Pedang Xingguang Zhao merangsek cepat ke arah tiga pendekar berbadan gemuk, tetapi mereka menyambutnya dengan kaki-kaki yang menerjang bak kilat. Kecepatan kedua belah pihak sulit diikuti mata awam, kecuali pendekar mumpuni.
"Kecepatan mereka luar biasa sampai-sampai mataku tidak bisa menangkapnya," gumam Li Wei. "Bagaimana jalannya pertarungan?"
Alih-aling Fengying, justru Xiu Juan yang menjawab, "Mereka berhasil mendesak Xingguang Zhao."
Fengying dan Li Wei terkejut. Mereka tidak menyangka pandangan Xiu Juan mampu menangkap kecepatan tinggi para pendekar yang sedang bertarung. Jika menilik kekuatannya ketika melawan Si Tie, mustahil Xiu Juan mampu.
Sebenarnya tanpa sepengetahuan mereka, Xiu Juan sedang berlatih salah satu jurus andalan Yueliang Xueyuan yang dinamakan "Yueliang Xingxing (Bulan Bintang)". Jurus tersebut memang luar biasa, tetapi memiliki risiko bagi yang sedang melatihnya karena simpul nadi akan tersumbat dan perlahan-lahan akan terbuka hingga tuntas selama sembilan puluh hari. Sudah 41 hari Xiu Juan berlatih, sehingga kekuatannya kian mendekati ke titik semula.
Jurus ini memang belum dikenal di Jianghu, karena Yueliang Gongzhu baru saja menciptakannya. Sebagai murid kesayangan, Xiu Juan beruntung diwarisi ilmu ini terlebih dahulu sebelum saudara-saudara seperguruannya.
Kembali ke pertarungan. Xingguang Zhao yang tadi terdesak kini berada di atas angin setelah mengerahkan jurus "Jian Xijuan Feng (Pedang Menyapu Angin)".
Pedangnya bergerak lembut seperti mengikuti angin, tetapi sesungguhnya sangat berbahaya. Kendati serangan Xingguang Xhao terlihat gemulai, ketiga pendekar gemuk dapat mengukur kehebatannya.
"Hati-hati, Er, San!" seru Yi pada kedua adiknya.
"Baik, Kakak Yi!" balas San dan Er serentak.
Mereka tidak berani bertindak gegabah, dan memilih menghindar sambil menunggu Xingguang Zhao lengah. Namun, keputusan tersebut justru makin membuat mereka tersudut. Rupanya jurus "Jian Xijuan Feng" adalah jurus yang perlahan-lahan menghimpun angin di sekitar. Sekarang angin tersebut mengurung ketiga pendekar gemuk. Mereka seperti berada di dalam sangkar dan tidak bebas bergerak. Saat itulah Xingguang Zhao mengubah gerakan. Kini pedangnya bergerak tajam dan merangsek ke arah Yi. Yi tahu, kalau tidak meningkatkan kekuatan, ia akan tewas mengenaskan. Dengan segera matanya mengerling pada Er dan San, memberi sinyal untuk mengerahkan salah satu jurus terkuat: "Lu Wu (Tarian Kijang)".
Yi berteriak, "Hancurkan sangkar angin terlebih dahulu!"
Serta merta Yi, Er, San bergerak serempak. Masing-masing mengeluarkan gerakan berbeda, tetapi harmonis. Kaki Yi berputar cepat; Er bergerak tajam; San bergerak gemulai.
Tatkala mereka melesat ke atas, pedang Xingguang Zhao sudah berada sangat dekat dengan Yi.
"Tidak akan kubiarkan! Mati!" seru Xingguang Zhao.
Tiba-tiba pedangnya terpental ke belakang. Ketiga pendekar gemuk berhasil mengelabuinya. Sesungguhnya mereka tidak berniat menghancurkan sangkar angin, melainkan menyerang Xingguang Zhao. Ketiganya merangsek secepat kilat ke arah Xingguang Zhao, berusaha tak memberinya kesempatan.
'Menyejajarkan Xingguang Zhao dengan lima pendekar tanpa tanding sungguh berlebihan.' Fengying membatin.
Melihat keadaan tersebut, para anggota Chonggao Dang bersiap menerjang.
"Chonggao Xingcheng (Formasi Luhur)!" To Mu berteriak memberi perintah.
Para anggota membentuk formasi bintang, segitiga, bundar secara bergantian. Pergantian formasi yang secara terus menerus inilah yang membuat lawan sulit menerka. Namun, tidak bagi pendekar sekelas Yi, Er, San.
"Kakak, Adik! Kalian habisi Xingguang Zhao, biar aku yang menghancurkan formasi ini!"
Gerakan Er tak dapat ditangkap mata pendekar sekelas para anggota Chonggao Dang. Hanya dalam sekejap kaki-kaki Er berputar dan menghempaskan mereka.
"Para pendekar busuk! Seranganku belum berhenti sampai ajal menjemput kalian!"
Belum sempat Er melesat, tiba-tiba terdengar suara keras dari belakang. Sontak seluruh pandangan tertuju ke asal suara, dan melihat Xingguang Zhao terhempas dengan dada berlubang.
Xingguang Zhao gemetar tatkala berusaha menunjuk Yi, dan Er. "Kalian li ... cik! Berani menghabisiku dengan senjata rahasi ...." Xingguang Zhao tidak sempat menyelesaikan kalimatnya dan sudah tewas mengenaskan.
Amarah para anggota partai menggelegak. Atas perintah To Mu, mereka mengepung ketiga pendekar gemuk.
"Cih! Sungguh licik! Sama sekali tidak kesatria!" Li Wei berancang-ancang melesat, tetapi Fengying telah menahannya lebih dulu.
"Tunggu. Bukan mereka pelakunya," ungkap Fengying.
Li Wei pun terkejut. "Apa maksud, Kakak?"
"Aku melihat senjata rahasia melesat dari arah berlawanan," timpal Xiu Juan.
Fengying mengangguk. "Benar." Fengying menoleh pada kedua Xiu Juan dan Li Wei. "Sebaiknya kita jangan bertindak. Kita selidiki dulu kematian Xingguang Zhao diam-diam, karena bukan tidak mungkin pelakunya justru orang dalam."
Xiu Juan dan Li Wei mengangguk lantas kembali mengalihkan pandangan ke medan pertempuran.
Yi, Er, San diserang dari berbagai penjuru. Sehebat apa pun ketiga pendekar gemuk, jika mendapatkan serangan dari ratusan orang seperti sekarang, tentu tetap kewalahan. Kalau diteruskan akhir pertarungan sudah dapat diterka. Yi pun memilih untuk mundur ketimbang mati sia-sia.
Yi mengerling pada kedua adiknya, lantas mereka melesat ke arah para anggota di sebelah kanan. Melihat gerakan Yi, Er, San ke arah kanan, para anggota lain pun mengejar. Saat itulah Yi, Er, San melanting ke arah berlawanan dan berhasil mengecoh mereka, lalu melesat ke dalam hutan.
"Licik!" geram To Mu. "Mungkin sekarang kalian lolos, tapi tidak pada pertemuan berikutnya!" serunya sambil memberi aba-aba agar para anggota kembali ke tempat masing-masing. Setelah itu, ia masuk ke dalam bangunan utama.
Li Wei, Xiu Juan. Kalau nanti To Mu mencariku, carilah alasan yang tepat," tukas Fengying bersiap melesat.
"Fengying, kamu mau ke mana?" tanya Xiu Juan.
"Menemui tiga pendekar gemuk dan mencari kebenarannya." Usai berkata, Fengying melesat ke arah yang lowong dari penjagaan ketat, agar kepergiannya tidak diketahui Chonggao Dang.
"Kakak Fengying selalu saja berbuat sesuka hati. Padahal aku ingin ikut," ucap Li Wei sedikit merajuk.
Mendengar kata-kata itu, Xiu Juan tersenyum. "Fengying sudah memperhitungkan tindakannya. Adik, ayo kita temui To Mu dan menanyakan kamar kita."
"Iya, Kakak." Li Wei mengangguk kemudian mengikuti Xi Yuan dari belakang.
***
Sementara itu di sebuah bukit, Yi, Er, San baru saja mendarat di depan sebuah rumah bambu yang sudah reyot.
Rumah tersebut tidak terawat. Sebagian dinding bambu telah rusak, demikian halnya dengan atap yang telah banyak berlubang. Menilik keadaan rumah tersebut, dapat dipastikan kalau rumah itu sudah lama tidak dihuni.
"Aaaaaah! Aku kesal sekali dengan partai busuk itu! Selalu saja menuduh kita padahal mereka pelakunya!" San berseru, kesal.
Er dan Yi tergelak mendengar kekesalan adik mereka.
"Adik, meskipun kita mencurigai mereka, tetap saja kita tidak memiliki bukti," tukas Yi.
"Tetap saja aku kesal, Kakak. Aku pikir untuk apalagi bukti! Sudah pasti yang menculik para gadis adalah mereka! Dan aku yakin pembunuh Xingguang Zhao juga salah satu di antara mereka." Baru saja San selesai berujar, tiba-tiba sesosok bayangan melesat lalu mendarat di dekat mereka.
"Saudara-saudara maafkan kelancanganku menguntit kalian," ucap Fengying sembari memberi salam.
***