Chapter 14 - 14

Melihat penampilan dan senjata di tangan pria pendek. Fengying dan Xiu Juan bisa menduga siapa pria yang ada di hadapan mereka. Pria pendek itu tak lain adalah kepala perampok penguasa daerah itu. Julukannya adalah Diu De Suolian. Kekejaman Diu De Suolian sudah menjadi buah bibir di dunia persilatan. Tidak hanya pendekar golongan putih, pendekar golongan hitam pun sudah banyak yang menjadi korban kekejian Diu De Suolian. Walau keji, Diu De Suolian tidak mau disebut golongan hitam, pun jelas dia juga bukan termasuk golongan putih.

"Fengying, dari tadi aku sudah turun tangan. Sekarang giliranmu," kata Xiu Juan pada Fengying yang tak acuh.

"Hei, siapa suruh kamu tadi turun tangan?! Tapi boleh juga untuk sekadar olah tubuh."

"Kurang ajar! Berani meremehkan, tanggung sendiri akibatnya!"

Wajah Diu De Suolian memerah, kupingnya panas mendengar Fengying dan Xiu Juan meremehkannya. Diu De Suolian menarik senjatanya lalu diputar-putarkan ke atas. Senjata Diu De Suolian berdesing hebat, menghasilkan putaran angin laksana topan yang siap menerjang Fengying. Walau ucapan Fengying terkesan meremehkan, tetapi sesungguhnya Fengying tidak meremehkan lawan di hadapannya.

Tangannya segera merapal ilmu "Renci De Long (Naga Kasmaran)". Kedua tangan Fengying berpendar hijau, tubuhnya gontai, kakinya berjalan ke kanan ke kiri tidak beraturan. Diu De Suolian bukan tidak tahu jurus yang dirapal Fengying. Bukannya takut, Diu De Suolian malah tertawa girang layaknya anak kecil!

"Rupanya aku berhadapan dengan pendekar yang kesaktiannya telah menggegerkan dunia persilatan. Ini kesempatan untuk menguji ilmu baruku. Tapi sebelum kukeluarkan jurus baruku, terimalah jurusku ini Liulang Huajia! Jurus 'Jufeng Lian (Rantai Topan)'!!"

Diu De Suolian mengentak kedua kakinya hingga tanah yang ia pijak ambles beberapa jari, kemudian ia melompat dan menerjang Fengying. Senjata Diu De Suolian berputar dahsyat dengan cepat. Putaran anginnya menerjang ke sana ke mari. Saat jaraknya hanya satu tombak dari Fengying, pisau Diu De Suolian menyabet dengan gerakan melingkar ke tubuh Fengying. Fengying dengan sigap menghindar dengan langkah gontai, tetapi pisau berantai itu seakan-akan tak ingin melepaskannya. Berkali-kali pisau berantai menyabet bagian-bagian vital tubuh Fengying, tetapi berkali-kali pula Fengying berhasil berkelit. Tiba-tiba anak buah Diu De Suolian berkelebat, membokong dari belakang. Bukannya senang dibantu, Diu De Suolian justru geram.

"Kurang ajar! Jangan ikut campur!! Terima hukumanmu!!"

Bagi Diu De Suolian, anak buahnya yang membokong Fengying merupakan suatu penghinaan, sehingga ia tak segan untuk menghukum anak buahnya. Pisau yang menyerang Fengying, ia tarik berputar sehingga menerjang kepala anak buahnya. Tak menyangka kemarahan Diu De Suolian padanya, ia tak sempat berkelit. Kepalanya hancur dimakan pisau Diu De Suolian!

Kekejian Diu De Suolian membuat orang yang menyaksikan bergidik.

"Setan keji! Anak buah sendiri dihabisi!!" Fengying berteriak sambil menyerang Diu De Suolian.

Xiu Juan yang melihat pertempuran itu tersenyum, ia tahu hanya dalam beberapa jurus Fengying akan menundukkan Diu De Suolian. Diam-diam Xiu Juan memperhatikan setiap gerakan Fengying. Sebetulnya alasan Xiu Juan meminta Fengying bertarung adalah agar ia bisa mempelajari jurus Fengying dan coba mengkombinasikannya dengan jurus yang ia miliki. Xiu Juan sadar kalau ia tidak segera meningkatkan kemampuannya, cepat atau lambat ia tidak akan sanggup berhadapan dengan pendekar yang berilmu lebih tinggi darinya.

Di sisi lain, Qiu Laoshan tercengang melihat pertempuran itu. Dalam hatinya ia mengagumi kelihaian Fengying. Sebelumnya ia sudah menyangka bahwa Fengying memiliki ilmu kanuragan, tetapi Qiu Laoshan tidak menyangka Fengying sehebat ini.

"Diu De Suolian, hanya secetek ini ilmumu?"

Fengying yang dibuat penasaran dengan kata-kata Diu De Suolian, sengaja membuat panas telinga Diu De Suolian agar ia segera mengeluarkan jurus barunya. Benar saja, Diu De Suolian makin geram, lalu mengolah kanuragan lebih tinggi. Senjata rantai itu berhenti berputar, kemudian perlahan bergerak hingga lurus sama rata, bagaikan tombak!

"LIULANG HUAJIA! KAMU BERUNTUNG MENJADI ORANG PERTAMA YANG MAMPUS DENGAN JURUS 'LIAN MAO (Rantai Tombak)'!"

Diu De Suolian melompat tiga tombak kemudian menusukkan senjatanya dengan cepat. Jurus itu sangat dahsyat. Pohon, tanah dan bebatuan yang terkena hantamannya menjadi hancur seperti debu! Fengying tetap berkelit dengan jurus "Renci De Long", tetapi melihat Diu De Suolian sudah menggunakan jurus yang hebat, Fengying menyerang dengan garang. Telapak tangan Fengying menerjang pelan ke sana ke mari dengan gerakan tidak terduga dan menipu. Jurus "Renci De Long" sangat berbeda dengan jurus-jurus Fengying yang lain, jurus ini kecepatannya rendah dan sangat mematikan. Aneh! Biarpun gerakan tangan Fengying lambat tetap berhasil mendesak Diu De Suolian. Diu De Suolian terkejut, senjatanya tersedot angin dari gerakan tangan Fengying, membuat jurusnya sekonyong-konyong buyar. Jurus andalannya tak sanggup melawan Liulang Huajia. Diu De Suolian keringat dingin, ia tahu kalau tidak cepat-cepat melarikan diri, nyawanya akan tamat! Diu De Suolian melompat dan hendak melesat, tetapi Xiu Juan yang mengerti niat Diu De Suolian segera menerjang.

"Pengecut!!"

Diu De Suolian menjerit! Tanpa ampun, tebasan Xiu Juan menewaskan Diu De Suolian dengan tubuh yang terpotong dua.

"Xiu Juan, kenapa kamu ganggu pertarunganku?"

"Itu untuk melunasi utangku ketika kamu menyelamatkanku Fengying."

Xiu Juan menatap pemuda berambut panjang dan kucal yang ada di hadapannya. Pertarungan tadi semakin menambah kekagumannya pada Fengying. Kekaguman yang telah membuat hatinya bergetar dan jantungnya berdegup kencang.

Qiu Laoshan yang sedari tadi terkagum-kagum, diam bagai patung. Ingin sekali rasanya ia memiliki kesaktian agar tidak dipecundangi seperti ketika ia dihadang anak buah Diu De Suolian.

"Ayo kita lanjutkan perjalanan," kata Fengying seraya melangkah. Kuda-kuda mereka lari ketakutan ketika terjadi pertarungan. Namun, ketika Fengying baru melangkahkan kakinya, tiba-tiba Qiu Laoshan bersujud.

"Liulang Huajia! Ijinkan aku menjadi muridmu!"

Fengying tersentak. Selama beberapa saat keadaan menjadi hening. Tanpa berkata apa-apa, Fengying berjalan meninggalkan tempat itu, diikuti Xiu Juan dari belakang.

Sepanjang perjalanan Qiu Laoshan terus merengek agar diterima sebagai murid Fengying. Namun, Fengying selalu menolak. Fengying tak ingin Qiu Laoshan menjadi seperti dirinya yang dikejar-kejar oleh pendekar-pendekar golongan hitam.

Pada malam hari, akhirnya mereka tiba di tempat tujuan. Malam itu mereka menginap di kediaman kerabat Qiu Laoshan. Qiu Laoshan berjanji akan meminta tabib terbaik membantu Fengying jika melukisnya di hari pernikahan esok. Fengying pun setuju. Ia pikir, menunda sesaat tak akan membahayakan Li Wei dan Yi.

Sementara itu Qiu Laoshan yang sedang merebahkan tubuhnya tidak bisa memejamkan mata memikirkan hari kebahagiaannya esok. Namun, bukan hal itu saja yang membuatnya tidak bisa tidur, kecantikan Xiu Juan terus terbayang di pikirannya.

Di dalam hutan dekat pintu desa, tampak Xiu Juan tengah berlatih dengan menyabetkan pedang ke berbagai arah dengan gerakan lambat dan langkah gontai. Baru beberapa jurus Xiu Juan berhenti.

"Bukan begini caranya," gumam Xiu Juan sambil menggeleng.

Tak lama kemudian ia melanjutkan kembali latihannya. Diam-diam Fengying memperhatikan Xiu Juan dari atas pohon. Melihat kegigihan Xiu Juan, tebersit rasa kagum di hati Fengying.

***