Randi yang masih fokus pada pikiran ya tampak melamun. Sedangkan Hanita yang melihat Randi melamun segera memangunkan sang pria dari lamunannya.
"Randi-kun," panggil Hanita.
Randi yang tengah melamun tidak sadar bahwa Hanita sedang memanggilnya. Sedangkan Hanita yang tidak mendapatkan respon mencoba memanggil sang pria kembali.
"Randi-kun."
Randi merasa ada suara lembut yang memanggilnya dan ia segera tersadar dari lamunannya setelah tau bahwa suara lembut tersebut berasal dari Hanita.
"Ya, ada apa Hanita?"
"Akhirnya, Randi-kun sadar dari lamunannya. Ada hal yang menganggu pikiranmu?
Randi ragu akan bercerita pada sang gadis karena ini ada hubungannya dengannya.
"Aku tidak melamun hanya menikmati pemandangan sekolah kita saja."
"Tetapi kenapa saat dipanggil tidak ada respon darimu?"
"Mungkin aku terlalu fokus menikmati pemandangan disini."
Hanita tampak ragu dengan perkataan Randi tapi iya enyahkan itu karena mungkin sang pria jujur akan ucapannya.
"Baiklah kalau begitu."
Sementara yang dari Ina dan Randa yang dari tadi diam salah satunya membuka suara.
"Ternyata benar gosip para siswa bahwa keluarga Nugraha dianugerahi wajah yang rupawan. Sungguh nikmat duniawi yang sayang untuk didustakan," ucap Ina sambil memandangi Randa.
Merasa dipandangi Randa merasa sedikit risi atas pandangan kagum dari Ina. Bukan kagum akan kehebatannya tetapi kagum akan wajahnya.
"Randa kau memang tampan, aku langsung jatuh cinta pada pandangan pertama padamu. Kuputuskan mengejarmu."
"Aku tak mungkin suka padamu."
"Aku akan buat kau suka padaku. Lihat saja nanti."
"Hn."
Randi yang mendengar ucapan Ina tak sabar untuk menghujatnya.
"Hei, wajah yang tidak ada cantik-cantiknya. Tak mungkin kakakku suka pada wanita cerewet dan udik sepertimu.''
Mendengar ucapan Randi membuat Ina tak terima. Memang sang pria terkenal dengan mulut pedasnya maka dari itu banyak yang membalas ucapannya dengan kata-kata pedas atau emosional.
"Hei, yang kulitnya seperti mayat saking putih tapi lebih kepucat sih. Kau tidak usah ikut campur dengan urusan kami karena kau hanya hama dalam hubungan kami," ucap Ina menirukan ucapan Randi.
Randi yang ucapannya ditiru merasa perkataannya lebih bagus dari Ina. Saat ia berucap kata pedas menurutnya kata-kata begitu menusuk dan tidak ada yang bisa menandinginya.
"Hei, walau kau mengikuti kata-kataku tetapi aku lebih menusuk dan menyakitkan saat berucap."
Ina yang jelas mendengar ucapan Randi membenarkan ucapan sang pria. Ia berpikir kata-kata sang pria memang sangat menusuk dan menyakiti hati.
"Benar juga ya, kau memiliki wajah tampan tapi mulutnya tak setampan wajahmu. Menurutku ucapanmu tajam setajam silet."
Hanita tersenyum melihat pertengkaran Randi dan Ina karena menurutnya pertengkaran mereka lucu. Ia juga kasian dengan sahabatnya tetapi ia yakin Randi tidak mungkin niat menjelek-jelekan sahabatnya
"Wajahku memang tampan tidak sepertimu yang memiliki wajah biasa saja."
"Apa kau bilang? Rasakan Ini."
Bukkk.... bukkk.... bukkk.....
Ina memukuli Randi karena tidak terima dengan ucapan pria tersebut. Saat sedang asik bertengkar bel pertanda masuk berbunyi. Pertengkaran yang tidak penting sama sekali.
Bret.... bret.... bret....
Randa yang sudah bosan dengan pertengkaran tak penting oleh adiknya dan Ina, mau tak mau terpaksa melerainya.
"Hei, kalian akan masuk kelas atau bertengkar tak guna seperti ini?"
Randi dan Ina yang mendengar ucapan Randa segera menghentikan pertikaan mereka dan membereskan barang mereka dan menuju kekelas mereka masing-masing.
Perjalanan menuju kelas masing-masing diwarnai dengan kesunyian, biasanya Ina yang cerewet nampak terdiam menikmati ketampanan Randa.
Sementara Randa yang terus dipandangi merasa risih dengan pandangan tersebut.
"Bisakah kau berhenti memandangku."
"Aku tidak mau menyia-nyiakannya nikmat dari Tuhan."
"Hah, terserahmu saja."
Ina yang mendengar ucapan Randa tersenyum dan memandangi kembali wajah Randa.
Sementara Randi dan Hanita tampak saling berdiam diri tanpa ada yang memulai pembicaraan.
Tak terasa saatnya mereka berpisah dan menuju kelas masing-masing. Ina yang akan berpisah dengan Randa nampak sedih seakan ditinggal jauh oleh sang pria.
"Randa walau kita berpisah tetapi tenang hati kita selalu menyatu."
Randa tampak tidak peduli dan pergi begitu saja untuk menuju kelasnya. Ina yang melihat itu, kembali membuat drama.
"Tak apa kau mengabaikanku tetapi ingat kau dan aku akan menyatu."
Hanita yang melihat Ina semakin menjadi-jadi segera menarik sahabatnya dengan pelan untuk menuju kelasnya. Tak lupa ia berpamitan pada Randi.
"Kami duluan, Randi-kun."
"Ya, Hanita."
Ina kembali membuka suaranya.
"Kau adalah pangeran tampan yang dikirim Tuhan untukku Randa dan kita pasti akan bersama."
Hanita masih menarik Ina menuju kelas. Setelah sampai dikelas. Ia segera mendudukan Ina ditempat duduknya dan itu bersama dirinya.
Beberapa saat kemudian guru Yuniko selaku guru memasak memasuki ruangan kelas yang Hanita tempati.
"Siang, anak-anak."
"Siang, Bu," ucap para murid..
"Baiklah, saya akan mengajari resep pada kalian dan tugasnya nanti kalian mencatat resep ini dan membuatnya dirumah untuk dinilai besok."
"Baik, bu," ucap para murid kembali.
Guru Yuniko menjelaskan resep yang akan menjadi tugas para murid dan para murid mencatat kalimat demi kalimat yang diberkan sang guru.
Sementara dikelas Randi tampak sangat pria bosan dengan penjelasan guru bisnis yaitu pak Surya karena penjelasan guru itu memang membosankan tetapi ia harus mendengarkan untuk menambah wawasannya.
Kembali pada Hanita yang konsen mendengarkan penjelasan yang diberikan guru Yuniko karena tugas memasak menantinya dan ja harus mendengarkan dengan seksama agar tugasnya mendapatkan nilai bagus. Walaupun nilainya akan tetap bagus tanpa memperhatkan karena ia termasuk jago dalam memasak tetapi tetap rendah diri.
Sedangkan Ina nampak bingung apakah masakannya nanti mendapatkan nilai bagus atau tidak karena ia tidak terlalu jago dalam urusan memasak. Kualitas memasaknya tidak sebagus Hanita, makanya ia selalu menyuruh sahabatnya membawakan bekal untuknya agar bisa dipelajari tetapi susah sekali. Ia berpikiran salah masuk jurusan tetapi kelak ia harus memasakan suaminya. Masak suaminya harus membeli makanan. Ia tidak mau itu terjadi, maka dari itu dia belajar lebih giat lagi untuk mendapatkan masakan yang luar biasa nantinya.
Kutau rasa cemburu tak pantas ada
karena kita bukan siapa-siapa
kutau aku tak pantas untukmu karena
aku belum tau mencintaimu atau tidak
Tapi yang pasti aku akan berusaha
Ada untukmu
membuatmu bahagia
akan tindakan konyolku
Membuatmu tertawa
akan hiburan recehku
karena kau adalah kebahagiaanku
kebahagiaan yang dikirim Tuhan padaku
yang diciptakan untuk menikmati
hari-hari paling indah bersamamu
hingga mau memisahkan
Tbc.....
Yo, bagaimana? Apakah begitu membosankan ini cerita atau malah tidak jelas? Hehehe, maaf kalau jelek dan lain-lain karena aku perlu banyak belajar buat cerita bagus dan maaf kalau tulisanya kurang baik karena aku juga perlu banyak belajar.
Jangan lupa vote dan comment, ya!
Terimakasih
20/11/20
By:Miwa