Chereads / Tak Ingin Mencintaimu Lagi / Chapter 27 - Traktir

Chapter 27 - Traktir

Baru saja kakinya melangkah keluar dari gerbang, Biru terkejut karena ada seseorang yang menepuk pundaknya.

Ternyata itu adalah Harol yang meringis saat Biru menoleh. Dia tertawa melihat orang yang ditepuknya kaget.

"Mau kemana kau pergi?"

"Aku mau kemana memang apa urusanmu?, sudah jangan ganggu aku" Biru masih agak kesal karena kaget.

Tapi Harol tidak membuatnya bisa pergi dengan mudah. Pemuda itu menarik kerah pakaian Biru yang sedang berjalan dan menyeretnya kembali.

Tiba-tiba dia jadi merasa seperti seekor kucing.

"Eit, hari ini kau tidak boleh pergi begitu saja. Hari ini kau harus mentraktir kami makan dulu"

"Traktir makan?" Biru menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

'Kenapa aku harus mentraktirmu?, kita kan tidak seakrab itu'.

"Apa maksudmu dengan minta makan, apa kau sedang kehabisan uang sekarang?. Jangan hawatir, waktu makan siang akan segera datang".

Biru kembali berjalan pergi, tapi lagi-lagi dia diseret seperti sebelumnya.

'Sial, lama-lama bajuku bisa rusak'

" Maumu apa sih??"

Bukannya marah karena teriakan Biru, Harol malah tertawa karena merasa pemuda di hadapannya itu sangat lucu.

"Jangan marah-marah begitu. Tidak baik marah di saat hari ulang tahunmu".

" Hah, ulang tahun?" tiba-tiba Biru menemukan titik terang.

"Jangan pura-pura tidak tahu. Bukankah hari ini adalah hari ulang tahunmu?" kata Harol menyeringai.

'Oh, begitu rupanya. Pantas saja sikapnya sangat aneh hari ini. Tidak, bocah ini memang selalu aneh setiap hari' ucap Biru dalam hati.

"Tapi dari mana kalian tahu aku berulang tahun hari ini?" Biru yakin tidak pernah memberitahukan hal ini kepada siapa pun.

Alasannya karena Biru tidak akrab dengan siapa pun selain keluarga gurunya. Dan alasan satu lagi adalah karena sebenarnya dia tidak tahu hari ini hari ulang tahunnya atau tidak.

Hari ini adalah hari dimana dia ditemukan oleh Guru Yon saat sedang terluka parah, bertahun-tahun yang lalu dan dirawat di asrama. Karena dia tidak bisa mengingat kapan hari ulang tahunnya, karena itu mereka menjadikan hari ini sebagai hari ulang tahunnya.

Hari ini adalah hari dibuangnya masa lalu Biru kecil yang menyedihkan, dan dimulainya kehidupan yang baru untuk menyambut masa depan.

Hari ini adalah hari yang sempurna, untuk dijadikan sebagai hari peringatan kelahiran.

"Kakak senior yang memberitahu kami" jawab Harol.

Biru memandang Harol lagi. "Kakak senior?, senior yang mana?".

" Ah.., dia rupanya" Biru mengerti.

Siapa lagi senior yang di maksud kalau bukan Rudd. Biru tersenyum dingin.

Biru melirik ke tiga orang di hadapannya. Tidak masalah mentraktir mereka, lagi pula itu hanya tiga.

"Baiklah, ayo pergi" ucapnya.

Tapi Biru terlalu meremehkan anak-anak itu. Baru saja dia setuju Harol langsung bersiul memanggil teman-temannya.

Suara melengking menusuk telinga Biru yang lembut. Secara spontan dia menutupi telinga dengan kedua tangan.

Ketika membuka mata, di hadapan Biru sudah berdiri dua lusin pemuda sebaya dengan mereka.

Wajah-wajah mereka penuh semangat karena tahu akan dapat traktiran.

Rahang Biru jatuh melihat mereka semua.

"Seharusnya aku sudah menduganya"

Biru memijat keningnya yang berdenyut-denyut. "Kenapa kalian hanya semangat untuk saat makan gratis saja?"

Biru berbalik menuju keluar. Tapi sesaat kemudian dia berbalik menghadap Harol dan ketiga temannya.

Sebuah senyum licik menghiasi bibirnya.

"Akan aku traktir kalian apa saja, asalkan kalian bisa menyeret Rudd bersama kalian"

Biru melambaikan tangannya. "Kutunggu kalian di kedai langganan kita".

Harol merangkul kedua sahabatnya. " Ah itu mah kecil. Tapi kau harus menepati janjimu nanti ya..?".

"Pasti!!" teriak Biru sambil berlalu.

"Traktir?, itu bukan masalah besar buat Biru yang kaya raya ini. Nah Rudd, jangan harap kau bisa bersantai di asrama setelah melemparkan hal yang merepotkan padaku" Biru tersenyum lebar.

Biru sedang melangkah ke dalam kedai Willow yang terletak tidak jauh dari pasar tradisional. Kedai ini selalu menjadi langganan anak-anak dari asrama Elang Putih.

Kedai ini terkenal dengan masakannya yang lezat, tapi juga harganya yang tidak terlalu mahal. Itu sebabnya para pemuda yang ingin makan enak, tapi tidak ingin kantongnya kempes selalu datang ke sini.

Saat Biru datang, pemilik kedai datang secara langsung untuk menyambut. Biru sering datang ke kedai ini, jadi pemilik kedai dan para pelayan sangat mengenalnya.

Biru sering datang ke kedai ini bukan semata untuk makan, tapi juga sambil mengumpulkan berbagai macam informasi di sekitarnya. Tempat yang paling tepat untuk mengumpulkan informasi adalah tempat yang ramai, terutama rumah makan, tempat berbagai macam orang berkumpul dan bersantai.

Di kedai Willow ini juga Biru dapat bertemu orang-orang baru, sekaligus rekan bisnis baru.

"Selamat datang Tuan muda. Apa yang ingin anda makan hari ini!" Pemilik kedai dan seorang pelayan wanita datang untuk melayani.

"Sajikan tumis daging sapi dan sayuran, dan teh dingin untukku" kata Biru memesan.

"Teman-temanku yang lain akan datang sebentar lagi".

Pria berkulit coklat itu tersenyum ramah. Apa lagi setelah mendengar bahwa tak lama lagi teman-teman Biru akan segera datang. Itu artinya rumah makannya akan segera mendapatkan penjualan dalam jumlah yang besar. Bisnis yang sangat manis.

Pemuda di depannya memang terlihat seperti anak-anak muda pada umumnya, namun dia mengetahui kalau dia itu berbeda. Ini semacam insting alami seorang pebisnis. Bau uang memang sangat berbeda.

Setiap kali Biru datang ke kedai mereka, Biru memang tidak pernah memesan makanan yang mahal atau istimewa, tapi tidak pernah terlalu mengecewakan juga. Apalagi setiap kedatangan Biru, juga selalu di sertai dengan datangnya pelanggan-pelanggan baru ke kedai mereka.

Pemuda itu sudah semacam benda pembawa keberuntungan untuk kedai Willow.

Jadi wajar kalau pemilik kedai sendiri sangat menyukainya.

Beberapa menit kemudian pesanan Biru datang. Pelayan wanita yang tadi datang mengantarkan pesanannya. Satu piring daging tumis sayuran, dan satu gelas besar teh dingin kesukaannya.

Tanpa basa-basi Biru segera meraih gelas itu dan meneguk isinya. Air teh dingin segera membasahi tenggorokannya yang kering, dan membuatnya merasa lebih segar.

Pria berkulit coklat menghampiri Biru yang tengah makan.

"Tuan muda silahkan nikmati hidangannya, bila butuh sesuatu anda dapat memanggil saya kapan saja".

Biru hanya melirik pria pemilik kedai itu sebentar, tanpa menyahut kata-katanya sama sekali. Dia terlalu sibuk makan.

Pria tersebut lalu pergi, menghilang di balik sekat pembatas ruangan.