Matahari sudah tergelincir ke barat ketika Biru keluar dari kamarnya. Udara yang panas perlahan-lahan menjadi sejuk.
Karena kemarau panjang, siang hari terlalu panas membuat banyak orang menjadi malas untuk keluar rumah, tapi begitu sore hari tiba orang-orang keluar rumah untuk meneruskan aktivitas.
Itu juga terjadi pada murid-murid Perguruan Elang Putih saat ini, begitu merasakan cuaca tidak terlalu panas lagi mereka keluar ke halaman asrama. Ada yang cuma duduk duduk dan mengobrol, ada juga yang sekedar bersandar di bawah pohon.
Biru berencana untuk pergi menemui Guru Maina untuk berpamitan, sekaligus menyerahkan perhiasan yang telah disiapkan untuk hadiah ulang tahunnya.
Ketika gadis itu sedang melewati murid-murid yang sedang bersantai, tiba-tiba Biru disapa oleh kerumunan di bawah pohon.
Mereka lima orang murid yang sedang mengobrol. Harol, Toni, Brian, Doti dan Samuel. Mereka adalah lima murid yang berhasil terpilih oleh Pangeran pada perekrutan kali ini, sedang lima anak yang lain sedang pulang ke rumah mereka masing-masing.
Lima orang itu baru saja keluar untuk mencari angin sore, mereka tidak sengaja berkumpul lalu asik mengobrol. Pada saat itu mereka melihat Biru lewat di dekat mereka dan segera memanggil.
Panggilan itu memasuki telinga Biru, tapi dia pura-pura tidak mendengar dan terus melanjutkan perjalanan. Lagi pula dia kan sedang dalam perjalanan ke rumah Guru Maina, jadi dia tidak ingin menunda.
Melihat Biru tidak berhenti atau menoleh, mereka berpikir mungkin Biru tidak mendengarnya. Padahal mereka yakin suara mereka sudah cukup keras tadi, bahkan sampai teman mereka yang lain menoleh. Harol berinisiatif untuk mengejar Biru dan otomatis keempat temannya yang lain menyusul.
Harol berlari lalu berhenti di samping Biru.
"Ketua, kau mau pergi kemana tergesa-gesa begitu. Sampai panggilan kami tidak terdengar."
Biru merasa heran dengan panggilan yang aneh itu sehingga dia menghentikan langkahnya. Biru berbalik menghadap pemuda yang bicara kepadanya. Melihat Temannya akhirnya merespon dan menatapnya Harol tersenyum lebar.
"Kau panggil apa aku tadi? " tanya Biru.
"Ketua! " jawab pemuda itu.
Biru mengerutkan kening mendengar jawabannya.
"Kenapa kau memanggilku ketua? "
"Karena mulai sekarang kau adalah ketua kami~"
"Hah....?? "
"Apa apaan itu, kenapa kalian memanggilku ketua? Sejak kapan aku jadi ketua kalian? "
"Sejak hari ini. Karena kau adalah yang terkuat diantara kami, jadi kau otomatis jadi pemimpin kami. Teman-teman yang lain juga tidak keberatan, iya kan? " Harol menoleh pada keempat temannya yang lain.
"....?? "
Kapan mereka pernah mengatakan itu?, mereka berempat merasa mereka belum pernah membahas hal ini sebelumnya. Tapi meski begitu, di dalam hati mereka setuju untuk mengakui Biru sebagai ketua mereka. Lagi pula Biru adalah yang terbaik dari mereka semua, karena itu mereka berempat mengangguk.
Pada hari itu mereka melihat Biru sedang bertarung dengan pria berpakaian serba hitam. Mereka tidak tahu siapa orang itu, yang jelas pria itu sangat hebat.
Meskipun mereka belum pernah melawannya, tapi melihat dari jurus-jurus yang dikeluarkannya, siapapun yang tidak buta pasti setuju kalau orang itu memiliki kemampuan yang luar biasa. Tapi hari itu Biru yang mereka anggap anak yang bisa mereka kalahkan dengan mudah, ternyata bisa mengimbangi gerakan mematikan pria misterius itu.
Semua orang penasaran tentang identitas pria serba hitam itu, terlebih ketika mereka melihat pria tampan yang sedang dikawalnya.
Kemarin setelah pengumuman, mereka baru mengetahui kalau pria yang mempesona itu ternyata adalah Pangeran kedua kerajaan Milver ini.
Tidak ada yang mengira, kalau pria muda yang bisa membuat laki-laki dan perempuan jatuh cinta hanya dengan wajahnya itu, ternyata adalah Pangeran kedua yang selalu dirumorkan buruk rupa.
Apa ini? bukankah Pangeran kedua dikatakan buruk rupa, berpenyakit kulit, dan sakit-sakitan?. Bahkan ada rumor keterlaluan yang mengatakan bahwa beliau gila. Ternyata kita memang tidak boleh percaya pada sebuah gosip.
"Aku tidak suka kalian memanggilku ketua! " ucap Biru pada kelima temannya.
"Suka tidak suka kau harus membiasakan nya, karena setelah ini ketua akan sering mendengarnya"
Biru: "... "
Gadis itu kehabisan kata-kata, dan tidak bisa meneruskan pembicaraan.
'Apa mereka tidak bisa diajak bicara bahasa manusia?? sudah kubilang tidak mau kenapa mereka yang ngeyel?. Bukankah seharusnya mereka menanyakan pendapat ku dulu sebelum mereka memutuskan?'
'Ketua, seharusnya adalah panggilan yang diberikan sebagai tanda penghormatan, tapi kenapa aku merasa mereka tidak menghormati keputusanku? '
Biru memutuskan untuk kembali mengurus mereka nanti. Karena pada saat ini ada hal lebih penting yang harus dia lakukan.
"Kita akan lanjutkan pembicaraan kita nanti. Sekarang aku harus pergi ke suatu tempat dulu" ucap Biru akhirnya sambil meninggalkan kelima temannya.
"Baiklah, sampai jumpa lagi nanti ketua~" seru Harol sambil melambaikan tangan pada Biru yang sudah menjauh.
Biru yang mendengar itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.
'Aku harus mengurusnya nanti'