Chereads / Tak Ingin Mencintaimu Lagi / Chapter 54 - Dua syarat

Chapter 54 - Dua syarat

Masih di pagi hari di perguruan Elang Putih.

Kiel datang mengunjungi Pangeran Yohan, tapi dia tidak datang dengan tangan kosong. Melihat berbagai macam hidangan yang pria itu susun di atas meja, membuat pangeran tidak bisa berkata-kata.

Rhys juga sakit kepala melihat apa yang dilakukan Kiel. Pantas saja ketika orang itu datang dia membawa kotak yang besar, sekarang dia baru mengetahui apa isi di dalam kotak itu.

Rhys tidak tahan lagi untuk bertanya dengan kesal "Apa sebenarnya yang kau lakukan? "

Tanpa menghentikan pekerjaannya Kiel menjawab "Apa kau tidak bisa melihat? aku membawakan sarapan untuk yang mulia. "

Mendengar jawaban pria itu membuat Rhys semakin marah "Tentu saja aku tahu kau membawa sarapan, tapi untuk apa? Memangnya tempat ini hutan atau gurun pasir? Tanpa kau kirim pun di sini tidak kekurangan makanan"

Kiel menghentikan apa yang dilakukan lalu menghampiri Rhys. "Kau tahu apa? Kudengar tempat ini terkenal dengan disiplin dan pelatihan nya yang keras. Bagaimana kalau Yang Mulia disajikan roti keras atau nasi dengan ikan kering sama seperti murid-murid yang lain?."

Rhys terdiam sebentar "Dari perjamuan yang kulihat semalam sepertinya tidak begitu!"

"Benarkah? " tanya Kiel "Tapi ya sudahlah, lagi pula aku sudah terlanjur membawanya"

Kepada Pangeran Yohan "Silahkan dimakan, Yang Mulia"

Rhys: 'Kenapa kau terdengar seperti ibu ibu yang baru pertama kali mengantarkan anaknya ke sekolah? Entah apa yang akan dipikirkan orang-orang di perguruan ini, bila mereka mendengar apa yang baru saja kau katakan tentang makanan mereka? '

Mengabaikan pertengkaran orang-orang itu pangeran memakan sarapannya dengan tenang. Saat itu terdengar suara ketukan pintu di ruangan pangeran. Kiel berjalan kearah suara berasal.

Beberapa saat kemudian Kiel kembali untuk menemui pangeran.

"Yang Mulia, ada seorang pemuda bernama Biru di luar ingin menemui anda"

Pangeran menghentikan gerakannya sebentar "Biru ingin menemuiku? Apa dia sudah tidak takut kepadaku lagi? "

'Dia takut kepada Pangeran? Yang Mulia kenapa anda harus menakut-nakuti seorang gadis yang imut? itu sungguh tidak pantas' ucap Kiel dalam hati.

Pangeran Yohan yang tak mendengar suara hati Kiel memberikan perintah "Suruh dia masuk!"

Kiel lalu kembali ke pintu untuk mempersilahkan Biru masuk ke dalam ruangan. Biru masuk dan berdiri agak jauh dari tempat pangeran berada.

Setelah mengantar Biru masuk Kiel mendekat pada Rhys dan berbisik. "Baru kali ini aku melihat ada orang yang takut pada wajah tampan yang mulia, memangnya apa yang sudah beliau lakukan padanya?."

Dengan ekspresi datarnya dia berkata "Siapa yang tahu? "

"Huh, sungguh tidak seru bicara denganmu! "

Biru melihat pria di hadapannya sedang makan dia merasa datang disaat yang tidak tepat. Tapi setelah mengumpulkan tekad dia merasa harus menemuinya sekarang juga, kalau tidak mungkin saja dia akan berubah pikiran lagi.

"Sepertinya kedatangan saya mengganggu waktu makan Yang Mulia, kalau begitu saya akan datang lainkali saja. "

Biru mohon undur diri dan beranjak keluar dari ruangan, tapi pria itu melarang.

"Tidak perlu, aku sudah selesai" Kata pangeran "Silahkan katakan apa keperluanmu"

"Saya mendengar dari Guru Maina kalau Yang Mulia ingin merekrut saya, kedatangan saya hari ini untuk mengatakan jawaban saya. "

"Itu bagus, jadi apa keputusanmu? "

"... Sebelum itu saya ingin mengajukan dua syarat"

"Beraninya kau mengajukan syarat kepada Yang Mulia!! " Rhys marah.

Kiel juga terkejut. Baru kali ini dia melihat ada orang yang mengajukan syarat kepada pangeran. Biasanya orang akan berbondong-bondong datang, bahkan rela melakukan apa saja demi bisa bekerja pada keluarga kerajaan. Tapi orang ini berbeda. Seolah dia terpaksa menerima undangan dari Pangeran.

Biru tidak perduli dengan kemarahan orang itu. Kalau dirinya yang dulu pasti dia akan gemetar melihat Kiel melotot.

"Maafkan kelancangan saya. Tapi keputusan saya tergantung pada kedua syarat ini. "

"Katakan! " perintah pangeran.

"Yang pertama. Kecuali terpaksa, jangan perintahkan saya untuk membunuh! ."

Syarat pertama yang diajukan gadis itu membuat semua orang terkejut. Di dunia para prajurit hanya ada dua pilihan, membunuh atau terbunuh. Tapi Biru mengatakan tidak ingin membunuh, bukankah artinya dia ingin terbunuh?.

Tapi Biru mengajukan syarat ini bukan tanpa alasan. Di kehidupannya yang lalu dirinya terlalu sering membunuh. Demi mendapatkan pengakuan dari Pangeran Yohan, Biru rela melakukan apa saja termasuk membunuh. Dia tidak perduli siapa orang itu dan kenapa harus menyingkirkannya. Selama itu adalah perintah, dirinya tidak ragu melakukannya.

Biru merasa dirinya terlalu banyak dosa. Karena dosa-dosanya itulah dirinya dikehidupan sebelumnya bernasip sial, dan berakhir tragis.

Biru tidak ingin berakhir sama seperti dulu, karena itu di kehidupannya yang baru ini dia ingin bertobat.

Biru melihat keraguan dan kebingungan di mata semua orang, karena itu dia menjelaskan.

"Saya dapat melumpuhkan musuh-musuh yang mulia tanpa membunuh mereka, apa yang akan anda lakukan setelah itu tentu terserah kepada yang mulia."

"Tentu saja itu lebih menguntungkan. Aku bisa mengorek informasi dari musuh-musuhku" kata Pangeran "Tapi apa kau bisa membuktikannya?"

"Tentu saja! " Biru mengambil kerikil dari sakunya. Dia sudah menyiapkan kerikil ini sebelumnya, untuk berjaga-jaga kalau dia diminta untuk membuktikan kemampuannya.

Kerikil itu Biru lemparkan ke atap hingga berbunyi "klik". Atap berlubang seukuran kerikil itu, dan sesaat kemudian ada bunyi suara benda jatuh dari atas.

Pengawal Pangeran Yohan bergegas keluar untuk memeriksa keadaan, dan sebentar kemudian dia kembali untuk melapor. Pria itu membisikkan sesuatu di telinga Pangeran Yohan, mendengar laporan itu membuat Pangeran tersenyum samar.