Randi yang sudah sampai dikelasnya dan ia langsung meletakkan tas punggungnya dan lansung duduk dikursi samping kakaknya yang sedang asik dengan poselnya.
Randa pura-pura asik dengan ponselnya agar Randi tidak curiga bahwa saat ini hatinya sedang bimbang. Adiknya termasuk peka pada keadaan sekitar maka dari itu, dia harus pintar-pintar membohonginya.
Randi yang merasa kakaknya terlalu fokus pada ponselnya segera membuka suaranya.
"Kak, fokus sekali dengan hpmu memang kau sedang apa sih?"
Mendengar ucapan Randi membuat Randa menghentikan bermain ponselnya yang dari tadi hanya mengeser-geser aplikasi dihpnya.
"Hn, ada apa?"
"Aku bingung suka pada Hanita tidak tetapi saat bersamanya membuatku bahagia."
Randa bingung akan memberi nasehat apa pada adiknya karena jujur dia suka pada Hanita melihat adiknya yang ragu akan perasaanya membuat ia sedikit kesal dibuatnya. Dia tidak ingin orang yang disukainya tersakiti walau itu orang tersebut adiknya sendiri.
"Kalau kau ragu untuk apa mengejar orang yang membuatmu ragu, lepaskan saja daripada saat kalian semakin dekat kau menyakiti dia dengan alasan keraguaan. Kukira itu, termasuk pengecut."
Randi yang mendengar ucapan kakaknya merasa itu benar adanya bila ia terus ragu maka suatu saat akan ada yang tersakiti.
"Kau benar juga kak. Aku harus hapus keraguaan itu dan mengantikannya dengan keyakinan dan mulai saat ini aku harus lebih gencar mendekati Hanita untuk menghapus keraguaan itu."
Entah mengapa mendengar ucapan adiknya, Randa merasakan sakit dihatinya tetapi ia tutupi dan ikhlaskan demi kebahagiaan adiknya.
"Hn, semangat menghapus keraguaanmu!"
"Iya, kakak. Terimakasih."
"Sama-sama."
Randi bersyukur memiliki kakak seperti Randa yang selalu mendengarkan keluh kesahnya dan memberinya nasehat juga semangat.
"Kenapa sakit aku saat mendengar ucapanmu untuk mengejar Hanita demi menghapus keraguaamu dan kenapa hatiku sedikit tidak rela mengatakan hal itu kepadamu," batin Randa.
Ketahuilah Randa begitu sakit melihat orang yang dia sukai akan didekati adiknya dan ia juga sakit melihat adiknya yang ragu akan hatinya saat ini.
Sementara orang yang dibicarakan si kembar yaitu Hanita tengah bimbang akan menyapa Ina atau membiarkannya kalau dia membiarkan nanti dikira sahabat yang tidak peduli akan keadaan sahabatnya. Maka dari itu, ia memilih menyapa sahabatnya dengan menanyakan apa yang terjadi pada sahabatnya.
"Emz, Ina kau kenapa?"
Ina yang dari tadi diam membuka suaranya setelah mendengar ucapan Hanita yang menanyakan ada apa dengannya.
"Aku tadi diabaikan oleh, Randa yang mengintip kalian berdua."
Hanita kaget kalau dari tadi Randa mengintipnya dengan Randi.
"Randa mengintip kami, untuk apa?"
"Entah. Mungkin memastikan keadaan adiknya yang tidak ada dikelas saat ia memasuki kelasnya."
"Bisa jadi. Tapi Randa termasuk orang yang perhatiaan karena memastikan keadaan adiknya."
"Ya, tapi dia cuek dan dingin soal urusaan wanita. Aku ragu dia pernah jatuh cinta atau tidak."
"Kau bisa saja, Ina. Mungkin itu memang sifat alami keluarga Nugraha yang cuek sama halnya dengan kak Naji atau mungkin itu, memang sifat alami lelaki yang cuek pada wanita."
Mendengar ucapan Hanita Ina tampak setuju dengan ucapan sahabatnya.
"Kau benar juga, Hanita. Mungkin itu, memang sifat alami lelaki pada wanita."
"Ya. Ina aku boleh tanya?"
"Boleh, Hanita. Mau tanya apa?"
"Apakah kau benar menyukai, Randa atau cuma suka wajahnya yang tampan?"
Ina kaget mendengar pertanyaan Hanita tetapi sebenarnya ia juga ragu menyukai Randa atau sekedar suka wajah tampannya karena selama ini, ia menyukai wajah tampan saja tanpa mengunakan hati.
"Aku juga ragu suka padanya atau cuma suka pada wajahnya tapi entah mengapa diabaikan olehnya membuat moodku tiba-tiba hancur dengan sendirinya."
"Begitu. Berarti kau harus memastikannya apakah kau suka dia atau cuma diam wajahnya dan coba hapus keraguaanmu itu!"
"Baiklah, Hanita. Mulai sekarang aku akan menghapus keraguaanku dengan cara mengejar Randa siapa tau raguku hilang setelah mengejarnya."
"Ya, semangat mengejar, Randa!"
"Terimakasih sudah memberiku semangat, Hanita."
"Sama-sama."
Semangat yang diberikan sahabatnya membuat Ina bersemangat untuk mengejar Randa. Ia baru sadar kalau dari tadi dia yang bercerita tentang percintaannya tetapi sahabatnya tidak bercerita tentang dia dan Randi.
"Dari tadi aku yang bercerita terus kau tidak mau cerita akan hubunganmu dan Randi yang aku lihat pria itu, semakin gencar mendekatimu."
Hanita tampak merona mendengar ucapan Ina yang mengatakan Randi semakin gencar mendekatinya.
"Kami tidak ada apa-apa dan mana mungkin Randi gencar mendekatiku, orang kami tidak ada apa-apa."
"Benarkah kalian tidak ada apa-apa?"
"Iya, kami tidak ada apa-apa. Kami saja baru kenal masak sudah ada apa-apa."
Ina setuju dengan ucapan sahabatnya yang mengatakan baru saja kenal dengan Randi dan tidak mungkin ada hubungan apa-apa dengan pria tersebut.
"Kau benar juga, Hanita tapi kau juga harus hati-hati dengan fans Randi. Mereka terdengar bar-bar bila tau orang yang mereka sukai dekat dengan wanita. Untung saat ini, mereka belum tau kalau kalian dekat karena kalian selalu sembunyi-sembuyi menurutku."
"Iya, aku akan hati-hati lagi karena memang orang tampan seperti Randi pasti banyak yang menyukainya dan hingga ada fansclubnya."
"Resiko orang tampan dan pastinya Randa punya fansclub juga karena dia juga tampan tapi mungkin fansnya tidak sebar-bar fans Randi karena Randa selalu memarahi mereka."
Ina tampak bersyukur orang yang akan dia kejar memiliki sifat selain dingin dan juga cuek tetapi juga memiliki sifat galak.
"Untung deh kalau orang yang kau kejar termasuk peka pada sekitaran yaitu masalah fansnya, Ina. Jadi, aku tidak khawatir kau akan disakiti fansnya."
"Pasti dong, Hanita karena Randa memang lelaki yang luar biasa."
"Ya, semangat mengejarnya."
"Pasti."
Ina dan Hanita menghentikan obrolan mereka saat para murid berdatangan karena tanpa mereka sadari waktu berjalan dengan cepat.
Para murid lain langsung menempatkan posisi ditempat duduk masing-masing tidak lupa mereka membawa tugas memasak dari guru Yuniko yang akan dinilai pada pelajaran pertama nantinya. Oleh sebab itu, mereka langsung menempatkan tugas tersebut dimeja bila para murid yang baru datang karena memang tugas itu akan dinilai saat pelajaran pertama nantinya.
Waktu semakin berjalan dengan cepat dan tanpa kerasa bel pertanda masuk berbunyi.
Bret..... bret.... bret....
Guru Yuniko segera menuju kelas memasak untuk menilai tugas yang ia berikan pada kelas tersebut.
Sementara guru Ludra selaku guru teknologi segera menuju kelas bisnis yang dihuni oleh Randa dan Randi.
Guru Yuniko sudah sampai dikelas memasak dan tampak para murid dikelas tersebut sedikit deg-degkan akan penilaian pada tugas mereka nanti.
"Selamat pagi, anak-anak."
"Pagi, bu," ucap para murid."
"Kalian sudah siap untuk penilaia tugas memasak kalian?"
"Siap, bu," ucap kembali para murid.
"Baiklah ibu akan menilai dari sekarang."
Guru Yuniko mula berkeliling untuk menilai tugas memasak para murid dan itu membuat para murid berdoa dalam hati mendapatkan nilai bagus nantinya.
TBC....
Jangan lupa vote dan comment!
Terimakasih
22/11/20
By:Miwa