Chereads / Tak Ingin Mencintaimu Lagi / Chapter 16 - Mengintip

Chapter 16 - Mengintip

Pemuda itu mengetahui apa yang dilakukan oleh orang di belakangnya, tapi dia sengaja membiarkannya.

"Wah... seorang pria yang menyelamatkan gadis cantik, benar-benar kisah yang heroik" kata pemuda berbaju merah.

"Aku setuju" pemuda berbaju putih menyahut.

"Tapi orang itu sudah menghancurkan 'itu' nya, bukankah dia terlalu kejam Tuan Muda?. Pria itu mungkin sudah kehilangan masa depannya" Pemuda berbaju merah menggelengkan kepalanya.

Pemuda berbaju putih memutar tubuhnya menghadap orang di belakangnya. Meskipun usia mereka hampir sama, tapi pemuda berbaju putih sedikit lebih tinggi.

"Apa kau baru saja merasa kasihan pada seorang penjahat, Kiel?" tanyanya pelan.

"Kau bahkan tidak tahu, berapa banyak masa depan para gadis yang sudah di hancurkan oleh penjahat itu" "Benar apa yang di katakannya, pria itu cuma sampah"

Pemuda yang di panggil Kiel terdiam sebentar dan berpikir.

"Iya, anda benar Tuan Muda. Tapi saya sangat penasaran tentang satu hal. Kenapa anda memerintahkan seseorang untuk mengawasi anak tadi, apakah Tuan Muda mengenalnya?".

"Dia hanya seseorang yang menurutku cukup menarik" jawabnya.

Dia tidak bisa melupakan apa yang kemarin disaksikannya di Perguruan Elang Putih. Anak muda bertubuh kecil itu telah kalah dan dipermalukan, hampir di setiap pertandingan. Tapi setelah itu dia malah mengejutkan semua orang, anak itu berhasil merobohkan sang juara bertahan, hanya dengan satu kali pukulan.

Hal itu membuatnya bertanya-tanya, apakah anak itu sengaja menyembunyikan kekuatannya selama pertandingan berlangsung?. Kalau benar begitu, kenapa dia melakukannya?.

Normalnya, semua orang ingin terlihat hebat, dan ingin kemampuannya diakui oleh orang lain, tapi kenapa dia justru melakukan yang sebaliknya?.

"Gadis cantik itu adalah salah satu pegawai di Penginapan Naga Merah ini, namanya Sissil. Bisa dibilang dia adalah primadona di sini. Setiap tamu lelaki yang datang pasti mencari dia" pemuda berbaju merah menjelaskan.

"Sepertinya gadis itu menyukai sang pahlawan, aku yakin tak lama lagi mereka akan jadi sepasang kekasih" jiwa gosipnya terbangun.

"Itu tidak mungkin" jawab pemuda berbaju putih, sambil bersandar di jendela. Matanya menatap sosok yang sedang berbincang di depan gerbang.

"Kenapa tidak mungkin Tuan Muda, apa anda berpikir pemuda itu tidak tertarik pada gadis secantik Sissil?".

"Menurutku Sissil sangat cantik dan tubuhnya sangat indah, laki-laki mana yang mampu menolak pesona dari gadis seperti itu?"

"Tentu saja Tuan Muda adalah pengecualian" Kiel meralat ucapannya.

Pemuda berbaju putih memandang sosok langsing di kejauhan, yang perlahan menghilang dari balik pohon.

"Karena dia adalah seorang gadis".

" Apa??".

"Maaf Tuan Muda bisa anda ulangi sekali lagi?, sepertinya telingaku sudah rusak. Tadi saya seperti mendengar anda mengatakan kalau dia itu adalah seorang gadis".

"Itu benar. Pemuda itu adalah seorang gadis" jawabnya sambil menoleh.

Pemuda berbaju merah membelalakkan matanya karena terkejut, dan mulutnya sedikit terbuka. Namun sesaat kemudian dia kembali sadar, dan menjaga ketenangannya.

"Sungguh tidak terduga. Kalau begitu pantas saja kalau dia tidak tertarik pada Sissil" kata Kiel.

"Tapi bagaimana Tuan Muda bisa tahu?, apakah anda pernah mengintip gadis itu saat sedang mandi?".

Suhu hangat di ruangan itu berubah jadi dingin seketika. Pemuda berbaju putih menatap orang di hadapannya dengan tajam.

Kiel merasa merinding tiba-tiba, seluruh tubuhnya seolah ditusuk tusuk oleh ribuan jarum yang tak terlihat.

"Maafkan kelancangan saya, Tuan Muda. Saya hanya bercanda, seperti yang anda tahu mulut saya ini sering asal bicara. Sekali lagi saya minta maaf"

Sesaat kemudian tekanan yang di terimanya mereda. Pemuda itu merasa lega segera.

'Dasar mulut bodoh, mulut jahat, mulut laknat. Berani sekali kau mengatakan hal kurang ajar seperti itu pada Tuan Muda. Gara-gara mulutku aku hampir saja kehilangan kepalaku.

Aku salah besar, dia bukan seekor singa, tapi seekor naga yang menyemburkan api. Dan api itu hampir saja membakarku hari ini' pemuda itu mengutuk dirinya sendiri dalam hati.

Kiel merasa hawatir kalau Tuan Mudanya masih marah karena hal tadi, karena itu dia meluncurkan jurus kata-kata manisnya.

"Tuan Muda memang berwawasan luas dan juga berpengalaman, gadis macam apa yang belum pernah anda temui, sekali lihat saja pasti anda sudah dapat membedakan yang mana laki-laki dan yang mana perempuan" dia terus mengoceh.

"Anda adalah seorang pria terhormat yang berwibawa dan dikagumi oleh semua orang, serta di cintai oleh para wanita. Bagaimana mungkin pria seperti anda mengintip seorang gadis mandi. Kalau anda mau semua gadis di kota ini bersedia telanjang di hadapan anda"

Tuan muda yang tampan menyipitkan matanya ke arah Kiel.

"Sekarang kau jadi berlebihan".

Sebenarnya apa yang di katakan Kiel tidak benar. Biru berhasil menyembunyikan identitasnya dengan baik, sehingga tak ada satu orang pun yang curiga. Dia selalu menggunakan pakaian berlapis di bagian dalam dan pakaian longgar di luar, untuk menyamarkan bentuk tubuh wanitanya. Biru selalu berhati-hati.

Adapun kenapa Tuan Muda itu mengetahui tentang jenis kelaminnya, itu adalah sebuah kecelakaan.

Pada sore hari itu, setelah mengantarkan Guru Go ke kamar terbaik di Penginapan Naga Merah, dia pergi jalan-jalan di sekitar penginapan.

Saat sedang melewati hutan kecil, dirinya melihat Bayangan seseorang melintas. Di malam hari seorang pria mengendap-endap di dalam hutan, siapa yang tidak curiga. Hutan itu berada tak jauh dari penginapan, Tuan muda itu hawatir orang tersebut sedang mengikutinya dan Guru Go, karena bermaksud untuk mencelakai mereka.

Berbekal kecurigaan, pemuda itu mengikuti orang itu diam-diam. Siapa yang menyangka pria yang dicurigainya sebagai pembunuh bayaran, ternyata adalah seorang gadis yang sedang menuju sungai untuk mandi.

Karena terkejut keberadaannya hampir saja terekspos, untung saja dirinya sigap dan segera bersembunyi.

Gara-gara melihat pemandangan itu, Tuan muda yang merasa bersalah jadi tidak bisa tidur semalaman.

Pemuda berbaju putih tidak bermaksud membagikan pengalamannya tersebut pada siapa pun. Reputasinya bisa tercemar, kalau sampai ada yang tahu. Lebih baik dia mati dari pada mengakuinya.

Angin malam meniupkan udara dingin ke wajahnya yang kini memanas. Bila dia ingat kembali kejadian di hari itu, dia jadi merasa malu.

Awalnya dia merasa sangat bersalah, karena tidak sengaja mengintip Biru yang sedang telanjang. Tapi lama-lama dia juga jadi menyalahkan gadis itu, yang memilih tempat sembarangan untuk mandi.

Untungnya dia bisa mengendalikan ekspresinya dengan sangat baik, bila tidak wajahnya saat ini mungkin akan lebih mirip udang rebus.

Kiel sangat peka terhadap sedikit saja perubahan ekspresinya. Orang itu pasti akan tahu dan merasa curiga, Kiel memang sangat setia padanya, tapi sering kali mulutnya tidak bisa di jaga.