Chapter 13 - 13

Fengying, Xiu Juan, Er dan San memorak-porandakan para anggota Chonggao Dang. Namun, di saat mereka sibuk, To Mu mengambil kesempatan menyelamatkan Xingguang Zhao. Ia memapah Xingguang Zhao menyusuri hutan. Namun, tatkala ratusan tombak dilalui ia berhenti lantas menyeka keringat di kening.

"Kurasa sudah aman," gumam To Mu, mengedarkan pandangan lalu memandang Xingguang Zhao yang dadanya kembang-kempis. "Ketua, maaf aku harus beristirahat sejenak sebelum kembali membawa Ketua."

Alih-alih terdengar jawaban dari Xingguang Zhao, suara seorang perempuan membuatnya tersentak.

"Kamu tidak pantas membawanya."

Seiring suara tersebut, seorang perempuan mendarat di hadapan To Mu. Perempuan tersebut berparas sangat cantik dan anggun dengan pakaian hanfu ungu yang membungkus tubuh eloknya. Namun, aura kegelapan yang keji menyelimutinya. Kendati tak memiliki ilmu mumpuni, To Mu dapat merasakan hawa jahat perempuan itu. Ia pun mengolah tenaga dalam, bersiap jika perempuan di hadapannya berniat buruk.

"Jika berniat buruk pada ketua, aku tidak akan segan-segan," geram To Mu, menggertak.

Pereempuan tersebut tergelak. "Hahahaha! Tidak, tidak ... bagaimana mungkin aku berniat buruk pada pangeranku."

"Pangeran? Apa maksud—"

Belum sempat To Mu menuntaskan kalimat, perempuan tersebut berkelebat secepat kilat. Hanya sekejap To Mu telah tersungkur tak bernyawa dalam keadaan dada kiri berlubang.

"Kamu tidak berguna," gumam perempuan itu seraya meremas jantung To Mu di tangannya. "Pangeranku, akan kusempurnakan kebangkitanmu," ujarnya, mendekati Xingguang Zhao.

Di markas Chonggao Dang, Fengying dan kawan-kawan berhasil menghabisi puluhan anggota Chonggao Dang, sementara itu sisanya lari tunggang langgang. Tanpa Xingguang Zhao, para anggota Chonggao Dang kehilangan nyali. Namun, Fengying dan kawan-kawan bukan tanpa masalah. Luka yang dialami Li Wei dan Yi terbilang serius.

"Tampaknya keadaan mereka sangat lemah. Sayang, tidak ada di antara kita yang paham pengobatan. Tapi aku memperkirakan mereka bisa bertahan sampai satu bulan. Kita masih bisa mencari cara mengobati mereka," tukas Fengying, usai memeriksa denyut nadi Li Wei dan Yi.

"Di sekitar sini ada desa. Mungkin kita bisa mencari tabib yang bisa mengobati mereka," usul Xiu Yuan.

Er dan San memandang nanar pada Yi. Tak lama kemudian, Er menoleh pada Fengying. "Bagaimana kalau aku dan San yang pergi mencari?"

Xiu Juan menggeleng. "Kalian pasti cemas jika meninggalkan Yi. Biarkan kami yang yang pergi. Bukankah begitu, Fengying?"

Fengying mengangguk. "Benar. Sebaiknya kita segera berangkat."

San menghela napas. "Maaf kami harus merepotkan kalian."

Fengying pun tersenyum. "Tidak merepotkan. Sudah seharusnya kita saling membantu."

"Baiklah. Oh, iya, desa terdekat dari sini berada di selatan. Jika kalian mengikuti jalan setapak di dalam hutan, kalian akan sampai di sana," terang Er.

"Kalau begitu kami beramgkat. Ayo, Fengying." Setelah berkata demikian, Xiu Juan melesat bersama Fengying.

***

Sudah ratusan tombak mereka di dalam hutan, sayup-sayup terdengar suara orang yang sedang bertarung.

"Kamu dengar itu Xiu Juan?"

Xiu Juan tak menjawab, ia langsung melesat menuju ke tempat suara itu berasal.

"Huh, dasar tidak sabaran." Setelah berkata demikian, Fengying melesat mengikuti Xiu Juan dari belakang.

Xiu Juan dan Fengying berhenti di atas sebuah pohon. Sebuah pemandangan tak mengenakkan tersaji di bawah mereka. Beberapa sosok laki-laki tergeletak dengan darah bercucuran. Semuanya sudah tak bernyawa. Kini hanya tinggal satu orang pemuda tampan yang mengenakan baju apik sedang bertarung melawan dua orang bertopeng berpakaian serba hitam.

Pemuda tampan terdesak hebat, mudah menduga siapa yang akan memenangi pertarungan. Apalagi pemuda tampan tidak memiliki ilmu kanuragan yang tinggi. Xiu Juan dan Fengying belum mau turut campur dalam pertarungan itu. Mereka belum tahu pihak mana yang benar.

"Pemuda pesolek! Serahkan hartamu, atau kucincang!"

Teriak salah seorang pria bertopeng seraya menyabetkan goloknya. Mendengar itu, Xiu Juan langsung melesat. Dalam sekejap mata salah seorang pria bertopeng meregang nyawa. Pria bertopeng yang lainnya loncat, lalu pergi meninggalkan tempat itu.

"Kalian belum tahu siapa aku! Tunggu pembalasanku!" seru pria bertopeng sambil melesat pergi.

Xiu Juan tak ingin melepaskan penjahat itu, ia pun melesat dan mengejar penjahat itu.

"Tunggu Xiu Juan!"

Fengying berteriak mencoba menghentikan Xiu Juan sambil turun ke tanah, tapi Xiu Juan telah melesat dan hilang dari pandangan. Pemuda tampan berjalan menghampiri Fengying.

"Terima kasih Saudara. Kalau bukan karena Saudara dan teman Saudara, mungkin nasibku akan sama seperti mereka," ujar pria tampan seraya melayangkan pandangan pada mayat-mayat di sekitarnya.

"Aaaah ... aku tidak melakukan apa-apa. Temanku yang sudah membantumu."

"Saudara merendah. Oh iya, perkenalkan aku Qiu Laoshan."

"Aku Fengying, dan kawanku tadi bernama Xiu Juan. Kalau aku boleh tahu, ada apa gerangan Saudara sampai diserang orang-orang bertopeng tadi?"

Belum sempat pemuda itu menjawab, Xiu Juan datang dari arah timur.

"Xiu Juan. Laki-laki itu sudah berhasil kamu kejar?"

Xiu Juan menggeleng, lalu melontarkan pertanyaan yang sama pada pemuda tampan itu. Si pemuda langsung memberikan keterangan perihal kejadian yang menimpanya.

"Aku dalam perjalanan untuk melangsungkan pernikahan dengan anak kepala desa di dekat sini. Tapi tiba-tiba para perampok itu datang menghadang. Dan kalian lihat sendiri, mereka hampir saja menghabisiku kalau bukan karena kalian."

"Jadi di antara mereka ada ayahmu Saudara?"

"Tidak. Ayahku sudah meninggal beberapa tahun lampau. Mereka adalah orang-orang di desaku yang turut mengiringiku."

Fengying manggut-manggut mendengar penjelasan pemuda itu. Kemudian pemuda itu balik bertanya.

"Kalau aku boleh tahu, kalian hendak ke mana?"

Fengying menceritakan tujuan perjalanan mereka pada pemuda itu. Mengetahui lokasi tujuan yang sama, maka pemuda itu menawarkan Fengying dan Xiu Juan untuk melakukan perjalanan bersama. Selama di perjalanan diam-diam Qiu Laoshan mencuri pandang pada Xiu Juan. Bagi pria mana pun, kecantikan Xiu Juan sungguh menggoda. Demikian pula dengan Qiu Laoshan. Walaupun ia hendak menikah, kecantikan Xiu Juan membuatnya tak kuasa melepaskan pandangan. Merasa Qiu Laoshan memperhatikan, Xiu Juan merasa kesal.

Perjalan ke desa itu tidaklah dekat seperti yang dibayangkan. Sehingga pada sore hari, mereka memutuskan untuk beristirahat sambil menyantap hewan buruan. Mereka berbincang-bincang dari berbagai hal, hanya Xiu Juan yang terlihat membisu. Ia masih merasa risih pada Qiu Laoshan yang seringkali meliriknya.

Ketampanan Qiu Laoshan bisa membuat banyak perempuan jatuh hati, tetapi tidak demikian dengan Xiu Juan. Pria pesolek seperti Qiu Laoshan bukanlah pria yang ia idam-idamkan.

"Ayo, aku rasa istirahatnya sudah cukup," kata Fengying seraya mengajak kedua temannya untuk melanjutkan perjalanan.

Mendengar ajakan itu Qiu Laoshan mengangguk, Xiu Juan pun bangkit dari duduknya. Namun, tiba-tiba sebuah pisau rantai menerjang dengan cepat ke arah mereka.

Senjata itu menghantam sebuah pohon besar dan membuatnya tumbang. Xiu Juan dan Fengying berhasil menghindari serangan itu. Untung saja Fengying menarik tubuh Qiu Laoshan, kalau tidak, mungkin Qiu Laoshan sudah menjadi korban kedahsyatan pisau rantai. Dua sosok pria muncul bersamaan dengan tumbangnya pohon itu. Melihat perawakan dan penampilannya, salah seorang di antara mereka adalah perampok yang tadi berhasil melarikan diri. Sedang seorang lagi bertubuh kuntet dan kekar, serta memiliki wajah kekanak-kanakan. Melihat serangan barusan, pria pendek itu jelas memiliki ilmu kanuragan yang mumpuni.

"Berani-beraninya kalian mengusik wilayahku dan membunuh anak buahku!!"

***