Tapak Fengying dan tinju Hong Tie beradu dan menimbulkan ledakan besar. Energi ledakan menghempaskan sekeliling, bahkan merubuhkan sebagian dinding rumah batu. Beruntung, ilmu ketiga Si Tie cukup mumpuni untuk melindungi diri dan kedua gadis cantik.
"Dari mana kekuatan besar pemuda itu?" Lu Tie terperangah menyaksikan kehebatan Fengying.
"Liulang Huajia dikenal dengan senjata kuasnya. Tidak kusangka tanpa kuas pun ilmunya sudah di atas nalar," gumam Hei Tie, yang masih terdengar kedua adiknya.
"Kakak, sebaiknya kita bantu kakak pertama!"
Saat Huang Tie hendak melesat, Hei Tie menahannya. "Kalau tidak diminta jangan membantunya, atau Kakak Hong Tie merasa harga dirinya tercoreng!"
"Baiklah." Huang Tie mengangguk lantas mengalihkan pandangan pada pertempuran Fengying dan Hong Tie.
Hong Tie menatap tajam ke arah Fengying sambil mengumpulkan energi. Perlahan-lahan seluruh badannya berubah makin merah disertai urat-urat yang bertonjolan, sebelum akhirnya menguarkan asap.
Fengying tertawa geli melihat Hong Tie. "Aku tidak menyangka ternyata pemilik rumah ini seekor kepiting."
Hong Tie tersungging, sama sekali tidak termakan kata-kata Fengying. "Kepiting yang sebentar lagi akan mengakhiri hidupmu."
"Sebentar lagi? Mari kita lihat!!" Fengying melanting ke atas sejauh tiga tombak, lalu menukik deras ke arah Hong Tie. Tapaknya bergerak cepat ke segala penjuru, hingga terlihat seperti ratusan. Jurus ini dinamakan "Qian Long Duhai (Seribu Naga Melintasi Samudera)".
"Aku tidak akan segan! Sambutlah 'Diyu Huo Tie (Besi Api Neraka)!'" Hong Tie mengentakkan kaki ke lantai kemudian melesat cepat.
Dari tangan Hong Tie keluar api yang membungkus tinjunya lalu menerjang tapak-tapak Fengying. Kecepatan keduanya setara; kemampuan mereka pun sebanding. Hingga ratusan gerakan dikeluarkan dalam waktu singkat, tanpa ada yang mengungguli lawan. Namun, Hong Tie tahu kalau lawan masih menyimpan kesaktian.
"Keluarkan kuasmu, Liulang Huajia!!" Hong Tie berseru.
"Cukup tapak ini yang meladenimu!" balas Fengying.
"Akan kupaksa kamu mengeluarkannya!!"
Tangan Hong Tie berpendar terang, seiring api yang kian berkobar. Energi tubuhnya meningkat drastis, sehingga kekuatan dan kecepatannya pun makin mengerikan. Inilah jurus "Diyu De Chengfa (Besi Neraka Mendera Bumi)". Tinju-tinjunya merangsek dan mengurung Fengying dari berbagai arah. Setiap Fengying berusaha berkelit, tinju Hong Tie menghadang sehingga ia berusaha menepis semampunya. Serangan demi serangan yang datang bertubi-tubi mendesak Fengying.
"Cih! Aku turuti kemauanmu!" seru Fengying.
Fengying melanting ke belakang sembari mengeluarkan kuas dari balik pakaian, lantas mengalirkan energi yang membuat bulu kuas berdiri tegak seperti jarum. Tangannya meliuk bagaikan naga dan menerjang Hong Tie. Jurus "Tianlong Guanghuang (Aura Naga Langit)" merangsek secepat kilat. Hong Tie coba menyambut, tetapi bulu-bulu kuas melesat ke arahnya. Refleks, ia menarik tinjunya dan berkelit ke samping. Namun, tiga jarum berhasil menghunjam bahu dan dadanya.
"Argh!" Hong Tie mengerang kesakitan merasakan tubuhnya seperti terbakar dari dalam.
"Kakak, apakah kita masih diam saja?! Aku tidak peduli jika kakak pertama marah, daripada melihatnya tewas tanpa berusaha membantunya!!" Huang Tie melesat, tanpa pikir panjang.
"Bodoh!" seru Hei Tie, yang juga melesat diikuti Lu Tie.
Sementara itu, Fengying tak mengendurkan serangan. Kali ini sebelah tapaknya bergerak lurus dan tajam, sedangkan kuasnya berputar bak gasing. Perpaduan dua gerakan dalam satu jurus menjadi sulit ditebak, Hong Tie makin kewalahan menghadapinya. Inilah jurus andalan Fengying "Long Fenliele Haiyang (Naga Membelah Samudera)". Saat tapak Fengying mengarah ke dada Hong, tiba-tiba satu tinju menghadangnya.
"Hadapi aku, Pelukis Bodoh!!" Huang Tie menyeruak di antara Fengying dan Hong Tie.
"Bagus! Sekalian kutamatkan riwayatmu!" seru Fengying merangsek dengan tapak dan kuasnya. Hanya dalam beberapa saat Huang Tie telah tersudut.
"Jangan lupakan kami!"
Lu dan Hei Tie datang membantu. Tinju-tinju ketiga Si Tie menyerang Fengying dari tiga arah. Alih-alih surut, Fengying makin meningkatkan serangan.
Tatkala ketiga adiknya sedang bertarung, Hong Tie mencoba mengatur napas dan memulihkan diri. Meski muskil pulih total dalam waktu singkat, setidaknya mampu menahan sakit untuk beberapa saat. Matanya terpaku pada pertarungan di hadapannya.
'Liulang Huajia ... bagaimana mungkin ia menguasai jurus Tiangkong Huajia? Bukankah Pendekar Legendaris tersebut meninggal delapan puluh tahun silam?' batin Hong Tie.
Di arena pertempuran, jurus-jurus Fengying makin ganas menerjang ketiga Si Tie. Badannya melesat seraya berputar; tapaknya meliuk; kuasnya bergerak lurus dan tajam. "Long Zai Fenmu (Naga Dalam Pusara)" merangsek Hei Tie, tetapi Huang Tie datang membantu. Fengying berkelit dari serangan Huang Tie dan melancarkan serangan balik.
"Sejak di Lijiang kamu yang paling menyebalkan!" Kuas Fengying mengunjam jantung Huang Tie dan menghempaskannya dengan keras ke lantai.
"ADIIIIK!!" Baru saja Lu Tie berteriak, tiba-tiba tapak Fengying mendarat di dadanya.
"KURANG AJAAR!"
Hei Tie menghambur dengan tinju-tinjunya. Namun, Fengying berkelit ke belakang dan memukul punggungnya.
Melihat adik-adiknya dihempaskan Fengying, kemarahan Hong Tie pun menggelegak. Ia mengentakkan kakinya di lantai hingga ambles, kemudian melesat menuju Fengying.
"AKAN KUREMUKKAN BATOK KEPALAMU!!" Hong Tie berteriak keras.
Hong Tie merapal jurus "Gangtie Shuiping Diqui (Baja Meratakan Bumi)". Tangannya berubah sekeras baja dan diselubungi api yang menyala-nyala, lalu mengibas ke arah Fengying. Gerakannya sangat cepat, tetapi Fengying mampu menghindar ke samping sembari membalas dengan kuasnya. Hong Tie menepis serangan Fengying. Pertarungan berlangsung sengit dan berimbang.
"BANTU AKU!" Hong Tie berseru.
Serta-merta ketiga adiknya melesat. Tinju-tinju mereka mengepung Fengying. Sehebat apa pun Fengying, dikeroyok seluruh anggota Si Tie tentu kewalahan. Fengying hanya bisa menepis serangan tanpa bisa membalas. Tak lama kemudian, tinju Hei Tie menghunjam punggung Fengying dan menghempaskannya ke lantai.
"MATI!!" teriak Hei Tie.
Huang Tie kembali merangsek, tetapi sedetik kesempatan sudah cukup bagi Fengying. Kuasnya berputar secepat kilat dan menembus kepala Huang Tie tanpa ampun. Malang, ajal Huang Tie tak bisa lagi dicegah. Anggota termuda Si Tie itu pun tewas mengenaskan.
"HUAAAANG TIEEEEEEE!!!"
Kematian Huang Tie menyulut amarah ketiga Si Tie. Mereka menyerang Fengying dengan membabi buta. Namun, Fengying tidak tinggal diam dengan mengerahkan jurus "Na Na (Pusara Naga)". Tangannya bergerak lambat membentuk lingkaran di depan dada. Perlahan-lahan tercipta energi yang menyedot lawan-lawannya. Lu Tie tak mampu mengendalikan tubuhnya dan terisap ke dalam pusara. Fengying tidak menyia-nyiakan kesempatan, tapaknya meremukkan dada Lu Tie hingga tewas seketika. Belum hilang keterkejutan Si Tie, Fengying berkelebat cepat. Kuasnya menembus kerongkongan Hei Tie. Hong Tie tidak pernah menyangka hari ini menjadi malapetaka bagi Si Tie.
"KALAU TIDAK MEMBALAS KEMATIAN ADIK-ADIKKU, JANGAN SEBUT AKU HONG TIE!!"
Jika tidak terpaksa, ia tak akan mengeluarkan jurus "Diyu Gang Ping Diqiu (Baja Neraka Meratakan Bumi)" yang baru saja dipelajari. Risiko kegagalan bisa saja terjadi, tetapi Hong Tie tak memiliki pilihan selain bertaruh. Hong Tie merapal jurus tertinggi. Seluruh tubuhnya diselubungi api yang menyala-nyala; tubuhnya berubah sekeras baja. Ia segera menerjang Fengying.
"TERIMA AJALMU, LIULANG HUAJIA!!"
"DOSAMU SETINGGI LANGIT!! HARI INI HANYA KEMATIAN YANG PANTAS BAGIMU!" Fengying berseru.
Fengying tak tinggal diam dan mengerahkan jurus "Tianlong Fenlie Diyu (Naga Langit Membelah Neraka)". Tangannya bergerak cepat, hingga terlihat ribuan dan menyambut Hong Tie. Pertemuan dua jurus menimbulkan ledakan besar; tanah berguncang keras bak gempa bumi; dinding rumah pun hancur berkeping-keping. Namun, asap tebal menghalangi pandangan, sehingga hasil akhir pertarungan belum diketahui.
***