Chapter 24 - 24

"JARAH SEMUA! ANGKUT BENDA-BENDA BERHARGA! BAWA PARA PEREMPUAN KE KAPAL KITA!"

Seorang bertubuh tinggi besar mengenakan pakaian hijau berteriak memberi perintah. Sepertinya dialah gembong bajak laut Haiyang She. Wajahnya hitam legam dengan kumis dan jenggot seperti tumbuh liar di wajahnya yang persegi. Matanya sipit, hidungnya lebar dan panjang. Bibirnya hitam dan lebar. Di pipinya terdapat jahitan besar yang melintang lurus. Rambut panjang pria itu awut-awutan. Di tangannya terdapat tombak panjang dengan tiga pisau runcing di ujungnya.

Tetapi baru saja gembong penjahat itu berteriak, tiba-tiba terdengar suara berdebam. Tiga orang anggota Haiyang She jatuh terjengkang. Di hadapan mereka, Xiu Juan berdiri sambil bertolak pinggang.

"Setan laut! Berani-beraninya berbuat onar!"

"Hahaha! Liar sekali rupanya!"

Gembong Haiyang She tertawa keras. Suaranya menggetarkan seisi kapal. Gembong bajak laut itu memiliki olah kanuragan yang tinggi.

"Kurang ajar! Siapa kamu?"

"Aku? Hahaha! Belum kenal siapa aku? Ayo gadis cantik, ikut ke kapalku, nanti kita berkenalan lebih jauh! Hahaha!"

"Kurang ajar! Hiaaat!"

Xiu Juan menerjang gembong bajak laut dengan jurus Yueliang Xuyao Tongku! Tapi sabetan-sabetannya tak satupun yang berhasil mengenai pimpinan Haiyang She. Olah kanuragan gembong itu memang hebat, tubuhnya yang besar bergerak dengan kecepatan tinggi. Selain itu, luka yang ia derita membuat gerakan dan kecepatan Xiu Juan tidak seperti biasanya.

"Xiu Juan minggir!" Fengying merangsek ke arah gembong bajak laut. Tapi Xiu Juan sama sekali pantang menyurutkan langkah.

"Kurang ajar! Berani membokong Haiyang She! Rasakan jurusku Haishe Bashou (Kelebat Ular Laut)!"

Gembong bajak laut berjuluk Haiyang She menyerang Fengying dan Xiu Juan dengan tombaknya. Tombak kepala tiga menusuk dengan cepat. Bagi Fengying serangan tombak itu mudah dihindari, tetapi ia tidak hanya berkonsentrasi untuk dirinya, melainkan juga untuk menjaga Xiu Juan. Haiyang She mengangkat tombak kepala tiga lalu diputar ke atas. Melihat pertahanan gembong bajak laut terbuka, Xiu Juan datang menyabetkan pedangnya.

"Tertipu!" teriak Haiyang She sambil menyabet cepat ke arah Xiu Juan.

Dada Fengying tertusuk tombak saat berusaha melindungi Xiu Juan. Cepat-cepat Xiu Juan menarik Fengying lalu melanting menjauhi Haiyang She. Haiyang She tertawa puas.

"Baru beberapa jurus sudah terkapar! Jurus berikutnya akan menghabisimu pemuda tolol!"

Mata Xiu Juan menyala-nyala memandang Haiyang She. Setelah membaringkan Fengying, Xiu Juan hendak berdiri, tiba-tiba tangan Fengying menahannya.

"Sudah aku katakan jangan bertarung, tapi kamu masih keras hati," kata Fengying lirih seraya bangkit berdiri.

"Fengying, lukamu sudah begitu parah!"

"Aku masih sanggup. Justru luka yang kamu peroleh dari Xue Yue Nuwang yang lebih buruk. Aku tahu dari melihat gerakanmu."

Perih hati Xiu Juan. Ia tak menyangka Fengying demikian perduli padanya.

"Tapi Feng … ying!"

"DIIIIAAAAAM!" bentak Fengying pada Xiu Juan.

Mendengar itu, Xiu Juan menyurutkan langkahnya. Baru kali ini Fengying membentak dirinya. Tapi ia tahu, Fengying melakukan itu semua demi dirinya. Dan kalau ia memaksa untuk tetap bertarung, maka sama saja tak menghargai pengorbanan Fengying. Dalam hati ia hanya bisa berdoa dan percaya bahwa Fengying dapat segera menghabisi Haiyang She.

Di sisi lain, melihat lawannya kini berdiri kembali. Gentar juga hati Haiyang She. Sebagai penjahat yang malang melintang di lautan, ia memang buta Jianghu. Haiyang She tak berani meremehkan. Ia segera merapal jurus terkuatnya, Sān Tóu Shé Kāi Hǎi (ULAR KEPALA TIGA MERAJAI SAMUDERA). Tombaknya bercahaya, lalu ia putar-putar tombak ke atas, ke kiri dan ke kanan. Muncul asap berbau busuk dari tombaknya. Asap itu sanggup membuat tubuh lawan menjadi lemas. Kemudian ia menerjang Fengying.

Fengying tahu bahwa ia tak bisa bertempur lebih lama lagi. Maka ia pun merapal jurus andalannya Long He (Naga Minum Tuak). Kedua tangan Fengying berpendar hijau, tubuhnya gontai, kakinya berjalan ke kanan ke kiri tidak beraturan.

Saat Haiyang She sudah berada satu tombak di atas Fengying, tangan Fengying mengayun pelan ke segala arah. Asap dari tombak kepala tiga buyar. Kaget bukan kepalang Haiyang She menyabetkan tombaknya lagi, tapi dengan telapak tangannya Fengying sudah lebih dulu menghantam kepala gembong bajak laut itu. Haiyang She melanting dua tombak, mulutnya mengeluarkan darah, kemudian ia jatuh berdebam. Nyawa Haiyang She kini sudah kepas dari jasadnya.

Kematian Haiyang She membuat anak buahnya ketakutan. Xiu Juan meloncat dan mengibaskan Pedang Merak. Hanya sesaat, semua anggota bajak laut itupun dapat ditumpas. Setelah itu Xiu Juan melesat menghampiri Fengying yang sedang mengatur pernapasan.

"Kamu tidak apa-apa Fengying?"

"Aku baik-baik saja. Hanya butuh sedikit olah pernapasan," ujar Fengying. Xiu Juan tidak mempercayai kata-kata Fengying.

Xiu Juan tahu Fengying berusaha menutupi kondisinya. Sudah berkali-kali Xiu Juan menyalurkan tenaga dalam, tetapi kondisi Fengying tak kunjung membaik. Mungkin hanya Tianshi Emo yang bisa menyembuhkan Fengying.

Tak berapa lama kapal mereka tiba di pelabuhan. Xiu Juan segera bergegas mencari kuda. Untung saja, salah satu penumpang yang sudah ditolong oleh Fengying dan Xiu Juan mau memberikan seekor kuda pada mereka. Fengying yang kondisinya makin menurun, tak bisa lagi menyembunyikan kondisi sebenarnya dari Xiu Juan.

Setelah menaikkan Fengying ke punggung kuda, Xiu Juan melompat dan memacu kuda cepat-cepat. Dari penuturan Fengying, Xiu Juan tahu bahwa Tianshi Emo berdiam di Lembah Malaikat Kelam. Sudah ribuan tombak Xiu Juan memacu kudanya tanpa henti. Hujan badai dan rasa lelah, sama sekali tak ia hiraukan. Ia hanya berhenti sesekali untuk bertanya lokasi lembah Malaikat Kelam. Sepanjang perjalanan, ia menyesali dirinya. Kalau saja ia menuruti kata-kata Fengying, mungkin kondisi Fengying tak akan seburuk ini.

Akhirnya setelah menempuh perjalanan selama empat hari, mereka tiba di sebuah lembah. Lembah itu begitu indah tetapi sekaligus mencekam. Berbagai bunga tumbuh menghiasi lembah, pun kepala tengkorak tersebar di berbagai tempat. Di tengah-tengah lembah itu, terdapat sebuah gubuk kecil yang indah sekaligus menyeramkan, sama seperti keadaan sekelilingnya.

Xiu Juan mencoba mengetuk-ngetuk gubuk itu tapi tak ada jawaban.

"Mungkin penghuninya sedang tidak ada di tempat," gumam Xiu Juan.

Xiu Juan akhirnya memutuskan untuk menunggu di halaman rumah. Waktu demi waktu berlalu, hari demi hari berganti, namun tak ada tanda-tanda kemunculan Tianshi Emo di lembah Malaikat Kelam. Kondisi Fengying makin memburuk. Tubuhnya lemah, wajahnya makin pucat. Sudah dua hari Fengying tak sadarkan diri dalam pangkuan Xiu Juan. Tak henti-henti Xiu Juan menyalurkan tenaga dalam, namun sia-sia. Ia terus menyesali dirinya. Andai saja, kalau saja, bagaimana jika, semua kata-kata sesal terucap di hatinya. Tapi apa daya, semua sudah terlambat. Dada Fengying berhenti bergerak, denyut nadinya pun berhenti berdetak. Dalam penyesalan, Xiu Juan menangis sejadi-jadinya. Karena kebodohannyalah pria pujaan hatinya kini berhenti bernapas.

"Wah ada yang minta mampus datang ke sini!"