"Bukankah tadi kau bilang kalau makanan di tempat ini rasanya enak? ya sudah kau tunggu saja makanan itu disediakan! " jawab pria itu cuek.
Rhys: "... "
'Apa dia sedang membalas dendam padaku? '
Kita tinggalkan Rhys yang sedang menahan lapar.
Ketika Biru kembali ke ruangannya dia membuka bungkusan yang diberikan Kiel. Terdapat sebuah kotak dari kayu di dalamnya. Biru mengeluarkan kotak itu lalu meletakkannya di atas meja.
Kotak itu berwarna coklat tua dan agak mengkilap, terdapat ukiran hewan di atasnya. Gadis itu membungkuk agar dapat melihat ukiran itu lebih jelas.
Dia mendekatkan wajahnya diatas kotak itu, dan saat itu dia melihat dua ekor kelinci yang lucu. Seekor kelinci yang kelihatannya seperti kelinci jantan menggigit bunga mawar di mulutnya, lalu menghampiri kelinci betina di hadapannya.
Biru: "...? "
"Kelinci menggigit sekuntum mawar? yang benar saja. Kelinci itu seharusnya menggigit wortel"
Gadis itu bertanya-tanya, apa Pangeran Yohan menyukai hal-hal semacam ini? sesaat kemudian dia menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin. Sepanjang dia mengenal Pangeran kedua, dia tahu pasti seleranya. Setidaknya bukan benda imut semacam ini. Pasti pria bernama Kiel itu yang memilih kotak ini bukan? Benar, orang itu seleranya memang agak aneh!.
Kiel yang sedang dikatai aneh saat ini bersin di ruangannya Pangeran Yohan. Rhys yang melihatnya mengambil kesempatan untuk mengusir pria itu keluar dari kamar Pangeran, jangan sampai dia menulari tuannya.
Biru mengabaikan gambar di luar kotak itu dan langsung membuka isinya. Di dalamnya ternyata sangat kaya. Terdapat dua kotak yang lebih kecil di kotak itu. Di bagian bawah terdapat sup, sedang di atasnya terdapat lima macam makanan. Dua makanan terbuat dari daging, dan tiga makanan terbuat dari sayur.
Aroma yang menggugah selera segera menguar begitu Biru membuka tutupnya, gadis itu menatap makanan dengan mata yang bersinar. Seketika gadis itu jadi merasa sangat lapar dan tidak sabar untuk segera makan.
"Meskipun selera kotaknya sangat aneh, ternyata masakan buatannya Kiel sangat lezat."
Kiel yang sedang dalam perjalanan kembali ke penginapan, tiba-tiba bersin lagi.
Pelayan yang berjalan di sampingnya terlihat agak hawatir "Tuan, apa anda kurang sehat? "
"Tidak, ku rasa aku cuma alergi debu" jawab Kiel sambil naik ke dalam kereta kuda.
Di halaman asrama.
Ada empat orang yang sedang berkumpul di kursi di bawah pohon.
Mereka adalah murid Perguruan. Latihan bersama di lapangan baru saja selesai, di bawah pohon yang rindang itu mereka mendinginkan tubuh mereka yang penuh dengan keringat, sambil menunggu waktu sarapan tiba.
"Apa kau bilang, Pangeran kedua? " teriak Torin.
"Sst kak jangan keras- keras, bisa gawat kalau sampai ada yang dengar" kata temannya.
Torin menurunkan volume suaranya "Kenapa kau baru bilang sekarang?"
"Kami juga baru saja mengetahuinya. Kalau tidak, pasti sudah kami baru tahu sejak kemarin. "
"Sial! kalau saja aku tahu pasti aku akan ikut pertandingan itu"
"Tapi kak, bukannya kau bilang kalau keluargamu ingin kakak pulang secepatnya? " kata pemuda di sebelah kirinya.
"Persetan dengan itu. Dapat bekerja di istana adalah impianku" Torin mengepalkan tangannya katanya kesal.
Kalau saja dia tahu sebelumnya, dirinya pasti akan mendaftar. Pemuda kekar itu yakin kalau dirinya pasti akan terpilih. Masa bodoh dengan mewarisi harta keluarga, Torin yakin bisa mendapatkan lebih banyak kalau bisa bekerja dengan keluarga kerajaan, tapi kesempatan itu sekarang sudah hilang.
Saat Torin sedang marah karena kegagalannya, tiba-tiba sekelebat bayangan seorang gadis muncul di kepalanya. Gadis itu adalah teman sepermainan nya sejak kecil.
Sejak mereka berdua masih kecil mereka dipertemukan, dan sejak saat itu mereka menjadi teman. Pada awalnya Torin kesal karena gadis itu selalu saja mengikutinya kemanapun dia pergi, tapi lama-lama pemuda itu merasa kehilangan kalau dia tidak melihatnya sekali saja. Sejak saat itu mereka jadi tidak terpisahkan.
Pada suatu hari ayahnya mengatakan kalau dirinya sudah dijodohkan sejak kecil, dan rekan perjodohan itu tidak lain adalah teman yang selalu bersamanya. Torin sangat terkejut begitu mendengarnya, tapi disisi lain dia juga menjadi lebih tenang. Syukurlah dia tidak dijodohkan dengan orang asing.
Torin masih ingat ketika dirinya mengatakan akan pergi ke Desa Aris untuk belajar di perguruan Elang Putih, gadis itu terlihat sangat sedih. Begitu pula saat dirinya berpamitan di hari keberangkatannya, gadis itu menangis lama sekali sebelum dia berhasil menenangkan diri dan melepas kepergiannya.
Mengingat hal itu, ekspresi Torin yang tadinya menyeramkan perlahan jadi melembut. Bahkan ada senyum samar di kedua matanya.
Ketiga teman pemuda kekar itu menjadi kebingungan melihat perubahan ekspresi Torin yang begitu tiba-tiba. Meskipun mereka bingung tapi tak ada seorang pun yang mengambil inisiatif untuk bertanya. Justru mereka ikut senang melihat temannya tidak lagi marah.