Ratusan tombak dari Goa Tengkorak. Seorang pria memacu kuda dengan kencang. Peluh membasahi seluruh badannya. Wajahnya pucat, matanya menunjukkan perasaan takut luar biasa! Pakaian kerajaan yang ia kenakan terlihat robek-robek. Tiba-tiba empat buah pisau meluncur cepat dan menancap di kedua kaki kuda yang ia tunggangi, membuat kuda itu meringkik keras lalu jatuh keras. Pria itu terlempar ke tanah. Kaget bukan kepalang, ia mendongak. Di hadapannya berdiri sesosok bertubuh tinggi yang mengenakan topeng dan pakaian merah. Tangannya memegang lima buah pisau, masing-masing dijepit di sela-sela jarinya. Walaupun ia mengenakan pakaian tertutup, tetapi pada bagian dada, bajunya sedikit menonjol. Jelas sudah, kalau jati diri orang bertopeng ini adalah seorang perempuan.
"Biarpun nyawaku melayang, rencana kalian tetap akan gagal!"
"Jangan banyak bicara! Aku kirim kamu ke neraka!"
Pisau-pisau di tangan sosok bertopeng melejit dan memecahkan kepala pria itu. Pria itu berteriak, lalu meregang tanpa nyawa.
Pada waktu yang bersamaan, di sebuah rumah di daerah lain. Tampak seorang pria kekar sedang merebahkan diri sambil matanya mengamati gadis yang menghampirinya. Gadis itu berambut panjang lurus dan berwarna kemerahan. Umurnya sekitar dua puluh lima tahun. Wajahnya lonjong membingkai matanya yang indah. Hidungnya yang mancung sangat serasi dengan bibirnya yang tebal dan merona merah. Kecantikan gadis itu benar-benar menggoda. Apalagi saat jemarinya melepaskan satu-satunya kain merah yang menutupi tubuhnya. Mata pria kekar terkesiap melihat kemolekan gadis tersebut.
Mereka pun bercumbu cukup lama. Setelah usai, sang pria mencoba mengatur napasnya yang terengah-engah. Tangannya membelai lembut wajah gadis yang masih duduk di atas pinggulnya. Senang dengan permainan yang telah gadis itu berikan, pria itu pun hendak melontarkan pujian. Tetapi belum sempat kata-katanya terlontar...
"Selamat tinggal...," gumam gadis cantik.
Pria kekar terkejut, tetapi terlambat. Sejurus kemudian, tangan gadis cantik menghunuskan pisau ke jantung pria kekar tanpa ampun. Pria kekar terbelalak meregang nyawa. Tamatlah riwayat pria kekar yang tak lain adalah petinggi Kerajaan Song. Sebenarnya petinggi tersebut memiliki olah kanuragan yang tinggi. Namun, keadaan tadi benar-benar tidak ia duga, sehingga ia tidak sempat mempertahankan diri.
Seperti tak terjadi apa-apa. Gadis itu mengenakan pakaiannya, lalu berkelebat meninggalkan tempat itu. Kematian dua orang anggota penting Kerajaan Song sontak membuat geger. Apalagi pembunuhnya tidak diketahui, membuat motif dibalik pembunuhan itu tetap menjadi misteri.
***
Fengying dan Xiu Juan duduk di sebuah rumah makan sambil menyantap makanan mereka. Hari itu mereka mendapatkan uang dari beberapa orang yang dilukis. Pantas saja, kali ini mereka mengisi perut di sebuah rumah makan.
"Fengying, makananmu belum habis?" tanya Xiu Juan sambil menyantap makanan di piringnya dengan lahap.
Fengying tidak menjawab, ia keheranan melihat nafsu makan Xiu Juan. Sudah tiga tumpuk piring Xiu Juan habiskan. Fengying merogoh kantong lalu melihat uang di tangannya tinggal beberapa perak.
"Ka-kamu mau makan? Kalau tidak, biar aku habiskan!" ujar Xiu Juan seraya mengambil makanan Fengying tanpa menunggu jawaban.
Fengying ternganga melihat Xiu Juan menghabiskan makanannya. "Xiu Juan. Hati-hati nanti kamu segemuk kerbau!"
"Hmm ... mmph ... mana mungkin!"
Fengying menghela napas. Dialihkan pandangannya pada dua orang yang berada di seberang meja. Sayup-sayup ia mendengar percakapan mereka soal kejadian menggegerkan akhir-akhir ini. Karena tertarik, ia pun mempertajam pendengarannya.
"Kamu tahu? Petinggi Lao Chen ditemukan tewas dengan kepala tertancap pisau! Dan anehnya, kematiannya bersamaan dengan tewasnya petinggi Tien Zhang! Dada Tien Zhang juga tertancap pisau! Ia tewas dalam keadaan telanjang di dalam kamar."
"Aneh ... mereka terkenal akan kesaktiannya. Kira-kira siapa pelakunya?"
"Justru itu susahnya! Tidak ada saksi mata yang melihat kejadian itu."
"Iya. Dan sampai sekarang tujuan pembunuhan itu belum diketahui."
"Hmmmm ... mereka berdua adalah orang penting Kerajaan Song. Apa mungkin tujuannya untuk melemahkan kerajaan? Mungkin saja pembunuh mereka adalah utusan dari Mongol atau Jin yang ingin menyerang Kerajaan Song, atau mungkin juga akan ada pemberontakan dari dalam."
"Mungkin juga. Tapi biarlah, toh itu urusan kerajaan. Bukan urusan rakyat jelata seperti kita."
"Ya, kamu benar."
Fengying tertegun setelah mendengar percakapan kedua orang itu. Perasaannya mengatakan bahwa Kerajaan Song sedang terancam.
"Fengying ... Fengying!" Suara Xiu Juan membuyarkan lamunan Fengying. "Ditanya dari tadi diam saja." Xiu Juan kesal.
"Iya, maafkan aku. Memangnya tadi kamu tanya apa?"
"Setelah ini kita mau ke mana?"
Tiba-tiba terdengar suara keras dari arah belakang. Sontak keadaan rumah makan menjadi ramai, banyak orang-orang penasaran ingin tahu ada kejadian apa di sana. Fengying dan Xiu Juan juga tak luput dari rasa penasaran. Mereka bergegas menghampiri suara keributan berasal.
"Gadis laknat!! Tempo hari kamu sudah membunuh saudaraku! Dendamku sedalam lautan!! 'Yi Baoyin Lang (Gerombolan Serigala Perak) tidak akan melepaskanmu! Jangan harap kamu keluar dari sini ini hidup-hidup!" bentak pria tinggi besar dan berambut perak pada orang di hadapannya. Pria itu tidak sendiri, ia bersama empat orang kawannya mengelilingi seorang gadis.
Perempuan itu kira-kira berusia sekitar delapan belas tahun. Rambutnya hitam lurus dengan potongan rambut pendek seperti laki-laki. Pada wajahnya yang oval, terdapat sepasang mata lebar, bulu mata lentik, alis tebal dan hidung yang pipih mungil serta bibir yang tipis, membuat wajahnya terlihat manis. Kulit sawo matang membungkus tubuhnya yang tinggi. Celana merah gadis itu panjang dan gombrong menutupi kakinya yang jenjang. Tangannya memegang lima pisau kecil yang masing-masing pisau dijepit di sela-sela jari.
"Kalau kalian hendak menyusul saudara kalian ke neraka, akan aku kabulkan! Bersiaplah menerima jurusku!" Gadis itu mengentakkan kaki dan melesat keluar rumah makan sambil mengibaskan kedua lengannya. Ia memang sengaja keluar dari kedai, agar ia bisa lebih leluasa bergerak.
Yi Baoyin Lang melesat dan langsung menerjang gadis manis tersebut. Kaki gadis itu berputar di tempat, lengannya menyabet ke berbagai arah. Mulanya lambat, lama kelamaan menjadi semakin cepat. Jurus itu membuat Yi Baoyin Lang ragu-ragu untuk menyerang. Melihat lawannya tak berani menyerang, perempuan itu mengentakkan kakinya, membuat tanah yang ia pijak melesak tiga jari. Lalu senjata yang sedari tadi dijepit di jari-jarinya melesat cepat menerjang Yi Baoyin Lang.
Xiu Juan yang melihat kelihaian gadis berbaju merah terkesiap. Lebih-lebih, baru kali ini ia melihat jurus yang dilancarkan gadis itu.
"Hebat sekali jurusnya. Tapi baru kali ini aku melihatnya."
"Itu jurus 'Hong Jin Paidui (Partai Kencana Merah)'. Nama jurusnya 'Nuwang De Xintong (Sakit Hati Sang Ratu)'. Partai itu sudah lama tidak muncul. Wajar kalau banyak orang tidak tahu jurus gadis itu."
Mendengar penjelasan Fengying, diam-diam bertambah lagi rasa kagum Xiu Juan. Fengying bukan hanya berilmu tinggi, tetapi juga berwawasan luas.
Pertempuran antara gadis baju merah dan Yi Baoyin Lang mulai berjalan tidak seimbang. Jurus "Nuwang De Xintong" benar-benar membuat lawannya pontang-panting.
"Dasar gerombolan anjing busuk!! Terimalah ajal kalian!!"
Teriakan gadis itu menghenyak Yi Baoyin Lang, mereka melanting berusaha menghindar. Namun, ternyata tak satu pun jurus yang mengejar mereka. Melihat kesempatan tersebut, gadis baju merah melesat meninggalkan tempat itu dengan ilmu meringankan tubuh yang luar biasa.
"Gadis pengecut!!"
***