Pada keesokan harinya, Biru pergi ke rumah produksi miliknya. Gadis itu berdiri di depan pagar kokoh gedung tersebut. Beberapa perasaan campur aduk di dalam hatinya, sehingga membuat Biru tidak perduli ada dua orang penjaga di depan gerbang yang memperhatikannya dengan tatapan heran.
Tidak biasanya tuan mereka bersikap seperti itu. Biasanya begitu datang tuannya akan langsung masuk ke dalam untuk mengurus pekerjaan, tapi sudah beberapa menit pemuda itu berdiri di depan pagar hanya bengong dan tidak melakukan apapun. Mereka ingin menyapa seperti biasanya namun mereka ragu. Insting mereka seolah mengatakan kalau mereka tidak boleh mengganggu bos mereka hari ini.
Selama satu tahun terakhir, tempat itu sudah banyak berubah. Setelah makelar tanah gagal membujuk Guru Yon untuk menjual tanah bekas asrama yang lama kepadanya, terpaksa Biru harus menyerah. Dia harus mencari tempat lain secepatnya.
Dengan bantuan tangan ketiga, Biru coba mendekati pemilik tanah tempat yang dia sewa, dengan harapan orang tersebut bersedia menjual tanah dan rumah tersebut. Tanpa dia duga pemilik rumah bersedia menjual tempat itu dengan mudah. Tentu saja Biru merasa senang, dan transaksi jual beli pun berjalan dengan lancar.
Setelah berhasil membelinya, Biru segera merancang rencana rumah yang dia inginkan. Meskipun rumah itu tidak terlalu besar, tapi tempat itu memiliki tanah yang luas, bahkan cukup untuk mendirikan beberapa rumah sekaligus disana.
Sebelumnya di halaman rumah Biru membangun tempat produksi, sedangkan rumah utama di belakangnya selama ini dia jadikan sebagai gudang. Tapi sekarang dia ingin membongkar rumah itu dan membangun ulang.
Karena Biru tidak kekurangan uang, dia tidak perlu menunggu terlalu lama. Setelah memindahkan gudang ke tempat lain, rumah besar tiga lantai segera dibangun. Tidak lupa juga Biru membangun ruang bawah tanah sebagai tempat penyimpanan rahasia.
Membangun ruang bawah tanah bukanlah hal yang sulit, dan hampir semua rumah memilikinya, jadi tidak akan ada yang curiga kalau meminta orang membangunnya.
Tentu saja ruang bawah tanah berbeda fungsi tergantung pada pemiliknya. Bagi keluarga miskin ruangan ini biasanya sangat kecil, karena hanya digunakan untuk menyimpan makanan yang diawetkan agar bisa bertahan lebih lama. Sedangkan untuk para bangsawan, ruang bawah tanah digunakan untuk menyimpan harta atau benda penting lainnya.
Setelah ruangan bawah tanah selesai dibangun Biru merubahnya sedikit sesuai dengan ingatannya di masa lalu, tentu saja agar hanya dirinya saja yang bisa menemukan ruangan ini. Meskipun dia menyewa beberapa penjaga rumah yang mumpuni, tetap saja dia harus lebih waspada, demi menghindari hal yang buruk terjadi.
Biru jarang menginap di rumah barunya. Meskipun dia selalu datang ke sana setiap hari, tapi biasanya dia hanya tinggal untuk mengurus bisnisnya. Memeriksa laporan, menuliskan rencana, sampai melakukan rapat semua dia lakukan di rumah itu, tapi di sore hari gadis itu hampir selalu kembali ke asrama.
Biru memandangi tempat produksi dan rumahnya dengan sedikit emosional, karena sebentar lagi dia harus meninggalkan tempat ini. Usaha yang telah dia rintis dari nol harus dia tinggalkan, dan dia tak tahu kapan dia kembali. Mungkin juga seperti di masa lalu, dia tidak akan bisa kembali.
Masa depan sangat panjang, dia tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya. Meskipun dia masih bisa mengingat sebagian besar kejadian, tapi seperti dirinya yang telah berubah, banyak hal yang juga terus berubah. Biru tidak bisa terus berpegangan pada ingatan masa lalunya, tapi pasti ada banyak hal yang bisa dia lakukan untuk memanfaatkannya.
Memikirkannya semakin membuat Biru merasa, bahwa keputusan memberikan usahanya dalam rawatan gurunya adalah keputusan yang tepat yang telah dia ambil.
Setelah masuk, Biru memanggil pimpinan para pekerja ke ruang pertemuan. Di tempat itu Biru menjelaskan tentang kepergiannya ke Ibukota karena urusan penting, dan tidak tahu kapan dia akan kembali. Dia juga menjelaskan kepada perwakilan para pekerja untuk menemui gurunya di Perguruan Elang Putih bila mereka menemui masalah.
Biru sedang duduk di ruang tamu miliknya sambil menikmati teh, ketika pelayan tiba-tiba datang melapor kalau ada segerombolan pekerja pabrik meminta untuk bertemu. Setelah meneguk teh hangatnya Biru melangkah keluar halaman untuk menemui para pekerja.
Gadis itu terkejut ketika dia melihat para pekerjanya dalam keadaan sangat kacau, bahkan banyak dari para pekerja wanita yang menangis.
Dalam hatinya Biru sangat bingung. 'Ada apa ini? kenapa harus terjadi masalah disaat aku sedang bersiap untuk pergi? '
Seorang pekerja diantara kerumunan bertanya "Tuan Muda, apakah benar Tuan Muda akan pergi jauh? "
"... Iya benar"
"Jadi apakah pabrik akan ditutup? dan kami akan dipecat??? " tanya pegawai lain emosional.
Begitu pertanyaan itu diajukan suasana menjadi lebih kacau dan berisik, bahkan beberapa orang yang tadinya tidak menangis jadi ikutan menangis.
"Tunggu dulu, siapa yang bilang pabrik akan ditutup? dan siapa bilang kalian akan dipecat? " Biru kebingungan.
Pada saat itu muncul beberapa orang yang berlari kearah kerumunan dan menenangkan para pekerja.
Salah seorang pimpinan pekerja yang tadi baru datang maju dan berkata "Maaf Tuan Muda, kami tidak tahu dari mana mereka mendapatkan berita itu. Kami bahkan belum sempat menjelaskan, tapi mereka sudah berlari ke sini."
Akhirnya Biru mengerti dari mana kekacauan ini berasal, ternyata karena berita yang sekilas mereka dengar dan belum terbukti kebenarannya.
Akhirnya dengan pelan Biru menjelaskan kalau pabrik tidak akan ditutup dan tetap beroperasi, tidak ada juga pekerja yang akan dipecat. Baru setelah itu para pekerja menjadi lebih tenang, lalu mereka kembali ke tempat kerja mereka masing-masing.