Kini semua orang mengetahui, mengapa Biru selalu diperlakukan secara berbeda dari pada murid-murid yang lain.
Kamar asrama yang seharusnya untuk beberapa anak sekaligus, hanya dipakai khusus untuk Biru seorang.
Seringkali ada bungkusan berisi kue yang dikirimkan untuk Biru, sekarang mereka tahu dari mana kue itu berasal. Pasti kue itu dikirimkan oleh Guru Maina.
Tadinya mereka berfikir, kenapa hanya Biru yang mendapatkan kiriman makanan?, padahal ada ribuan murid di asrama, tapi mengapa kue itu hanya diberikan pada anak itu saja?. Sekarang mereka tahu alasannya.
Toni menggaruk belakang telinganya "Jadi Biru sebenarnya adalah anak angkat Guru besar?. Apakah kita harus memanggilnya Tuan muda mulai sekarang?".
Zeon mengangkat cangkir dengan elegan, lalu menyesap isinya. "Pasti ada alasan mengapa Biru merahasiakan masalah ini. Jadi sebaiknya kita pura-pura tidak tahu saja, sampai Biru sendiri yang menceritakannya pada kita".
Tepat pada saat itu Rudd muncul dari pintu. Rudd masuk dengan mengusap perutnya yang terasa lega, setelah dia selesai memuntahkan isinya. Wajah tampannya yang semula pucat, kini jadi terlihat lebih segar.
Melihat Rudd masuk, semua orang berhenti berbicara dan kembali ke tempat duduknya masing-masing. Seolah tidak ada apa pun yang terjadi.
Rudd melihat anak-anak yang berkerumun, lalu kembali ke tempatnya sebelumnya.
"Wah ada apa ini?, apa ada yang sudah aku lewatkan?" Rudd merasa penasaran.
"Hahaha, tidak ada apa-apa Tuan muda" jawab Harol. "Kami hanya sedang membicarakan tentang ujian yang akan diadakan akhir pekan ini".
" Benar. Kami cuma sedang menebak-nebak, siapa yang akan menjadi pemenangnya tahun ini" sahut Teran.
"Oh... begitu" Rudd kembali ke meja yang tadi dia tempati, dan melihat kalau di meja itu sekarang kosong tanpa penghuni.
"Kemana anak ini pergi?" tanya Rudd entah pada siapa. Meskipun tidak jelas pertanyaan itu di ajukan pada siapa, tetap saja ada yang menjawabnya.
"Biru baru saja keluar, Tuan muda. Katanya dia akan segera kembali" jawab pemuda yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.
"Setelah menyiksaku, lalu dia pergi begitu saja?. Awas saja kalau dia sampai tidak kembali" ucapnya pelan.
Setelah sampai di meja yang tadi dia dan Biru tempati, Rudd menarik kursi untuk duduk. Ketika matanya kembali melihat ikan bakar di atas meja, tiba-tiba dia kembali merasa mual.
Rudd menjauh dari meja itu. Dia memilih duduk bergabung dengan meja lain, tak jauh dari sana.
Tentu saja dengan senang hati mereka menyambutnya. Membuat anak-anak di meja yang lain merasa sangat iri.
Rudd mengangkat tangan memanggil "Pelayan, bawakan aku daging sapi goreng, dan sop buah"
"Baik, pesanan akan segera di antar".
Rudd duduk satu meja bersama Zeon, dan tiga orang lainnya.
Identitas Zeon sebenarnya adalah tuan muda dari sebuah keluarga bangsawan. Dia anak dari kepala keluarga yang sekarang. Ayahnya mengirim Zeon ke Perguruan Elang Putih agar menjadi lebih kuat. Karena di dalam keluarga Zeon, seorang pimpinan haruslah seseorang yang paling kuat di dalam keluarga.
Meskipun pemimpin keluarga saat ini masih dipilih berdasarkan keturunan, tapi bila kepala keluarganya lemah, dia tidak akan dihormati oleh bawahannya.
Sambil menunggu pesanannya tiba, Rudd mengobrol bersama dengan yang lainnya. Sama sekali tidak ada rasa gengsi dalam diri Rudd karena bergaul dengan murid-murid ayahnya, justru dia merasa sangat senang.
Sebenarnya Rudd suka bergaul, tapi sayangnya dia tidak punya teman. Ketika dia pergi keluar untuk berbicara atau bermain, semua orang selalu memperlakukannya secara berlebihan.
Karena perlakuan mereka Rudd merasa kesal. Apa-apaan sikap mereka itu?, dia hanyalah anak seorang guru, bukannya anak seorang raja, mengapa dia diperlakukan layaknya pangeran kerajaan?. Karena hal itulah Biru adalah satu-satunya teman yang dimiliki Rudd saat ini.
Biru muncul di lantai dua kedai tidak lama kemudian. Di tangan kirinya dia membawa bungkusan yang diberikan Sissil, dia belum tahu apa isi di dalamnya.
Melihat kedatangan Biru, Harol yang duduk tidak jauh dari tangga berdiri dan menghampiri. Dengan santainya dia letakkan satu tangan di pundak Biru, sambil mengobrol dia mengantarkan Biru ke meja yang tadi ditempati.
"Akhirnya kamu datang juga. Kemana saja kau pergi barusan?, kenapa lama sekali?"
Rudd yang sedang makan melihat kejadian barusan, segera dia meletakkan peralatan makannya dan berdiri.
Dengan melotot dia menunjuk Harol "Hei, jauhkan tanganmu darinya"
Karena terkejut, dengan secepat kilat Harol menurunkan tangannya dari pundak Biru.
Rudd menarik Biru menjauh dari Harol, lalu membawanya ke meja mereka sebelumnya.
Dengan berbisik dia bertanya "Kenapa kau biarkan dia melakukan itu? harusnya kau menolak"
"Memangnya apa yang harus kulakukan? semua orang di sini taunya aku ini laki-laki. Bukankah wajar bagi para lelaki merangkul temannya seperti tadi?" jawab Biru dengan berbisik juga.
"Tentu saja tidak!"
"Benarkah? tapi aku sering melihat anak laki-laki melakukan itu"
"Itu hanya untuk teman yang benar-benar akrab. Memangnya kau sangat akrab dengannya??" Rudd sedikit kesal.
Biru menggeleng.
"Meski akrab sekalipun kau tetap tidak boleh menerimanya begitu saja. Ingatlah kalau kau itu seorang gadis, jangan biarkan laki-laki menyentuhmu sembarangan. Tak perduli meskipun kau berpakaian seperti laki-laki, tapi kau itu tetap perempuan, mengerti??".
" Iya, aku mengerti" jawab Biru pelan.
Murid-murid yang lain tentu saja tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh kedua orang tersebut. Karena di mata mereka, sikap Rudd itu hanyalah sikap protektif seorang kakak terhadap adiknya.