"Apa mereka ada yang tahu? "
"Menurut penyelidikan, tidak ada satu pun yang mengetahuinya. Dia menyembunyikannya dengan sangat baik".
" Benarkah?" Bibirnya tersenyum semakin tinggi. " Dia bahkan menyembunyikannya dari keluarganya, tapi kenapa?. Ini sangat menarik."
Kiel memperhatikan tuannya yang tersenyum cerah. Pria itu memalingkan wajahnya sebentar, takut kalau cahaya pesona itu akan membutakan matanya.
Untungnya dia sudah lama melayani tuannya, jadi sedikit banyak dia sudah kebal terhadap pesonanya.
Berbeda dengan beberapa tahun yang lalu saat dia baru bekerja pada pria itu. Saat itu seringkali Kiel ingin membenturkan kepalanya ke dinding. Bagaimana bisa dia berfikir seperti itu?. Dia terus menerus mengatakannya di dalam hati kalau dia adalah pria normal.
'Aku pria normal. Aku pria normal. Aku pria normal' Dia mengucapkan itu setiap hari agar dia tidak sampai lupa.
Itu adalah rahasia terbesar yang akan dia bawa sampai mati. Kalau dia ingat tentang kejadian sa'at-sa'at itu, rasanya dia ingin menangis dan tertawa.
Saat ini tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu ruangan. Kiel bergegas menuju ke pintu untuk membukanya.
Sebelumnya, pria itu sudah menginstruksikan pada para pelayan agar tidak mendekati kamar ini tanpa seizinnya. Dia percaya tidak ada seorangpun yang berani melanggar perintahnya. Karena itu, dia yakin orang yang datang ini bukan salah satu dari mereka.
Ketika pintu terbuka, orang yang berdiri di depan pintu adalah seorang pemuda tanpa ekspresi. Wajahnya memang tampan, tapi sorot matanya membuat Kiel yang saat itu masih memegang kenop pintu, ingin kembali membanting pintu di depan mukanya.
Kalau bisa, dia sangat ingin melakukannya.
"Oh, kau rupanya. Sudah lama aku tidak melihatmu, bagaimana kabarmu Rhys? " sapa Kiel.
Tapi pemuda itu masih pada ekspresi nya yang datar seperti tembok. "Minggir. Aku ingin bertemu Yang mulia"
Pemuda itu mendorong Kiel yang menghalangi jalan dengan tangan kirinya, lalu langsung masuk ke dalam ruangan.
Kiel sedikit terkejut, tapi sebenarnya dia sudah menduganya. "Kau- "
"Tuan, pengawalmu semakin lama semakin kurang ajar saja. Apa Tuan tidak ingin memecatnya? Saya janji bisa mencarikan orang yang lebih baik dari dia" kata Kiel dengan kesal.
Mendengar apa yang diucapkan Kiel, orang yang baru setengah jalan itu berhenti. Dia menoleh kearah Kiel dan menatapnya dengan tajam.
Dalam hati Kiel berkata 'Apa? Kenapa kau melihatku seperti itu? Mau ku copot matamu, memangnya kau pikir aku tidak bisa? Aku tetap diam sampai sekarang, karena rasa hormat ku pada pangeran'
Setelah bertukar tatapan mata setajam pisau, sesaat kemudian dia kembali berjalan sampai di tengah ruangan. Sampai di depan tuannya dia memberikan hormat ringan.
"Kau sudah datang Rhys? Laporkan! "
"Seperti yang sudah anda duga sebelumnya. Pangeran ketiga membuat pergerakan setelah Anda meninggalkan Ibukota".
Rhys mengeluarkan sebuah kertas yang dia sembunyikan di balik pakaiannya, lalu menyerahkannya pada Pangeran kedua.
Pangeran mengambil kertas yang terlipat itu. Tanpa terburu-buru dia membaca isi di dalamnya. Setelah membacanya, surat itu kemudian dia bakar lalu membuangnya ke dalam mangkok.
Gerakan maupun ekspresi pangeran tidak ada yang berubah, baik sebelum maupun sesudah membaca surat itu. Seolah apa yang baru saja dibacanya hanyalah sebuah kertas kosong. Namun Rhys dan Kiel tahu kalau tuannya sedang dalam suasana hati yang tidak baik saat ini.
Kiel memandang tuannya dengan simpati. Ada sedikit rasa kasihan di dalam hatinya. Sekalipun memiliki segala yang terbaik di negeri ini, tapi hal itu tidak bisa membuat tuannya bahagia.
Sebaliknya, dia justru tidak bisa hidup dengan tenang, lantaran setiap hari selalu dikelilingi oleh para serigala rakus yang selalu mengincar posisinya.
Terutama Pangeran ketiga. Orang licik itu semakin menjadi-jadi kelakuannya semenjak ibunya dinobatkan menjadi Ratu saat ini, menggantikan Ratu sebelumnya yang meninggal dunia karena sakit.
Ratu Sira dan anaknya, selalu saja mencari cara agar bisa menyingkirkan Pangeran kedua dari posisi calon Putra Mahkota. Berbeda dengan imej Ratu yang lembut dan Pangeran yang ramah yang selalu mereka tampilkan, mereka berdua sebenarnya mempunyai banyak rencana licik di dalam fikiran mereka.
Meskipun masih ada Pangeran pertama di istana, tapi Pangeran pertama adalah putra yang terlahir dari seorang selir. Posisinya di istana sangatlah lemah. Berbeda dengan Pangeran kedua yang adalah putra dari Ratu yang sebelumnya.
Meskipun Ratu Imelda telah lama meninggal dunia, namun dia masih memiliki banyak pengikut setia dalam pemerintahan. Hal inilah yang membuat Ratu Sira dan anaknya Pangeran ketiga, merasa terancam.
Sebenarnya Pangeran Yohan sama sekali tidak berminat mewarisi tahta. Malahan Pangeran Yohan lebih suka melihat kakaknya yang menjadi Putra Mahkota.
Tapi niatnya itu tidak sejalan dengan keinginan para pendukungnya. Hampir setiap hari mereka datang untuk membujuk, dan selalu mendorong Pangeran kedua untuk bisa menjadi raja berikutnya.