Setelah tiga pendekar gemuk menghilang, salah seorang dari kelima anggota Chonggao Dang menghampiri Fengying, Xiu Juan, dan Li Wei.
"Para Pendekar, saya To Mu, kakak tertua dari kelima anggota Chonggao Dang yang ada di sini. Kami berterima kasih karena para Pendekar telah membantu kami," tukas To Mu, laki-laki tampan yang berkumis dan berjenggot panjang.
Keempat pendekar Chonggao Dang yang lain turut berterima kasih.
"Terima kasih, Pendekar!" ucap mereka bersamaan.
Fengying tersenyum. "Saya Fengying, dan ini, Xiu Juan serta Li Wei."
"Salam hormat." Xiu Juan dan Li Wei bekata serempak.
"Saudara, siapakah tiga pendekar tadi?" tanya Xiu Juan.
To Mu menghela napas. "Mereka 'San Ge Yiduan' (Tiga Sesat). Semenjak kemunculan mereka, sudah banyak gadis-gadis yang berasal dari tiga desa di sekitar sini menghilang. Kuat dugaan kalau mereka yang menculik dan berbuat tidak pantas."
"Kalau boleh tahu, bagaimana Saudara bisa mengatakan jika mereka telah menculik dan berbuat tidak pantas?" Fengying bertanya.
To Mu mencerna pikiran sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Ada salah seorang gadis yang berhasil melarikan diri dan membeberkan semuanya. Kebetulan sekarang dia meminta perlindungan di markas kami." To Mu diam sebentar kemudian melanjutkan. "Kami sudah mengejar mereka selama lima hari, tetapi baru hari ini dapat bertemu. Namun, ilmu mereka di atas kami. Kalau para pendekar tidak membantu, mungkin kami sudah ...."
Li Wei menghela napas. "Sayang, mereka berhasil melarikan diri."
"Kejahatan akan selalu tunduk, Saudari Li Wei. Tak meringkus sekarang, berarti kelak mereka akan merana. Ini semua sudah garis Yang Kuasa," petuah To Mu, bijak. To Mu menyelisik Li Wei dan Xiu Juan sesaat. "Saudara, Saudari, jika berkenan berkunjung ke markas kami, pasti ketua kami akan merasa terhormat."
Fengying menoleh pada Xiu Juan dan Li Wei yang segera mengangguk.
"Baiklah, Saudara To Mu. Rasanya tidak pantas menolak kebaikan para pendekar berbudi," ujar Fengying.
To Mu tersenyum lantas menoleh pada keempat anggota lain. "Adik-adik, berikan ketiga kuda kita pada para pendekar."
"Baik, Kakak," jawab keempat Chonggao Dang.
"Ah, tidak perlu merepotkan," tukas Fengying.
"Sama sekali tidak, Saudara Fengying. Keempat adikku sudah biasa berjalan kaki mengingat di sini adalah daerah kami. Kami akan merasa senang jika Saudara mau menerimanya."
Fengying mengangguk. "Baiklah."
Usai berada di atas kuda, Fengying, Xiu Juan dan Li Wei mengikuti To Mu yang memimpin perjalanan.
***
Chonggao Dang adalah partai yang belakangan ini mulai dikenal di Jianghu karena sepak terjang mereka menegakkan keadilan; memupus kejahatan. Kehebatan para anggota partainya tidak diragukan lagi, sehingga tak mengherankan jika banyak pejabat dan pedagang besar menggunakan jasa mereka untuk perlindungan. Hal itulah yang menopang kesejahteraan Chonggao Dang, hingga akhirnya mereka memiliki markas yang megah.
Markas Chonggao Dang berdiri di padang rumput. Pagar besi yang kukuh mengitari seluruh area luas Chonggao Dang. Bangunan markas Chonggao Dang, hampir serupa istana. Sebagai markas partai besar, sudah barang tentu penjagaannya sangat ketat dan berlapis. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya penjaga yang berjaga di tiap sudut area.
Tatkala baru memasuki area markas, Li Wei pun terkesima akan kemegahan markas Chonggao Dang. Berkali-kali ia berdecak kagum sembari mengedarkan pandangan. Setelah melintasi halaman yang luas, akhirnya mereka tiba depan bangunan markas.
"Saudara, Saudari, silakan." To Mu mengajak tamu-tamu Chonggao Dang masuk ke dalam bangunan.
Di dalam bangunan markas, Li Wei makin dibuat kagum akan kegemahannya. Wajar, karena hampir di setiap sudut bangunan terdapat ornamen perak dan emas yang menghiasi. Namun, segala kemegahan itu tampak tak menarik bagi Fengying. Ia sama sekali tak acuh pada pemandangan di sana. Sikapnya yang tenang, sebenarnya menutupi kewaspadaannya agar tak tampak oleh orang lain. Begitulah Fengying yang selalu berhati-hati ketika berada di tempat yang belum ia kenal.
Usai melintasi aula besar, To Mu mengajak mereka memasuki sebuah ruangan. Di dalam ruangan tersebut terdapat seorang pria yang duduk di kursi emas bak singgasana Kaisar. Pria tersebut berwajah sangat tampan, bahkan melebihi ketampanan To Mu. Tatkala Fengying, Xiu Juan, dan Li Wei tiba di hadapannya, senyumnya pun terkembang.
"To Mu menghadap, Ketua," tukas To Mu memberi hormat.
Xingguang Zhao, dialah sang ketua Chonggao Dang. Selain ketampanan, kelihaiannya pun tersohor. Bahkan tidak sedikit yang memperkirakan kalau kemampuannya setara dengan lima pendekar tanpa tanding. Namun, dugaan tersebut belum terbukti, pasalnya Xingguang Zhao belum pernah menghadiri pertemuan para pendekar—pertemuan yang mengadu kekuatan di antara pendekar yang hadir.
Xingguang Zhao tersenyum. "To Mu, siapakah tamu yang kamu bawa?"
"Mereka adalah Saudara Fengying, Saudari Xiu Juan, dan Saudari Li Wei. Ketika sedang bertarung dengan San Ge Yiduan, mereka datang membantu. Selain memiliki hati mulia, ilmu mereka pun mumpuni."
Mendengar sanjungan demi sanjungan, hati Li Wei merasa senang. Namun, tidak demikian dengan Xiu Juan. Ia merasa setiap sanjungan terlalu berlebihan, bahkan sangat dibuat-buat dan janggal. Meskipun begitu, Xiu Juan berusaha tak menampakkan kecurigaannya. Sementara itu, Fengying yang sedari tadi waspada makin meningkatkan kewaspadaan.
Xingguang Zhao bukannya tidak menyadari kecurigaan kedua tamunya, tetapi ia tak menghiraukan kecurigaan tersebut. Ia pun bersikap wajar di hadapan mereka, seolah-olah tidak mengetahui kewaspadaan mereka.
Xingguang Zhao tersenyum ramah. "Jika aku tahu akan kedatangan tamu-tamu mulia, sudah tentu sambutan tidak akan sekadarnya seperti ini. Kuhadap Saudara, Saudari bisa memaklumi."
Li Wei yang sudah terkagum-kagum pun segera menjawab, "Ketua, dapat bertamu di tempat ini sudah cukup bagi kami."
"Ah, Saudari berlebihan." Xingguang Zhao tersenyum. "Sebenarnya aku masih ingin berbincang-bincang, tetapi aku tahu kalian pasti lelah di perjalanan. Aku berjanji besok akan mengajak kalian berbincang sambil berkunjung ke desa-desa di sekitar sini."
Mendengar ajakan tersebut, Fengying merasa mendapat kesempatan untuk mengetahui Chonggao Dang lebih dalam. "Tentu dengan senang hati."
Xingguang Zhao mengangguk lantas menoleh pada To Mu. "To Mu, antarkan tamu-tamu kita ke kamar terbaik."
To Mu membungkuk. "Baik, Ketua."
Baru saja To Mu hendak mengajak tamu-tamunya, tiba-tiba terdengar seruan yang dialiri tenaga dalam tinggi dari luar.
"Hahahaha! Partai tengik! Tak perlu mencari kami, karena kami datang berkunjung!"
"San Ge Yiduan." To Mu langsung melesat ke luar.
Fengying, dan kedua gadis yang bersamanya pun mengekor To Mu dari belakang. Sesampainya di halaman, mereka melihat Yi, Er, dan San tengah tertawa-tawa, meski dikepung oleh lima puluhan anggota Chonggao Dang.
"Ah! Rupanya kita bertemu lagi pendekar pesolek," ucap San, lalu tergelak.
To Mu menarik pedangnya. "Kalian benar-benar dungu, berani masuk ke sarang harimau."
"Harimau? Bukannya kucing?! Hahaha!" Yi tertawa terbahak-bahak.
"KURANG A—"
Belum sempat To Mu menyelesaikan kalimat, tiba-tiba melesat bayangan dengan cepat.
"San Ge Yiduan, kalau tidak menumpas kalian hari ini, jangan sebut aku Xingguang Zhao!"
***