Chereads / Randi dan Hanita / Chapter 8 - 6

Chapter 8 - 6

Keesokan harinya, Hanita sudh siap-siap menuju sekolahannya setelah sarapan paginya tidk lupa ia membawa tugasnya yaitu masakan yang ia masak bersama Ina. Ia mengoes sepedanya dengan penuh semangat dan gembira karena kejadiaan yang ia rasakan kemarin.

"Semangat, Hanita untuk belajar dan menikmati harimu disekolah nanti!" ucap Hanita pada dirinya sendiri.

Sementara Randi yang masih sarapan bersama keluarga tampak segera menyelesaikan makannya karena ia sudah tidak sabar bertemu Hanita.

Randa yang melihat adiknya makan dengan cepat bisa menebak adiknya sudah tak sabar bertemu Hanita.

"Aku selesai. Berangkat sekolah dulu, Mama, papa, kak Taci dan kak Randi!"

"Hati-hati, anakku," ucap Sifa dengan lembut.

"Ya, ma."

Randi segera meninggalkan ruang makan dan menuju parkiran mobil kemudiaan menuju sekolahnya.

Setelah sampai diparkiran mobilnya. Randi segera masuk kedalam mobil tersebut dan mengemudikanya untuk menuju sekolahnya.

Randi sama halnya dengan Hanita. Ia berangkat menuju sekolahnya dengan perasaan senang dan gembira karena dia tidak sabar bertemu dengan sang gadis.

"Hanita, tunggu aku!"

Disisi lain, Randa yang juga sudah selesai dengan rutinitas makannya segera menyusul adiknya menuju sekolahan.

Hanita yang sudah sampai disekolahan segera menuju kelasnya. Setelah sampai ia segera meletakkan tasnya dan meletakkan tugas masakannya. Setelah semua itu, selesai dia membaca buku untuk menambah wawasannya.

Randi yang sudah sampai disekolah segera memarkirkan mobilnya dan menuju kelas Hanita.

Diperjalanan menuju kelas sang gadis senyuman Randi tak pernah luntur dari wajahnya. Ia tak sabar melihat wajah cantik Hanita yang membuatnya semangat belajar disekolah. Setelah sampai dikelas sang gadis terlihat orang yang ingin dia temui tengah membaca buku.

Randi segera mendekati sang gadis dan duduk disamping Hanita dan orang yang duduk disampingnya tidak menyadari keberadaanya.

"Ehem, fokus sekali sampai tidak menyadari keberadaanku."

Hanita masih fokus pada membacanya dan tidak menyadari Randi disampingnya.

"Fokus sekali ya kau, Hanita," bisik Randi ditelinga Hanita.

Merasa ada yang membisikinya Hanita segera menghentikan kegiatan membacanya dan melihat orang yang membisikinya. Setelah tau, ia baru membalas ucapan orang tersebut.

"Eh, Randi-kun sejak kapan ada disini."

Melihat Hanita kaget karena keberadaanya membuat Randi tidak bisa menahan senyumnya.

"Sudah lumayan dari tadi. Kau saja yang terlalu fokus membaca hingga tidak memperdulikanku."

Hanita merasa tidak enak dengan Randi karena ia sudah mengabaikan sang pria.

"Maaf, Randi-kun aku tidak tau kau ada disampingku."

Mendengar ucapan maaf dari Hanita membuat Randi tidak tega untuk mengodanya.

"Aku hanya bercanda, Hanita. Jangan terlalu dipikirkan."

"Eh, iyakah tadi hanya bercanda kukira tadi kau marah padaku karena tidak menyadari kedatanganmu."

Randi kembali tersenyum mendengar ucapan Hanita. Mana mungkin ia marah karena perilaku kecil dari sang gadis yang tidak menyadari kedatangannya.

"Mana mungkin aku marah hanya karena hal kecil seperti itu, kekanak-kanakan sekali."

"Aku merasa tidak enak karena tidak mempedulikanmu tadi dan tidak bermaksud menganggapmu kekanak-kanakan."

Randi tidak enak karena candaanya membuat Hanita merasa tidak enak padanya dan juga merasa bersalah.

"Hei, Hanita tadi sungguh hanya bercanda dan jangan merasa bersalah. Aku jadi tidak enak padamu."

Mendengar ucapan Randi membuat Hanita sedikit terisak karena merasa bersalah dengan Randi dan ternyata itu hanya candaan belaka.

"Hiks, jahat Randi-kun mengerjaiku padahal aku tidak enak akan tindakanku tadi."

Mendengar isakan Hanita membuat Randi tidak tega dan ia tanpa disadari menarik sang gadis dalam pelukannya untuk menenangkan Hanita.

"Maaf, Hanita aku tidak bermaksud membuau menangis karena candaan tadi."

Hanita yang tiba-tiba dipeluk Randi menghentikan tangisnya karena kaget akan tindakan sang pria.

"Aku tidak akan begitu lagi padamu karena air matamu itu sangat berarti dan jangan kau sia-siakan air mata berhargamu itu untukku."

Merasa tidak ada respon dari Hanita. Randi melepaskan pelukannya dan melihat kenapa sang gadis tidak merespon perkataannya. Setelah tau bahwa sang gadis kaget, ia segera menyadarkan Hanita dari keterkejutannya.

"Hei, Hanita," ucap Randi sambil menguncang bahu Hanita.

Merasa guncangan ditubuhnya, Hanita segera sadar dari rasa keterkejutannya.

"Ya, ada apa Randi-kun?"

"Kenapa kau kaget tadi?"

"Emz, itu kenapa Randi-kun memelukku tadi," ucap Hanita merona.

Mendengar ucapan Hanita. Randi baru sadar bahwa ia tanpa sengaja memeluk sang gadis.

"Maaf, Hanita aku tidak sengaja memelukmu karena tadi kau menangis jadi aku memelukmu untuk menenangkanmu."

Mendengar ucapan sang pria, Hanita memahaminya.

"Emz, oke aku mengerti, Randi-kun. Ngomong-ngomong ada apa kau menemuiku?"

"Oh, itu aku hanya ingin melihat anugerah tuhan yang luar biasa cantiknya dan itu kau."

Mendengar ucapan Randi membuat Hanita kembali merona dibuatnya. Sedangkan yang membuat merona tampak tersenyum melihat rona merah diwajah Hanita walau sang gadis menunduk tapi rona merah diwajahnya masih terlihat.

"Aku berkata jujur. Jadi, jangan merona seperti itu."

Mendengar ucapan Randi. Hanita segera menutupi wajahnya dengan kedua tangannya untuk menutupi rona merah diwajahnya.

Melihat Hanita menutupi wajahnya membuat Randi lagi-lagi tersenyum melihat kelakuaan Hanita daripada sang gadis merona terus-teruskan akan ucapnnya. Lebih baik ia menuju kelasnya karena sebentar lagi para siswa lain masuk kekelas Hanita.

Disisi lain, Randa yang dari tadi melihat kebersamaan Randi entah mengapa merasakan sedikit sakit dihatinya.

"Kenapa aku merasakan sakit akan kebersamaan kalian? Apakah ini yang namanya cinta tetapi harus melupakan karena harus bersaing dengan adiknya sendiri."

Ina yang baru saja sampai dikelas melihat Randa yang tampak mengintip sesuatu dan ia putuskan mendekati sang pria dan ikut melihat apa yang dilihat sang pria. Setelah tau ala yang diintip Randa, ia bertanya pada sang pria kenapa sang pria mengintip sahabatnya dan Randi.

"Kenapa kau mengintip, sahabatku dan adikmu, Randa?"

Mendengar ada yang memanggil namanya Randa segera menghentikan acara mengintipnya dan melihat orang yang memanggil namanya. Setelah ia tau orang yang memanggilnya Randa segera membalas ucapan orang tersebut.

"Jangan campuri urusan oranglain karena itu, privasi dari orang tersebut," ucap Randa sambil meninggalkan Ina.

Ina yang ditinggalkan begitu saja sedikit kesal dengan perilaku Randa tetapi ia enyahkan begitu saja dan memilih masuk kedalam kelas bergabung dengan Randi dan Hanita.

"Pagi, Hanita dan mulut pedas."

Hanita dan Randi yang mendengar ada yang menyapa mereka segera membalas sapaan tersebut.

"Pagi juga ,Ina," ucap Hanita.

"Hn, pagi juga cerewet," ucap Randi dengan mulut pedasnya.

Ina yang sudah biasa dengan ucapan Randi tampak tidak peduli dan memilih menaruh tasnya.

Melihat Ina yang tidak membalas ucapannya tampak sedikit kaget tetapi ia enyahkan begitu saja.

Sementara Hanita yang melihat Ina sedikit berbeda dan ia tau mood sahabatnya yang jelek memutuskan tidak menganggunya terlebih dahulu.

"Hanita aku kekelasku dulu, ya."

"Ya, Hati-hati, Randi-kun!"

"Hn."

Randi meninggalkan kelas Hanita untuk menuju kelasnya dan Ina yang melihat Randi sudah pergi dari tempat duduknya memutuskan duduk ditempat duduknya sambil meletakkan tugas memasaknya dimeja.

Jangan lupa vote dan comment!

Terimakasih

21/11/20

By:Miwa