Chapter 4 - 4

"Lepaskan perempuan itu, Laknat!" seru gadis berpakaian putih, menerjang sambil mengibaskan pedang ke arah Huang Tie. Serangannya sangat ganas.

Pedangnya menari gemulai membentuk lingkaran-lingkaran dan merangsek ke depan. Sementara itu sebelah tangannya menjentikkan jarum-jarum yang melesat ke arah Huang Tie. Jurus ini merupakan salah satu andalan Yueliang Xueyuan yang disebut "Yueliang Wu (Tarian Rembulan)".

Huang Tie bukan pendekar semenjana dan sarat pengalaman. Sambil berusaha menghindari serangan lawan, ia pun merapal jurus "Tie Si Lie Yaosai (Besi Mengoyak Benteng)". Setelah tangannya berubah kuning dan mengeras laksana besi, tinju-tinju Huang Tie menghambur ke segala penjuru.

Pertempuran antara jurus lembut dan keras pun tersaji. Perlahan-lahan Huang Tie berhasil mendesak gadis cantik. Namun, gadis tersebut pantang surut. Saat tinju Huang Tie menerjang ke atas, ia berkelit ke bawah sambil menebaskan pedang ke kaki Huang Tie. Jurus "Fennu De Yueliang (Rembulan Marah)" cepat dan tajam, sama sekali berbeda dengan "Yueliang Wu" yang lembut. Huang Tie yang tak menyangka serangan datang, terlambat bereaksi. Beruntung, tiba-tiba tinju Lu Tie menghadang, dan mendorong gadis cantik sejauh delapan langkah.

Lu Tie berdiri di sebelah Huang Tie sembari menyorot tajam pada gadis Yueliang Xueyuan. "Adik, kamu tidak apa-apa?"

Huang Tie mengangguk. "Ayo kita serang bersama!"

Gadis tersebut tersenyum. "Apa kata Jianghu jika mendengar Lu dan Huang Tie suka mengeroyok?!"

"Kami penjahat, tidak peduli perkataan orang!" Lu Tie melompat sambil mengangkat tangannya. Tangannya berubah hijau seiring asap busuk menguar dari pori-porinya. "Sambut jurus 'Youdu Tie (Besi Beracun)!'"

Tinju-tinju Lu Tie bergerak lurus dan tajam, merangsek gadis berbaju putih dari depan. Seharusnya serangan tersebut mudah dihindari, tetapi asap beracun membatasi gerakan gadis cantik. Ia berusaha tak terkena asap, sehingga tidak leluasa bergerak. Saat itulah Huang Tie memanfaatkan kesempatan, tangannya melesat cepat dan berhasil merobek baju bagian depan gadis tersebut. Karena terkejut gadis cantik pun melompat ke belakang sembari menutupi dadanya.

"Kurang ajar! Kupastikan nyawa kalian berakhir di pedangku!" hardik gadis Yueliang Xueyuan, murka.

Lu dan Huang Tie tergelak. Tentu saja mereka tak menanggapi ancaman tersebut, karena jelas gadis cantik makin tak leluasa bergerak. Keduanya memandang gadis cantik dengan mata berkilatan.

"Ah, aku ingin melucuti seluruh pakaiannya, Kakak." Huang Tie menyeringai.

"Kalau begitu apa lagi yang kita tunggu?!" Lu Tie berkelebat ke arah gadis Yueliang Xueyuan, diikuti Huang Tie.

Pertarungan berjalan tidak seimbang. Tinju-tinju Lu dan Huang Tie mengurung gadis cantik yang berusaha menepis dengan satu tangan. Selang beberapa saat kemudian tangan Lu Tie berhasil merobek seluruh pakaian gadis cantik, hingga setengah badannya tampil utuh. Belum hilang keterkejutannya, Huang Tie melesat dan menotok aliran darahnya.

Sementara itu pada pertarungan lain, gadis berbaju kuning pun dalam kondisi terdesak. Kemampuan Hei Tie memang berada di atasnya. Meski sedang berada di bawah angin, ia berusaha membantu gadis Yueling Xueyuan.

"Nona! Aku akan membantumu!"

Belum sempat berkelebat, tinju-tinju Hei Tie merangsek cepat. Beruntung gadis Sheng Mi memiliki refleks bagus dan berhasil berkelit.

"Keadaan sendiri terancam, masih memikirkan orang lain! Jangan heran kalau sebentar lagi aku dapat melucuti pakaianmu!" seru Hei Tie.

Hei Tie merangsek dengan jurus "Tie Zhuang Dao Diqiu (Besi Menghunjam Bumi)". Kedua tangan Hei Tie bergerak tak selaras—kanan berputar, kiri bergerak lurus—sehingga sulit diterka lawan. Gadis Sheng Mi hanya sanggup menghindar sambil menepis dengan kipasnya. Tak lama kemudian Hei Tie berkelebat cepat dan merobek seluruh pakaian gadis tersebut, sekaligus menotoknya.

Niat hati ingin meringkus Si Tie, kedua gadis cantik justru mendapat malu. Setengah badan mereka tampil polos, dan memanjakan pandangan Si Tie. Hei, Lu, dan Huang pun terkesima menyaksikan keelokan di hadapan mereka. Hidung mereka kembang-kempis seiring hasrat yang terpantik. Tak mengherankan, karena memang tubuh mereka sangatlah memesona.

Lu Tie terkekeh. "Aku mau mencicipi gadis Yueliang Xueyuan dahulu. Ia benar-benar menggemaskan," ujarnya, sambil meneteskan air liur.

"Ah, kalau aku suka perempuan yang satu lagi," sahut Hei Tie, mengusap-usap telapak tangan.

"Jika terlepas dari totokan, akan kutebas kepala kalian!" bentak gadis Sheng Mi.

"Biadab! Jangan berani berbuat kurang ajar atau aku akan memeng—"

"Hahahaha! Kalian memang gemar bersumpah, tapi nyatanya tak satu pun terbukti!" Huang Tie menginterupsi gadis Yueliang Xueyuan, lantas berjalan menghampirinya, tetapi tiba-tiba Lu Tie menahan pundaknya.

"Adik, mau ke mana?" Lu Tie melirik sinis.

"Tentu saja menikmati gadis Yueliang, Kakak. Sudah sejak di Lijiang aku menginginkannya," ungkap Huang Tie.

Lu Tie menggeram. "Aku sudah mengatakan kalau ia jatahku."

"Tidak bisa, Kakak! Kalau bukan aku yang pertama kali melihat mereka, kita tidak akan bi—"

"Aku lebih tua darimu! Seharusnya akulah yang memilih!" bentak Lu Tie yang wajahnya bersungut-sungut.

Suasana memanas karena Lu dan Huang Tie sama-sama tak ada yang mau mengalah. Keributan kecil seperti itu memang sering kali terjadi, sebab mereka memiliki selera yang sama.

"Aiiih, sudaaah ... sudaaah ... kenapa tidak dipakai beramai-ramai saja?" usul Hei Tie, menengahi.

"Benar! Kakak Kedua memang cerdas!"

Lu Tie mengangguk-angguk. "Dengan cara seperti ini semua senang! Hahahaha!"

"KURANG AJAR!! APAKAH KALIAN TAK MEMANDANGKU? APAKAH KALIAN SUDAH BOSAN HIDUP?" Suara Hong Tie menggetarkan seisi ruangan.

Hei, Lu, dan Huang Tie pun gemetaran. Mereka bertukar pandang, sampai akhirnya Hei Tie berinisiatif berbicara, "Ma-maafkan kami, Kakak. Kami terlalu bersemangat, sampai-sampai berlaku tak pantas."

"Kali ini kumaafkan! Lekas antarkan mereka ke sini!" perintah Hong Tie.

Ketiga Si Tie menurut, lalu menggiring kedua gadis cantik yang terus menerus melontarkan sumpah serapah. Namun, baru saja berjalan beberapa langkah, terdengar suara keras yang dialiri tenaga dalam.

"Gara-gara kalian aku belum mendapat upah sampai sekarang! Serahkan pelangganku dan gadis yang lain, atau kalian harus membayar upah lukisanku!" Pelukis kumal mendarat di hadapan ketiga Si Tie. Rupanya sejak tadi ia sudah berada di langit ruangan sambil mengamati kejadian di sana. Senyumnya terkembang lebar sambil bersedekap. "Ayooo, serahkan merekaaaa ...."

"Liulang Huajia!" seru Hei, Lu, dan Huang Tie berbarengan.

Mereka terkejut melihat pelukis kumal. Bahkan Hong Tie yang memiliki kanuragan mumpuni pun tak dapat merasakan kehadirannya. Kehebatan pelukis kumal sungguh di luar dugaan Si Tie.

"Liulang Huajia? Ah, orang-orang menyebutku demikian, tapi aku lebih senang dipanggil 'Fengying'," tukas sang pelukis, cengengesan.

Meskipun khawatir dengan kemampuan Fengying, Hong Tie tetap merasa harga dirinya telah diinjak-injak oleh tamu tak diundang. Tangannya meremukkan kepala gadis yang disetubuhinya, kemudian melesat.

"TAMU AGUNG DATANG, SUDAH SELAYAKNYA DISAMBUT!"

"AKU TERIMA SAMBUTANMU!" Fengying berkelebat cepat sambil merentangkan tangan.

***