Pada keesokan harinya.
Biru bangun seperti biasa. Setelah membersihkan diri, dia segera pergi ke lapangan untuk berlatih.
Semalam setelah bermimpi buruk, Biru sudah banyak berfikir, hingga akhirnya dia mengambil keputusan. Dan hari ini dia akan mengatakan apa keputusannya itu pada pangeran.
Sebenarnya Biru merasa masih belum siap untuk bertemu pangeran Yohan. Meskipun dia adalah pria dari masa lalu dan dia sudah bertekad tidak akan jatuh cinta padanya lagi, tapi pria itu tetap orang yang pernah mengisi hatinya, dan rasa canggung itu masih ada.
Namun, semalam Biru telah memantapkan hati untuk bertemu dengan pangeran. Dia tidak ingin perasaannya itu membuatnya menjadi lemah, karena itu dia yakin dia sudah siap.
Itu yang dia pikirkan.
Ketika Biru sedang fokus berlatih di lapangan, tiba-tiba ada seseorang yang datang dari arah belakang. Orang tersebut berjalan perlahan. Setelah jarak mereka sudah semakin dekat, orang tersebut menyapanya.
"Kenapa kau latihan sepagi ini? apa kau memang selalu berlatih pada jam ini? "
Mendengar suara itu tubuh Biru membeku, dan dia seketika menghentikan gerakannya. Jantung Biru mendadak berdetak sangat cepat, seolah ingin keluar dari tubuhnya.
Tanpa melihat pun dia sudah tahu siapa pemilik suara itu. Tapi tetap saja gadis itu membalikkan tubuhnya, berharap kalau itu hanya halusinasinya saja.
Tapi dimana itu adalah halusinasi?, karena itu adalah kenyataan. Pria tinggi dan berkulit putih itu berdiri di hadapan Biru, dia bahkan terlihat tampan dengan pakaian olah raga nya.
Lalu Wusss... Biru melarikan diri dari sana dengan kecepatan cahaya.
Pangeran Yohan yang ditinggalkan seorang diri di lapangan latihan: " ??? "
'Apa yang terjadi? dia kabur seperti baru saja melihat hantu?'
Pangeran Yohan menoleh pada pengawalnya yang sejak tadi berdiri di belakangnya, berharap mendapatkan jawaban dari rasa ingin tahunya. Tapi pria itu terlihat sama bingungnya seperti dirinya. Akhirnya pangeran tidak jadi bertanya, dan hanya diam memandang ke arah Biru menghilang.
Biru yang menghilang sudah kembali ke dalam asrama. Dia menutup pintu kamar lalu menguncinya dari dalam.
Sambil terengah-engah dia duduk di lantai, Biru mengatur nafas dan menyeka keringat di dahinya.
"Ke.. kenapa dia.. masih ada di sini? Bukankah seharusnya dia sudah kembali ke Penginapan Naga Merah? di sanalah dia seharusnya menginap"
Gadis itu tidak mengetahui, karena semalam dia tidak menghadiri perjamuan makan malam untuk pangeran. Tentu saja Biru tidak mungkin menghadiri acara itu, karena sebisa mungkin dia mau menghindari pertemuan dengan pria itu.
Perjamuan itu berlangsung hingga larut malam. Karena sudah larut, para tetua menyarankan agar pangeran menginap di perguruan. Kebetulan mereka juga sudah mempersiapkan kamar khusus untuk pangeran.
Meskipun fasilitas yang tersedia tidak bisa dibandingkan dengan kamarnya yang ada di penginapan Naga Merah, namun kamar itu dipersiapkan dengan sangat baik dan sepenuh hati.
Sebenarnya jarak antara tempat itu dan penginapan tidaklah terlalu jauh, dia bahkan punya kereta kuda yang siap mengantarnya kapan saja. Tapi Pangeran merasa tidak enak untuk menolaknya, dan akhirnya dia menerimanya.
Pangeran Yohan tinggal di kamar tamu untuk satu malam. Kamar yang disediakan cukup nyaman, dan pangeran pun bisa tidur dengan nyenyak malam itu.
Meskipun dapat beristirahat dengan nyenyak, tapi dia terbangun lebih pagi dari biasanya. Karena tidak bisa melanjutkan tidurnya, pangeran memutuskan untuk bangun dan berolahraga sebentar.
Siapa yang tahu kalau dia akan melihat seseorang yang bahkan bangun lebih pagi dari dirinya. Ketika mendekat Pangeran mengenali orang itu, dia adalah Biru yang sedang melakukan pemanasan sebelum berlatih.
Pangeran merasa senang karena ternyata dia tidak sendirian di tempat latihan. Dia kemudian menyapa Biru, dengan maksud mengajaknya latihan bersama, atau mungkin saja dia mau menjadi pemandu dadakan untuk mengantarnya berkeliling tempat itu.
Siapa yang tahu kalau dia akan ditinggalkan lari begitu saja sebelum dia bisa mengutarakan maksudnya.
Karena melihat Biru berlari ketakutan, pria itu jadi meragukan penampilannya di pagi hari. Apa jangan-jangan dia terlihat seperti hantu lantaran baru saja bangun tidur?.
Karena ditinggal kabur akhirnya dia jadi agak malas berolahraga. Pria itu hanya berlari mengitari lapangan beberapa kali ditemani dengan pengawalnya Rhys, lalu kembali ke kamarnya.
Sedangkan Biru yang kabur dari lapangan membatalkan latihannya. Padahal tadinya dia sudah merencanakan latihan sebanyak lima set, tapi dirinya baru selesai pemanasan saja.
Biru tiba-tiba merasa dirinya begitu bodoh. Kenapa dia jadi lari seperti itu ketika bertemu pangeran? padahal dirinya sudah bertekad untuk berani.
"Bodoh, bodoh, bodoh, bodoh, bodoh. Apa yang terjadi padaku? "
"Sudah cukup aku tidak boleh lemah, aku harus menghadapinya" ucap gadis itu bertekad.
Setelah itu Biru bangun dari lantai. Gadis itu berjalan ke meja lalu meraih botol berisi air putih, sambil duduk Biru meneguk setengah dari isinya tanpa menggunakan gelas. Merasa lebih baik, gadis itu menutup botol air.
Biru kembali ke tempat tidurnya dan berbaring menatap langit-langit. Gadis itu jadi teringat pada dirinya yang dulu. Berbeda dengan sekarang yang berusaha menghindari pangeran kedua, dirinya yang dulu justru berlari mendekat setiap kali melihat pria itu datang. Mengingat perbedaan yang seperti langit dan bumi itu, membuat Biru tidak bisa menahan senyum.
"Sekarang aku tak sama seperti yang dulu" gumamnya.
Tiba-tiba perasaannya jadi lebih baik. Setelah mimpi buruk semalam, Biru jadi kesulitan kembali tidur. Karena waktu tidur yang kurang sekarang dia tiba-tiba jadi mengantuk. Apalagi setelah dia menganggur sekarang, rasa kantuk itu jadi lebih kuat.
Ini masih terlalu pagi untuk latihan bersama, karena masih ada waktu tiga jam Biru memutuskan untuk melanjutkan tidurnya. Dalam waktu yang singkat setelah Biru menutup matanya, gadis itu sudah terlelap dalam tidur nyenyak.