Chereads / Tak Ingin Mencintaimu Lagi / Chapter 21 - Uang

Chapter 21 - Uang

Keluar dari toko, Biru membawa sekantong koin emas.

Bibirnya yang tertutup cadar selalu menyunggingkan senyuman. Hatinya bahagia, karena kini dia kaya raya. Belum pernah dia memiliki koin emas sebanyak ini seumur hidupnya, meskipun dia sudah hidup dua kali.

Sebelum pergi, Lorta manager toko memberikan Biru sebuah plakat kayu berwarna emas. Di plakat itu diukir sebuah lambang dari toko Wilbern, selama memiliki benda itu maka Biru akan selalu menjadi tamu VIP di setiap cabang toko Wilbern.

Sekarang dia bisa membeli kereta kuda untuk pulang, dia juga bisa membeli sebuah rumah. Punya banyak uang memang sangat menyenangkan.

Biru berpikir sambil berjalan. Dia perlu membeli bahan makanan untuk persiapan musim kering, makanan pokok seperti beras dan gandum adalah yang paling penting. Tapi manusia tidak bisa hanya memakan itu saja, mereka juga membutuhkan sayur, buah dan daging untuk nutrisinya.

Sepertinya menyimpan daging kering, atau daging asap tidak buruk juga. Masalahnya adalah tempat penyimpanannya, daging membutuhkan tempat khusus untuk penyimpanan, agar tidak mudah busuk atau berjamur.

Di kota Yugo saat ini, sedang musim buah-buahan, jadi sekarang harga buah sedang sangat murah. Biru ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk membeli sebanyak-banyaknya, gadis itu ingin menambah simpanan buah keringnya.

Kemudian Biru mengingat anggur yang di simpannya. Butuh beberapa hari baginya untuk mengolahnya hingga jadi kering sempurna. Kalau sekarang dia membawa lebih banyak buah lagi, apa dia sanggup mengurusnya?.

Dia harus pergi latihan, dia juga masih harus menambang, sekarang masih harus mengolah buah juga. Bagaimana caranya dia bisa membagi waktu?.

Mengolah buah tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Buahnya harus dicuci hingga bersih dari kotoran, lalu memotong dan menjemurnya. Ada beberapa buah yang harus dikupas terlebih dahulu, sebelum dijemur.

Ketika proses penjemuran, buah juga harus dijaga. Saat ini hujan sering turun tiba-tiba, bukannya kering nanti buahnya malah bisa busuk. Saat dijemur buah juga harus di bolak-balik, agar kering sempurna di tiap sisinya.

Begitu banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Dia tidak bisa melakukannya, dia sangat sibuk sekarang.

Biru menepuk kepalanya. Dia merasa bodoh. Kenapa tidak menyewa beberapa orang untuk melakukannya?, dia punya uang sekarang, jadi dia bisa menggaji mereka.

Merasa sudah mendapatkan solusi, gadis itu melanjutkan perjalanannya dengan kaki ringan.

Mula-mula Biru pergi ke toko bahan makanan pokok. Dia membeli tiga karung beras dan tiga karung gandum. Dia tidak bisa membeli banyak sekaligus, tapi dia lebih memilih untuk membeli sedikit demi sedikit. Tujuannya agar harga pasar tidak rusak gara-gara dia membelinya secara berlebihan.

Alasan kedua, karena beberapa bulan lagi di desa Aris tempat dia tinggal akan memasuki musim panen raya, Biru merasa lebih baik untuk membelinya dari mereka, agar bisa meningkatkan ekonomi mereka.

Alasan ketiga, adalah karena tempat penyimpanan yang tidak memadai. Gedung kosong yang saat ini dia tempati, sudah terlalu lama di tinggalkan dan tidak terawat. Atapnya bocor di beberapa bagian, dan di banyak bagian di dindingnya juga tampak retak bahkan berlubang.

Sebagian besar dari bangunan itu terbuat dari kayu, jadi karena lembab kayu-kayu itu jadi berjamur dan juga lapuk. Biru hawatir sewaktu datang angin kencang, bangunan itu akan roboh.

Tempat itu tidak layak untuk dijadikan tempat menyimpan makanan. Kalau saja dia bisa membangunnya ulang.

Lalu terpikir oleh Biru ingin membeli tanah itu melalui agen sebagai perantara. Karena tanah itu masih hak milik gurunya, dia harus pergi ke perguruan Elang Putih untuk memintanya. Tidak mungkin bagi Biru melakukan itu tanpa perantara.

Biru tidak yakin apa gurunya bersedia menjualnya, tapi karena tempat itu sudah lama di tinggalkan, mungkin saja gurunya akan melepaskannya dengan mudah.

Saat ini gurunya memang tidak sedang kekurangan uang, tapi tahun depan saat kemarau panjang datang mereka akan kesulitan.

Gurunya adalah orang yang baik. Saat musim kering gurunya sadar akan keadaan sulit yang dialami murid-muridnya, karena itu mereka tidak meminta sepeserpun biaya pendidikan. Mereka bahkan memberikan sebagian persediaan makanan mereka kepada warga, untuk mengurangi dampak kelaparan.

Dari arah yang berlawanan, sebuah kereta kuda melaju di jalan dengan kecepatan rendah. Jalan raya sedang padat saat ini, kusir kuda tidak ingin kereta yang dikemudikannya sampai menyenggol seseorang.

Di dalam kereta. Seorang lelaki berjanggut duduk di sebelah kiri, dia sedang asik mengamati orang-orang yang sibuk beraktivitas dari jendela. Di depan pria itu duduk seorang pemuda yang sangat tampan. Di tangan kirinya terdapat sebuah buku tebal yang sedang ia baca, sesekali tangan kanannya terlihat membolak-balik halaman buku.

"Kota Yugo ini terlihat lebih ramai dari Aris, bukankah begitu?" tanya pria berjanggut panjang.

Pemuda itu menoleh ke jendela sambil tersenyum.

"Benar"

"Lalu kenapa tidak membangun penginapan di tempat ini, kenapa harus di desa itu?"

Pemuda itu mengalihkan pandangannya dari jendela, di pandanginya pria di depannya.

"Karena aku jatuh cinta"

"Apa??"

"Aku jatuh cinta pada keindahan tempat itu, sejak Guru membawaku ke sana saat kecil. Sejak saat itu, aku bertekad ingin membangun sebuah tempat di sana, agar aku bisa bersantai"

"Jadi begitu rupanya. Tapi, sepertinya keinginanmu untuk bisa bersantai di sana, belum terwujud".

Pemuda itu kembali kepada buku di tangannya.

" Mungkin suatu hari nanti" jawabnya.

Pria itu mengelus jenggotnya, dan tersenyum. "Iya, pergilah bersama istrimu nanti ke sana".

" Guru, kenapa tiba-tiba membicarakan soal istri?" pemuda itu protes.

"Apanya yang salah dari perkataanku?, bukankah suatu hari nanti kau pasti akan menikah?" goda pria itu.

"Itu masih lama sekali. Tapi sebelum itu, bukankah kita harus membicarakan tentang pernikahan Guru dulu?" ucapnya pelan.

"Hei.. hei..jangan bahas soal itu"

Pemuda itu tertawa pelan. Siapa yang lebih dulu membahas soal pernikahan?.

Guru Go merasa dirinya tidak akan pernah bisa menang bila berdebat dengan muridnya, jadi setelah itu dia memilih untuk diam.

Beberapa saat kemudian kereta kuda berhasil melewati pusat keramaian kota Yugo, dan akhirnya bisa meluncur dengan lebih lancar di jalan raya. Kusir kereta mempercepat laju keretanya, mereka harus cepat sampai di ibukota.