"Sebenarnya kami merasa berat melepasmu, mengapa kau harus pergi padahal kita tidak kekurangan apa pun? tapi pria membosankan itu bilang. Sudah tidak ada lagi yang bisa di ajarkan padamu. Tidak ada gunanya hanya mengajarkan teori, sekarang saatnya menggunakannya dalam kehidupan nyata. "
"Dia bilang begitu" wanita bernama Maina itu cemberut. Kemudian dia menoleh pada Biru, dan memandang matanya.
"Biar bagaimanapun juga semua keputusan ada di tanganmu. Kalau kau sudah memutuskan untuk pergi, aku tidak bisa mencegahmu. Tapi ingatlah satu hal, kami adalah keluargamu, pulanglah kapan pun kau ingin kembali. "
Biru merasa sangat terharu mendengar ucapan wanita yang ada di hadapannya. Seandainya saja dahulu dia tahu betapa besarnya dirinya dicintai, mungkin dirinya tidak akan begitu terobsesi pada cinta Pangeran kedua.
"Sekarang katakan padaku, bagaimana bisa kau memberikan benda yang begitu mahal padaku seperti ini? Perhiasan itu terlalu berharga untuk orang biasa seperti kita membelinya, apalagi untuk seorang murid seperti dirimu. "
Biru terdiam dan tersenyum sedikit. Akhirnya pertanyaan itu diajukan juga. Sepertinya dia sudah tidak bisa mengelak lagi. Sejak dirinya memutuskan untuk memberikan perhiasan itu, Biru memang sudah menduga akan menerima pertanyaan ini dari gurunya, dia bahkan sudah menyiapkan beberapa jawabannya.
Biru berpikir berkali-kali tentang bagaimana dia akan menjawab pertanyaan ini. Awalnya gadis itu ingin mengatakan kalau dia tidak sengaja menemukannya di jalan, tapi kemudian dia merasa itu kurang tepat.
Biru juga sempat berpikir untuk memanfaatkan kejadian dengan para bandit gunung, yang berhasil mereka usir beberapa bulan yang lalu. Dia ingin bilang kalau dirinya menemukan itu di sarang bandit dan mengambilnya. Tapi dia kenal sifat gurunya, tidak mungkin dia bersedia menerima barang rampasan.
Dia lalu berpikir mengatakan kalau ini benda hadiah dari seseorang. Tapi kemudian dia sadar kalau ini bakal jadi masalah yang lebih gawat baginya. Gurunya mungkin mengira kalau ini adalah hadiah dari kekasihnya, mana mungkin kan ada orang bodoh yang tidak ada hubungannya tiba-tiba memberikan hadiah yang begitu mahal pada orang lain? bisa bisa dia dipaksa segera menikah.
Sampai akhirnya Biru menemukan alasan yang paling tidak membuat curiga. Tapi saat dia menemukan alasan yang paling tepat untuknya, saat itu dia tidak mengetahui kalau dirinya akan direkrut dan harus segera meninggalkan keluarganya. Jadi saat ini dia terpaksa mengubah jawabannya.
Sebenarnya gadis itu masih belum siap untuk mengatakan yang sejujurnya. Dirinya ingin tetap berada di balik layar dan membantu semua orang termasuk Perguruan Elang Putih secara diam-diam.
"Tentu saja dari berbisnis. " jawab Biru, melihat pandangan meragukan dari wanita itu dia melanjutkan.
"Guru tidak perlu kuatir. Ini bukan kudapat dari hasil mencuri atau merampok, bukan juga dari hasil menipu. Ini sungguhan dari hasil berbisnis"
"Sejak kapan kau melakukannya? kami belum pernah mendengarnya."
"Sejak satu tahun terakhir, tentu saja karena aku merahasiakannya. Pada awalnya aku membangun usaha ini dari uang simpanan ku, aku tidak mengira kalau itu akan berkembang jadi lebih besar dan lebih besar, aku sendiri terkejut"
"Apa itu? bisnis apa yang bisa menghasilkan begitu banyak uang? "
Kemudian saat Biru mengatakan tentang bisnisnya wanita itu sangat terkejut.
"A apa... sungguh??, toko manisan itu milikmu? "
Biru menganggukkan kepalanya. "Semua ini bermula saat aku mendapatkan sekeranjang anggur sebagai upah kerjaku, aku berpikir bagaimana caranya mengubah anggur anggur itu menjadi uang. Lalu aku teringat resep cara membuat manisan dan buah kering yang tak sengaja kudapatkan."
"Siapa yang menyangka kalau manisan anggurku ternyata sangat laris. Dari situ aku mulai mencoba merubah buah-buahan yang lainnya juga dan berlanjut sampai sekarang. " kata biru mengakhiri ceritanya sambil memandang mata gurunya yang berkilauan.
Wanita itu bertepuk tangan dengan penuh semangat. "Luar biasa!! produkmu itu sangat terkenal! "
"Apa kau tahu, kami sangat menyukai buah yang kau jual. Terutama Gurumu Yon dan saudaramu Rudd, mereka sangat menyukai anggur kering sebagai camilannya. Bibi sampai harus bangun pagi pagi sekali hanya untuk mengantri, aku benar-benar tidak menyangka kalau itu adalah milikmu. Pantas saja kau tiba-tiba jadi banyak uang. Kemarin Rudd mengatakan kau mentraktir teman-temanmu makan makanan lezat di kedai Willow saat hari ulang tahunmu" wanita itu bicara panjang lebar.
Melihat wanita yang bersemangat dan berbicara dengan berapi-api, itu membuat Biru merasa lucu.
"Tapi Guru, sebentar lagi aku harus pergi ke Ibukota. Setelah sampai di sana aku pasti sangat sibuk, jadi aku sudah tidak bisa mengurusnya. Bisakah Guru menjaga bisnisku saat aku tidak disini? "
"Aku sudah memperkerjakan orang-orang yang berbakat di sana, tapi tetap saja mereka membutuhkan pemimpin. Bila suatu saat terjadi masalah dengan usaha dan para pekerja, aku berharap kalian bisa membantu. "
Maina mengambil tangan Biru sambil menatap matanya. Menatap mata yang seperti lautan yang dalam itu membuat wanita itu seolah terhanyut.
"Tentu saja kami akan membantu sebisa mungkin. Tapi aku merasa sedikit cemas. Usahamu sudah berkembang begitu besar sekarang, bagaimana kalau nanti bisnismu itu jadi bangkrut gara-gara aku. Fyuh~ ini membuatku hawatir"
Biru tertawa dua kali "Jangan hawatir itu tidak akan terjadi. Dan kalaupun itu terjadi tidak apa, aku tidak akan meminta ganti rugi kok. "
"... Mmm Biru, ucapanmu yang barusan itu tiba-tiba membuatku merasa agak.. terbebani" kemudian keduanya tertawa.