapi dihentikan oleh Randa.
"Kau."
"Sudahlah kalian berdua! Memang kalian mau disini terus dan tidak ingin pulang?"
Randi dan Ina segera menghentikan pertikaan mereka dan tampak sang gadis mendekati Randa.
"Randa mari kita pulang bersama walau aku bawa mobil kita bisa jalan bersama!"
Randa tampak mengabaikan Ina dan memilih pergi begitu saja.
Ina yang melihat itu, segera menyusul Randa yang sudah meninggalkannya.
"Randa, tunggu aku!" ucap Ina sambil mengejar Randa.
Randa yang diikuti oleh Ina nampak semakin tidak peduli akan tindakan sang gadis.
Tinggal Hanita dan Randi yang berdiam diri tanpa ada yang membuka suara. Tapi setelah itu, ada yang membuka suaranya.
"Hanita mari aku antar keparkiran untuk mengambil sepedamu!"
"Baiklah, Randi-kun."
Randi dan Hanita berjalan beriringan tampak sang gadis yang menunduk karena itu, memang kebiasaannya.
Disaat menunduk tampak Hanita yang tidak memperhatikan jalan hingga tidak menyadari bahwa ia dibelakang Randi.
Randi yang melihat Hanita dibelakangnya segera menghentikan jalannya.
Sementara Hanita yang masih menunduk tidak menyadari Randi menghentikan langkahnya dan tanpa disadari sang gadis menabrak dada Randi. Ia kehilangan keseimbangan dan akan jatuh tetapi ada sebuah tangan yang menariknya juga meletakannya dipinggang Hanita.
Hanita yang merasa akan jatuh menutup matanya tetapi tidak merasakan sakit ditubuhnya . Ia membuka matanya dan tau bahwa Randi menolongnya agar tidak terjatuh dan terjadilah aksi saling menatap satu sama lain.
Aksi tatap-tatapan mereka lumayan lama tanpa ada yang ingin mengakhiri. Tampak mereka begitu romantis layaknya sepasang kekasih yang ada didrama Korea. Dimana sang pria yang tidak tida membiarkan sang gadis jatuh dan langsung menangkap gadis itu, agar tidak merasakan sakit pada badannya.
Hingga akhirnya salah satu dari mereka mengakhiri acara saling bertatapan karena tersadar akan dunia nyata.
"Emz, Maaf Randi-kun membuatmu repot-repot menangkapku karena keteledoran yang kuperbuat," ucap Hanita sambil melepaskan pelukan Randi.
Randi yang merasakan Hanita melepaskan pelukannya darinya segera menjawab ucapan sang gadis.
"Tidak perlu minta maaf memang seharusnya aku menolongmu yang akan jatuh karena bila kau jatuh tubuhmu akan merasakan sakit dan aku tidak mau kau kesakitan karena itu, membuatku sedih."
Hanita yang mendengar ucapan Randi nampak merona dibuatnya. Entah mengapa ia, selalu merona mendengar ucapan sang pria.
Randi yang melihat itu, nampak tersenyum melihat rona merah diwajah Hanita.
"Ya sudah, lebih baik kita menuju parkiran agar kita bisa sama-sama pulang kerumah masing-masing."
"Emz, baiklah."
Randi dan Hanita segera melanjutkan perjalanan mereka menuju parkiran tanpa ada percakapan lagi diantara mereka hingga sampai diparkiran tempat sepeda sang gadis berada.
"Randi, terimakasih sudah mengantarku dan aku duluaan!"
"Ya, Hati-hati."
"Emz, Randi-kun juga hati-hati."
Hanita segera menaiki sepedanya dan mengoesnya untuk pulang kerumahnya dan Randi yang melihat sang gadis sudah pergi segera menuju parkiran mobilnya. Setelah melihat mobilnya, ia segera masuk kedalam mobil tersebut dan melajukannya untuk kembali kerumahnya.
Yo, Miwa back. Bagaimana menurut kalian cerita ini, makin gaje pastinya atau lucu. Kalau aku sendiri lucu pas bikin chap ini, apalagi pas adegan Ina dan Randi berkelahi asli ngakak. wkwkwk, udah deh acara cakap-cakap gajeku.
Jangan lupa vote dan comment!
Terimakasih
24/11/20
By:Miwa