Chereads / Randi dan Hanita / Chapter 7 - 5

Chapter 7 - 5

Setelah Hanita sampai dirumahnya tampak Ina yang sudah menunggu sahabatnya yan menurutnya lumayan lama.

"Kau lama sekali, Hanita aku sudah menunggu dari tadi tau. Kau darimana saja sih padahal rumahku dari sekolahan tidak terlalu jauh?"

Hanita tampak tidak enak pada Ina yang sudah menunggunya karena dia malah asik ngobrol dengan Randi.

"Maaf, Ina tadi aku ngobrol dengan Randi-kun yang mengatarku hingga parkiran sepeda."

"Buat apa dia mengantarmu, mau menyakitimu dengan mulut pedasnya atau mau modus padamu?"

"Aku rasa Randi-kun ingin aku selamat sampai tujuaan saja."

"Hah, itu alasan dia. Dia cuma modus dan orang-orang disekolah kita kalau sudah pulang sekolah itu, langsung berhamburan keluar."

Hanita tampak memikirkan perkataan sahabatnya. Apakah ucapan sahabatnya benar atau salah.

"Sudahlah tau usah dipikirkan. Lain kali hati-hati saja dengan karena fans Randi itu bar-bar."

"Oke, Ina."

"Btw, dimana kakak tampanmu Naji?"

"Dia bersama pacarnya mungkin."

Ina kaget dengan ucapan Hanita karena ia selama ini tau Naji belum memiliki kekasih.

"Bukannya dia belum memiliki kekasih, bagaimana bisa dengan pacarnya."

"Kau belum tau kakakku sudah 1bulan pacaran dengan kak Miwa."

"Miwa yang katanya sahabatnya itu.'

"Ya."

"Hah, orang ganteng sudah laku. Emang orang ganteng itu, jarang yang tidak memiliki pacar."

Ina tampak sedikit muram mengetahui Naji memiliki kekasih tetapi ia teringat masih ada Randa yang belum memiliki kekasih.

"Oh, iya Randa belum memiliki kekasih jadi aku masih punya kesempatan untuk mendapatkannya."

Hanita nampak tersenyum dengan kelakuaan sahabatnya yang menyukai orang tampan.

"Lebih baik kita ganti baju, Ina kau bisa pakai bajuku kan ukuran kita tidak beda jauh."

"Hah, kau suka pakai baju yang kebesaran tidak pas ditubuh kan kalau pas lebih seksi."

"Aku tidak suka memakai baju seperti itu."

"Terserahmu sajalah, sekarang kita lebih baik ganti baju dan langsung mengerjakan tugas memasak!"

"Oke, Ina."

Hanita dan Ina menuju kamar Hanita untuk berganti baju.

Sementara Randi yang baru saja sampai dikediamaanya disambut oleh kakaknya Taci yang berada diruang tamu.

"Tumben pulangmu lama, gadis mana yang kau godai."

"Hah, inilah manusia yang otaknya isinya cuma hal negatif tidak ada hal positif."

"Hei, apa maksudmu bilang begitu?"

"Tidak ada maksud tapi hanya menyampaikan pendapat yang menurutku itu adalah fakta."

"Dasar adik durhaka, kemari kau kupukul wajahmu!"

Randi tampak tidak peduli dengan Taci dan dia malah meninggalkan sang kakak begitu saja untuk menuju kamarnya.

Taci yang melihat itu langsung teriak-teriak memanggil adiknya.

"Hei, Randi kemari kau jangan pergi begitu saja," teriak Taci.

Sementara yang dipanggil tidak menghiraukan ucapan Taci dan tetap melanjutkan jalannya menuju kamarnya.

Setelah sampai dikamarnya, Randi segera melempar tas sekolahnya sambarangan kemudian melemparkan badannya dikasur empuknya.

"Hah, lelah sekali rasanya tapi aku senang bisa bersama, Hanita tadi. Rasanya itu sungguh ada kebahagiaan didalamnya."

Randi bahagia bisa bersama Hanita tetapi ia juga binggung akankah dia suka pada sang gadis atau hanya kagum semata.

"Sebenarnya aku suka padanya atau hanya kagum saja, ya. Hah, aku binggung menentukannya. Lebih baik tidur saja."

Randi memutuskan untuk tidur daripada ia mikirkan cinta yang belum tentu ia rasakan.

Disisi lain Randa yang ingin melupakan perasaannya pada Hanita nampak binggung bisa melupakan cinta itu atau tidak.

"Aku suka pada, Hanita tetapi adikku suka pada gadis tersebut. Bisakah aku lupakannya atau malah makin suka padanya."

Randa binggung harus melupakan atau melanjutkan rasa sukanya pada Hanita tetapi bila ia lanjutkan dia harus bersaing dengan adiknya ia tak mau itu terjadi.

"Tapi bila aku lanjutkan, otomatis harus bersaing dengan Randi. Aku tak mau itu terjadi, lebih baik lupakan saja dan harus yakin bahwa aku bisa lupakan Hanita."

Randa yakin bisa melupakan Hanita dengan tekadnya yang kuat karena ia tak ingin bersaing dengan adiknya hanya karena seorang gadis.

Sementara Hanita yang sedang memasak bersama Ina untuk tugasnya besok tampak bersenang-senang hingga tidak menyadari kakak dan adiknya kembali dari sekolah.

"Kami pulang," ucap Hanasi.

Tidak ada respon dari orang yang berada dirumah karena memang jam segini cukup sepi. Dimana para pekerja dirumah mereka sibuk dengan pekerjaan sendiri-sendiri yang aneh biasa Hanita selalu menyambut mereka tetapi ini tidak ada sambutkan dari Hanita dan mereka malah mendengar suaranya yang asik memasak didapur.

Naji dan Hanasi memilih mengikuti sumber suara tersebut dan melihat Hanita yang asik memasak dengan sahabatnya.

"Oh, ternyata asik masak hingga tidak menyadari aku dan kak Naji pulang."

Mendengar ada suara dan itu suara adiknya Hanita tampak sedikit tidak enak.

"Maaf, Hana dan kak Naji aku asik sendiri. Kami memasak untuk tugas besok," ucap Hanita menyesal.

Naji yang dari tadi diam saja membuka suaranya.

"Tidak apa-apa, Hani kami hanya bercanda lanjutkan masak kalian dan jangan lupa buatkan untuk kami agar bisa mencicipinya."

"Pasti kak Naji. Aku akan buatkan makanan enak untukmu dan makanan itu bisa membuatmu selalu mengingatku," ucap Ina dengan semangat.

Naji yang mendengar ucapan Ina nampak tidak peduli dan memutuskan pergi meninggalkan sang gadis untuk berganti baju.

Sementara Ina yang melihat itu nampak cemberut dan Hanasi nampak tidak bisa menahan tawanya.

"Hahaha, Rasakan kau tidak dipedulikan kak Naji. Siapa suruh sok imut dan kakakku sudah memiliki kekasih tak mungkin dia tertarik padamu."

Ina yang mendengar ucapan Hanasi tidak terima akan ucapan tersebut.

"Dasar kau kurangajar berani mengataiku seperti itu, rasakan ini."

Tampak Ina akan melempar tepung pada Hanasi dan yang akan dilempar berlalu pergi sambil mengejek Ina.

"Wek, tidak kena dasar nenek lampir cerewet dan ganjen."

Mendengar ucapan Hanasi kembali membuat Ina semakin tidak terima.

"Kemari kau anak kecil bermulut setan!"

Hanasi tidak menuruti kemauaan Ina dan memilih lari menuju kamarnya.

Hanita yang melihat pertengkaran sahabatnya dengan adiknya hanya tersenyum dibuatnya karena menurutnya pertengkaran mereka lucu.

"Dasar adikmu itu mulutnya sama saja dengan Randi kurasa mereka cocok bila dipasangan karena mulut mereka sama-sama pedas."

Mereka memang sudah author pasangkan diapk sebelah si toon2, tidak disebut dengan detail😂.

"Sabar, Ini memang Hanasi suka bercanda jadi jangan dianggap serius."

"Hah, baiklah. Lebih baik kita lanjutkan memasak kita yang tertunda karena gangguan tadi. Aku juga tidak sabar menikmati masakan kita dan melihat wajah tampan kak Naji yang sedang makan."

Ina nampak semangat untuk melihat wajah kak Naji yang sedang menikmati makanannya bikinannya bersama Hanita pasti wajahnya makin.

Hanita yang mendengar ucapan sahabatnya kembali tersenyum dibuatnya karena Ina suka sekali melihat orang tampan.

Jangan lupa vote dan comment!

Terimakasih

21/11/20

By:Miwa