Ada seseorang yang berteriak dari arah belakang yang menyuruhnya untuk berhenti.
Pada saat itu Biru sudah mengangkat tangannya, dan bersiap untuk melepaskan jurusnya. Tapi karena suara itu, Biru menghentikan niatnya.
"Hentikan seranganmu cukup sampai di situ! "
Biru menghentikan serangannya, tanpa melepaskan pegangannya pada tangan pria bercadar itu.
'Suara itu. Bukan kah suara itu adalah suaranya... '
Biru menoleh ke belakang, kearah suara itu berasal. Begitu melihat siapa pemilik suara itu, Biru terkejut. Tangannya tanpa sadar telah melepaskan pegangannya pada pria itu. Sadar dirinya telah bebas, pria bercadar berlari menjauh.
"Guru. Guru baik-baik saja? " Biru merasa lega.
Guru Yon dan Guru Mai muncul di hadapannya. Lalu dari belakang pria itu, orang-orang yang sebelumnya menghilang bermunculan. Mereka datang dalam keadaan sehat tanpa luka apa pun.
"Kalian semua juga ada di sini?" gadis itu mulai kebingungan.
Seluruh murid dan teman-teman Biru berdiri dengan wajah yang cerah. Orang-orang itu bertepuk tangan setelah melihat kehebatan Biru.
"Hebat. Hebat sekali"
"Tidak ku sangka dia sehebat itu"
"Ku kira dia cuma anak yang bandel, ternyata dia malas latihan karena memang kemampuannya sehebat ini"
"Itu artinya kemenangannya tahun lalu dari si kekar Torin, bukan cuma kebetulan kan?".
'Kenapa semuanya ada di sini? Mereka tidak terluka, mereka bahkan tidak ketakutan. Sebelumnya mereka menghilang tiba-tiba, aku kira mereka semua dalam bahaya. Ternyata mereka baik-baik saja'. Biru yang kebingungan memandangi mereka.
"Sebenarnya apa yang sudah terjadi di sini??" Biru meminta penjelasan.
"Biar saya yang jelaskan! " kata seseorang di belakang kerumunan.
Biru tersentak mendengar suara itu. Tiba-tiba jantungnya berdetak lebih keras dari biasanya.
'Tidak mungkin, tidak mungkin itu suaranya. Tenanglah, tenanglah' Biru menepuk pelan dadanya.
Seorang pria muncul dari balik kerumunan. Orang-orang menyingkir ketika pria itu berjalan. Seolah mereka sedang memberi jalan, agar orang itu bisa lewat.
Seorang pemuda yang tampan muncul di hadapannya. Pria berkulit putih dengan warna rambut se hitam malam.
Panas terik matahari di atas kepala tidak membuatnya tampak kusam. Justru sebaliknya membuatnya bersinar, seolah menambah pesonanya.
Biru membeku memandang pria itu. Itu adalah dia. Orang yang membuatnya jatuh cinta hanya dalam pandangan pertama, karena wajah tampannya. Dia adalah orang yang selalu dia mimpikan saat malam, dan orang yang selalu dirindukan saat siang.
Pria itu adalah orang yang membuat dia rela melakukan apa pun, dan mengorbankan segala miliknya, hanya agar bisa membuatnya mengakui dirinya.
'Pangeran Yohan..'
"Pertama-tama perkenalkan, namaku adalah Yohan. Pangeran kedua dari Kerajaan Milver. Sebenarnya semua ini adalah salahku. Aku yang meminta semua orang untuk bersembunyi. Kau pasti sangat terkejut, untuk itu aku meminta maaf".
Biru yang saat ini sedang dalam kekacauan, tidak mendengar apa yang tengah diucapkan oleh pemuda itu. Di kedua matanya tercermin sosoknya yang mengagumkan. Bayangan dulu dan sekarang saling bertumpuk dalam kepalanya.
'Pangeran kedua, kenapa dia ada di sini? kenapa? Bukankah ini masih terlalu awal? Seharusnya dia baru datang ke Perguruan Elang Putih satu tahun lagi. Tapi kenapa dia datang setahun lebih cepat? '
"Sedang orang yang tadi menyerangmu ini adalah pengawal ku, namanya Rhys. Aku yang menyuruhnya untuk sedikit menguji kemampuanmu" dia menunjuk pria berpakaian hitam di sampingnya, yang saat ini sudah melepas cadarnya.
Pangeran kedua yang sudah selesai berbicara, melihat orang di hadapannya tidak merespon, dia merasa keheranan. Begitu pula orang-orang lain di sekitarnya. Mereka saling berbisik membicarakan tentang Biru.
Tiba-tiba Biru beranjak pergi dari tempat itu, tanpa sepatah kata pun. Meninggalkan Pangeran kedua dan semua orang di tengah lapangan dalam kebingungan.
Pria yang bernama Rhys merasa tersinggung melihat apa yang dilakukan Biru "Beraninya bocah itu mengabaikan Yang Mulia. Aku akan pergi untuk menghukumnya".
Pangeran mengangkat tangannya " Itu tidak perlu, sudah sewajarnya kalau dia merasa marah karena kejadian ini".
"Tapi Pangeran.. "
Pangeran kedua menoleh "Rhys... ".
Sorot mata tajam Pangeran kedua membuat Rhys terdiam. Pria itu tahu, meskipun tuannya berbicara dengan lembut, namun dia adalah orang yang tidak suka bila perintahnya diabaikan. Rhys tidak ingin tahu hukuman apa yang akan dia peroleh nantinya, jika dirinya tidak patuh.
Guru Maina terlihat gelisah melihat kepergian Biru.
"Suamiku, sepertinya Biru sangat marah karena kejadian ini. Aku belum pernah melihatnya seperti ini sebelumnya. Sepertinya aku harus kesana untuk menenangkan dan membujuknya".
Guru Yon mengangguk " Pergilah. Hanya kau yang bisa membujuknya".
"Nyonya. Bolehkah saya ikut? Biar bagaimanapun semua ini disebabkan oleh ku. Aku juga berhutang permintaan maaf padanya" Pangeran Kedua berkata.
"Tentu saja boleh Yang Mulia. Jika anda tidak keberatan". jawab Guru Maina.
Sementara itu di dalam kamarnya, Biru tengah kebingungan. Gadis itu sedang berfikir, mengapa semua ini terjadi tidak sesuai dengan rencananya.
Sesuai dengan ingatannya di masa lalu, Pangeran Yohan baru akan datang tahun depan untuk merekrut prajurit bayangannya. Tapi mengapa dia jadi datang setahun lebih awal? Mungkinkah semua ini juga terjadi karena dirinya?.
Sejak dia dilahirkan kembali banyak hal yang telah berubah. Untuk menghindari kejadian buruk di masa lalunya terulang kembali, Biru telah merubah sifatnya juga.
Banyak hal yang telah dia rencanakan. Mulai dari mencari uang, mencegah pertumpahan darah, hingga mencegah bencana kekeringan.
Dia bahkan sudah berencana untuk ikut ujian akhir pekan nanti dan lulus dari Perguruan lebih awal. Dengan begitu dia tidak perlu bertemu dengan Pangeran Yohan lagi.
Hancur sudah rencananya. Pangeran Yohan bahkan sudah datang lebih dahulu sebelum ujian diadakan.