Setelah melawati Kota Yugo, kereta melaju dengan lancar tanpa masalah. Kira-kira sudah hampir tiba waktu makan siang, ketika kereta mereka sampai di tempat tujuan.
Biru segera turun dari kereta lalu berjalan menuju asrama Elang Putih. Ketika sampai di depan gerbang asrama, Biru melihat tempat dua penjaga telah kosong.
"Dimana dua penjaga berbadan kekar itu?"
Biru sangat heran melihatnya. Karena sepanjang dia bisa mengingat, pintu gerbang tidak pernah kosong. Penjaga akan selalu di ganti pada pagi dan sore hari, tapi tempat itu tidak pernah kosong meski hanya satu detik.
Sebenarnya apa yang sudah terjadi? apakah para penjaga gerbang sedang sakit?. Tapi kalau benar sedang sakit, masa iya dua-duanya sekaligus. Apa jangan-jangan mereka keracunan? kalau itu yang terjadi maka masuk akal.
Tidak, tidak. Sekali pun mereka berdua sakit secara bersamaan, pasti ada penjaga yang lain yang akan dikirim untuk menggantikan mereka.
Lagi pula ini sudah siang, tidak biasanya penggantian penjaga dilakukan saat siang hari.
"Apa para penjaga sedang terkena wabah? hahaha, wabah apa yang hanya menyerang para penjaga? " Biru segera menghilangkan pikiran konyolnya itu.
Tapi keadaan asrama hari ini juga sangat aneh, tidak biasanya Asrama Elang Putih sepi seperti ini. Pada jam segini biasanya para murid sering keluar masuk asrama, karena di jam-jam ini para murid bebas melakukan aktivitas mereka.
Tiba-tiba sebuah pemikiran mengerikan muncul di fikiran nya. Tapi segera Biru menggelengkan kepalanya.
"Tidak mungkin, tidak mungkin. Hal seperti ini tidak pernah terjadi di masa lalu" ujar Biru pada dirinya sendiri.
Tapi lagi-lagi gadis itu merasa ragu di dalam hatinya. Karena sejak ia di dilahirkan kembali, banyak hal yang telah berubah karena tindakannya.
Bagaimana kalau hal yang dia takutkan benar-benar terjadi? Bagaimana kalau ternyata bandit gunung yang telah berhasil mereka usir waktu itu, ternyata kembali untuk membalas dendam kepada Perguruan Elang Putih?.
Biru merinding. Tiba-tiba dia merasa khawatir dan ketakutan.
Tidak boleh, hal itu tidak boleh terjadi. Semua orang yang ada di Perguruan Elang Putih adalah keluarganya. Tidak ada seorang pun yang boleh menyakiti mereka, setidaknya selama dirinya masih hidup.
Biru berlari secepat yang dia bisa melewati pintu gerbang. Dia ingin segera mencari tahu apa yang sebenarnya telah terjadi di tempat ini, selama dia tidak ada.
Biru berlari ke asrama dan di sana sangat sepi. Biru kemudian mengetuk hampir setiap kamar di dekatnya, tapi tidak ada satu pun yang membuka pintu.
"Kemana mereka semua pergi??"
Dari asrama Biru berlari ke tempat latihan. Dia berfikir, mungkin semua sedang latihan di sana. Karena ujian akan diadakan tiga hari lagi.
Tapi ketika Biru sampai di tempat latihan, tempat itu sedang kosong. Bahkan petugas kebersihan yang sering menyapu di sana pun tidak nampak.
Rasa cemas semakin merambat di hatinya. Biru berbalik, dia ingin pergi ke kantor gurunya. Hanya itu tempat yang ada di benaknya saat ini.
Saat Biru berbalik, sesosok bayangan hitam melompat ke arahnya. Sosok itu melancarkan pukulan ke arah kepalanya, meskipun terkejut Biru berhasil menghindarinya.
Biru mundur beberapa langkah, mencoba menghindari serangan mendadak. Sambil menjaga jarak, gadis itu coba mencerna situasi yang sedang dihadapinya.
Melihat dari postur dan tinggi badan, orang berpakaian serba hitam, dan memakai penutup wajah itu adalah seorang laki-laki.
Jadi benar dugaannya kalau Perguruan telah diserang, itu sebabnya tempat ini menjadi sepi. Tapi tetap saja situasi ini sangat lah aneh, kalau terjadi pertarungan, semua tempat seharusnya berantakan.
Tapi semuanya rapi dan masih sama seperti sebelumnya. Seolah pertarungan tidak pernah terjadi.
Apakah mereka merapikan nya setelah berhasil menaklukkan semua orang? tapi untuk apa?.
Ada satu lagi keanehan. Ada lebih dari seribu orang di Perguruan, dan hampir semuanya adalah orang-orang yang berilmu tinggi. Tidak akan mudah untuk mengalahkan mereka semua, terutama jajaran para guru yang kehebatan nya diatas rata-rata.
Kecuali para bandit menggunakan cara kotor, seperti menggunakan makanan atau gas beracun.
Biru mengepalkan tangannya menahan amarah, saat dia memikirkan itu. Jika benar begitu kejadiannya, artinya guru dan yang lainnya berada dalam bahaya.
Racun harus segera di keluarkan dari tubuh, atau diberikan penawar dalam waktu singkat. Jika tidak maka mereka tidak akan bisa diselamatkan.
Amarah Biru semakin memuncak. Dia harus segera membereskan orang ini dan menyelamatkan gurunya. Namun dia juga harus tetap waspada. Karena bisa jadi para bandit yang lain sedang bersembunyi di suatu tempat, dan bersiap untuk menyergap nya.
Biru melompat ke arah pria berpakaian serba hitam berada. Tanpa ragu dia segera melancarkan jurus-jurus mautnya.
Tapi pria itu tidak bisa dianggap remeh, berkali-kali orang itu berhasil menangkis serangan-serangan darinya.
Beberapa kali mereka beradu pukulan, dan juga tendangan. Saking kuatnya pukulan yang mereka keluarkan, sampai menimbulkan suara keras saat bertabrakan.
Biru merasa jurus pria di hadapannya tampak tidak asing, dia yakin pernah melihatnya di suatu tempat. Tapi Biru tidak punya waktu untuk memikirkan nya. Dia harus segera mengalahkan orang itu secepatnya.
Semangatnya semakin bertambah. Biru semakin mempercepat serangan dan pukulannya.
Pria serba hitam semakin terdesak, dia tidak menyangka bahwa orang kurus di hadapannya akan membuatnya kuwalahan.
Merasa tidak sanggup menghadapi serangan yang di lancar kan Biru, pria bercadar itu mengeluarkan jurus andalannya.
Orang itu mengambil ancang-ancang, lalu secepat kilat pria itu melompat dan menyerang Biru dengan telapak tangan nya yang mengeluarkan asap.
Biru nyaris terkena pukulan berasap pria itu. Tapi pada detik-detik terakhir, Biru bisa melihat serangan cepatnya, dan menghindarinya.
Biru berhasil menangkap tangan pria itu lalu memuntirnya kebelakang. Dengan tangan kanan dia memegangi tangan pria itu erat-erat, lalu dengan tangan satunya yang masih bebas Biru mengeluarkan pukulan seribu bentuk miliknya.
Biru bermaksud memukul orang itu tepat di bagian punggungnya, dan membuatnya lumpuh.
Tapi sesaat sebelum Biru berhasil mendaratkan pukulannya pada punggung orang itu, tangannya berhenti. Ada seseorang yang berteriak dari arah belakang mereka.