Asap tebal berangsur-angsur memudar hingga menampilkan Fengying dan Hong Tie yang berdiri kukuh. Kedua perempuan cantik yang menyaksikan kejadian, berharap Fengying yang memenangkan pertarungan. Namun, kekhawatiran mereka menyeruak kala darah mengalir dari ujung bibir Fengying, sementara Hong Tie tidak terluka sama sekali.
Merasa kemenangan telah di tangan, Hong Tie pun jemawa. "Hahaha! Rupanya cerita tentang kehebatanmu hanya omong kosong!" Hong Tie tergelak keras.
Alih-alih emosinya tersulut, sebelah ujung bibir Fengying sedikit terangkat. "Sebentar lagi ...."
"Sebentar lagi?" Hong Tie menyeringai. "Kamu memang paham ajalmu akan segera da—" Belum sempat menyelesaikan kalimat, Hong Tie sudah tersungkur. Ia menggelepar-gelepar selama beberapa saat sebelum akhirnya tak bergerak.
Jurus yang dikeluarkan Fengying seakan-akan tidak melukai Hong Tie, tetapi sebenarnya seluruh organ bagian dalamnya hancur perlahan-lahan. Kemenangan Fengying tentu saja disambut gembira kedua gadis cantik.
"Akhirnya para penjahat Si Tie tewas!" seru gadis Yueliang Xueyuan.
"Cepat lepaskan totokan kami, Pelukis Kumal!"
Fengying membalik badan lalu menyelisik kedua gadis yang masih dalam keadaan polos. Tak lama kemudian ia pun terkekeh. "Ah, melukis dua gadis cantik dalam keadaan polos tentu sangat indah!" Fengying berjalan mendekat sambil memandang tubuh polos gadis-gadis cantik, tanpa berkedip.
"Ma-mau apa kamu?!" bentak gadis Sheng Mi, khawatir.
Tiba-tiba Fengying berkelebat cepat dan melepaskan totokan pada kedua gadis cantik. Setelah itu, ia pun membalik badan seraya tergelak. "Hahaha! Setelah dipikir masak-masak, aku lebih senang melukis perempuan yang mengenakan pakaian! Konsentrasiku tidak buyar! Hahaha!"
Kedua gadis cantik buru-buru mengambil pakaian dua anggota Si Tie lalu memakainya. Meskipun pakaian-pakaian tersebut kebesaran, setidaknya kini mereka tidak lagi polos. Keduanya pun menghampiri Fengying.
"Liulang Huajia, terima kasih telah menyelamatkan kami," ucap murid perguruan Yueliang Xueyuan dan diikuti oleh gadis Sheng Mi.
"Ah, sudah, sudah ... aku cuma ingin mendapatkan upah melukis. Bagaimana aku bisa mendapatkan upah, kalau lukisannya belum selesai?!" ujar Fengying, "oh iya, panggil saja aku Fengying."
Murid Sheng Mi tersenyum. "Namaku Li Wei."
"Aku Xiu Juan," tukas murid Yueliang Xueyuan, memperkenalkan diri.
Fengying mengangguk repetitif. "Nanti kita sudah saling mengenal kalau bertemu kembali."
"Bukankah kamu mau menyelesaikan lukisan?" tanya Li Wei.
"Ah, benar! Baiklah aku selesaikan dulu, setelah itu aku harus pergi."
"Memangnya ke mana tujuanmu?" Xiu Juan bertanya.
Wajah Fengying mendadak berubah serius. "Aku mencari orang tuaku. Entah mereka ada di mana."
Mendengar hal tersebut, Li Wei segera berkata, "Kalau memang tidak tahu tujuanmu, mengapa tidak ikut aku ke perguruanku? Kalau kamu memiliki petunjuk, mungkin guru-guruku dapat membantumu."
"Ke Sheng Mi di sebelah utara?" Fengying mencerna pikiran sejenak. "Boleh juga."
"Bagus, kalau begitu kamu bisa melukisku di jalan." Li Wei menoleh pada Xiu Juan. "Ke mana tujuan, Kakak?"
"Aku harus menyelesaikan tugas dari guruku di Nanjing."
"Nanjing berada di utara, kenapa kita tidak pergi bersama?" usul Li Wei.
Xiu Juan mengangguk. "Kalau tidak merepotkan kalian, tentu aku senang."
"Tentu saja tidak. Kalau kita pergi bersama, setidaknya lebih aman di perjalanan. Apalagi ada Kakak Fengying."
Fengying menghela napas. "Aku hanya pelukis biasa."
Xiu Juan tersenyum. "Siapa yang tak mengenal Liulang Huajia?!"
"Ah, sudahlah. Sebaiknya kita segera berangkat," tukas Fengying.
Li Wei tersenyum. "Kita berhenti di kota terdekat." Li Wei melirik bajunya. "Aku dan Kakak Xiu Juan perlu baju baru."
"Baiklah, mari kita berangkat!" Fengying melanting, kemudian melesat diikuti kedua gadis cantik.
***
Di dalam hutan di sebelah utara, tampak lima pendekar laki-laki berpakaian serba putih sedang bertarung dengan tiga laki-laki gemuk berpenampilan aneh.
"Sejak kalian berkeliaran di sekitar sini, sudah puluhan gadis menghilang!" seru salah satu pendekar berbaju putih yang berjenggot panjang, sambil menerjang dengan pedangnya.
"Hahaha! Kakak Yi, aku tidak paham ucapan mereka!" Laki-laki gemuk bernama Er (Dua) yang berkuncir dua di kepalanya, tergelak sembari menghindari serangan.
"Otak mereka memang ada di pantat! Hahaha!" Laki-laki bernama Yi (Satu) yang berkuncir satu menjawab.
"Pantas jika ucapan mereka ngawur!" balas San (Tiga), yang berkuncir tiga.
Ketiga pria gemuk bukan pendekar semenjana. Gerakan mereka sangat lincah, tetapi tak satu pun serangan lawan dibalas. Ketiganya hanya berkelit sambil tertawa-tawa.
"Kurang ajar! Sudah berbuat cabul masih tidak mau mengaku!" Pendekar putih yang lain merangsek dengan pedangnya.
Kelima pendekar berpakaian putih menyerang bersamaan. Pedang mereka berusaha mengurung pria-pria gemuk. Serangan tajam demi serangan tajam datang dari berbagai arah, tetapi ketiga pria gemuk, mampu menghindar dengan sempurna.
"Kakak Yi! Kenapa kita tidak membalas?" tanya San.
"Apa serunya? Hahaha!"
Sementara itu, pertempuran mereka tak luput dari perhatian tiga orang yang sedari tadi mengamati dari atas pohon.
"Fengying, sepertinya kalau ketiga pria cabul itu membalas, kelima pendekar tidak akan mampu melawan," tukas Xiu Juan.
"Kakak Xiu Juan benar. Kalau Kakak Fengying tidak membantu, biarkan aku saja," sahut Li Wei.
"Jika menilik pakaian mereka, pasti berasal dari Chonggao Dang (Partai Luhur). Mereka partai besar, kurasa tidak memerlukan bantuan ki—"
"Cih, aku tidak bisa membiarkannya terlalu lama!" Li Wei yang beradarah panas, segera melompat. "Para pendekar, mohon izin membantu!" Kipasnya meliuk dan langsung merangsek San.
"Hahaha! Masih berapa banyak lagi yang akan mengeroyok kita?!" seru San.
Melihat Li Wei turun ke medan pertempuran, Xiu Juan pun menyusul. "Adik tidak bisa mengukur kemampuan. Biar aku bantu!"
"Aduh! Jadi enggak seru!" Fengying pun melesat ke bawah. "Para pendekar, maaf jika mengganggu pertarungan kalian!" Tapak Fengying menerjang Yi. Ia segera merapal jurus "Qian Long Duhai". Tapaknya bergerak cepat ke segala penjuru, hingga terlihat seperti ratusan.
Melihat serangan tajam Fengying, Yi tergelak. "Hahaha! Rupanya ada pendekar tangguh! Sekarang baru seru!" Yi memutar kakinya dengan kecepatan tinggi, kemudian merangsek Fengying.
"Asyik! Akhirnya kita membalas!" Er berseru, kakinya menendang ke arah Xiu Juan.
"Dari tadi kakiku sudah gatal!" San pun melanting ke atas, sebelum melancarkan tendangan ke arah Li Wei.
Kendati ketiga pendekar gemuk sangat lihai, dikeroyok delapan pendekar akhirnya membuat mereka tersudut.
"Cih! Kalau saja tidak ada si Tapak Naga ini, kita masih bisa bersenang-senang!" Yi berteriak.
"Tapi aku menikmati pertarungan seru seperti ini, Kakak!" timpal San.
"Tidak sekarang, San! Kita bisa bersenang-senang di lain hari! Tidak ingatkah kamu dengan urusan kita?" seru Yi.
Er pun sepaham dengan Yi. "Benar, Kakak. Urusan perut kita lebih penting!"
"Kita teruskan pertarungan usai mengisi perut! Hahaha!" Yi menjejakkan kaki pada salah seorang Chonggao Dang, kemudian melesat menjauh dengan kecepatan tinggi.
"Tunggu, Kakak! Hup!" Er melanting dan menyusul Yi bersama dengan San.
"Cih, mau kabur!" seru seorang Chonggao Dang. Namun baru saja hendak melesat, ada seseorang yang menahannya.
"Tidak usah dikejar!"
***