Chereads / Tak Ingin Mencintaimu Lagi / Chapter 39 - Maafkan kami

Chapter 39 - Maafkan kami

Akhirnya otak mereka dapat memahami semuanya.

Seketika mereka bertiga bangkit dari kursi mereka dan berlutut di lantai. Beraninya mereka menyuruh tuan muda mereka bekerja, bahkan berani memberikan perintah macam-macam.

Bagaimana kalau tuan mereka sampai tersinggung, atau marah?. Bagaimana kalau gara-gara kelakuan mereka tadi mereka jadi dipecat dari toko ini?.

Mereka tidak ingin hal itu sampai terjadi, sangat sulit mencari pekerjaan di saat sekarang, apa lagi pekerjaan yang sebaik ini.

Di mana lagi mereka dapat mencari pekerjaan yang mudah tapi gajinya bagus seperti ini? kalau mereka sampai dipecat, akan ada ribuan orang yang akan berebut menggantikan mereka bekerja.

Melihat sikap mereka, mengingatkan Biru pada situasi yang sering di saksikannya di istana. 'Mereka itu ngapain sih? aku ini kan bukan seorang raja, kenapa harus berlutut segala?'

"Apa yang kalian lakukan? kenapa berlutut di lantai?"

"Maafkan kami Tuan muda. Kami sungguh tidak tahu kalau anda akan datang" kata wanita yang paling tua "Maafkan juga semua kelancangan kami tadi, beraninya kami membuat anda membantu pekerjaan kami".

Wanita yang lebih muda ketakutan " Ma maafkan saya juga karena telah lancang menyuruh-nyuruh Tuan tadi, ta ta tadi saya mengira Tobbi yang memanggil temannya untuk membantu kami hari ini".

Tobbi yang di sebut namanya menoleh dengan cepat 'Kenapa aku yang kau bawa-bawa?'.

"Sudahlah, kalian cepat bangun. Kalian tidak salah. Aku membantu karena keinginanku sendiri, lagipula kalian kelihatan sangat kerepotan tadi. Haruskah aku menambah pegawai baru?".

Para pegawai merasa sangat lega mendengar kata-kata Biru. Itu artinya mereka tidak akan dipecat dari pekerjaan mereka.

Ternyata tuan mereka sangat baik, padahal salah satu dari mereka sempat membentak Biru tadi.

"Saya rasa itu tidak perlu, Tuan muda" jawab wanita yang lebih tua, setelah dia berdiri dari lantai.

"Kalau Tuan muda menambah pegawai baru, pasti kebanyakan kami akan menganggur. Kejadian luar biasa ramai seperti itu tidak terjadi setiap hari. Sepertinya karena akan ada festival sebentar lagi".

"Kudengar festival masih dua hari lagi, bukankah masih ada satu hari lagi besok? Bagaimana kalau besok toko akan ramai seperti hari ini?".

"Tuan muda tidak perlu hawatir, saya akan membawa anak saya untuk membantu besok" jawab wanita yang lebih tua.

"Kalau begitu saya juga akan membawa suami saya juga, untuk berjaga-jaga" kata wanita yang satu lagi.

Tobbi : 'Siapa yang harus aku bawa? aku kan masih belum menikah'.

Karena masalah toko sudah selesai, setelah memeriksa laporan Biru meninggalkan toko manisan.

Sebenarnya perjalanannya akan lebih singkat bila menggunakan kereta, tapi Biru merasa itu tidak menyenangkan. Gadis itu lebih suka menjelajah dengan kakinya sendiri.

Dengan berjalan kaki, Biru bisa melihat lebih banyak hal yang tidak bisa di lihat dengan naik kereta. Dengan berjalan kaki juga dia bisa mendapat lebih banyak informasi.

Sedang asik-asiknya berjalan, ada sebuah tangan yang menyentuh pundaknya. Secara reflek Biru memegang tangan itu lalu memuntirnya kebelakang.

Sipemilik tangan menjerit merasakan sakit. Dia merasa tangannya seperti akan patah, bila dia bergerak sedikit lagi. Orang itu berteriak meminta agar tangannya dilepaskan, tapi Biru tidak bergeming.

Pemilik tangan itu ternyata adalah seorang pria muda, yang tampak seumuran dengan Rudd.

"Siapa kau? kenapa mengikutiku? apa kau teman para penjahat itu?"

Pemuda itu kesakitan, dia tidak mampu melepaskan diri dari tangan Biru.

"Bukan. Aku bukan penjahat".

"Lalu siapa kau. Cepat jawab!" Biru menambahkan tekanan pada tangannya.

"Baik-baik akan ku jawab.Tapi lepaskan tanganku dulu!!" teriaknya.

Biru melepaskan tangan pria itu. Tapi dia berjaga-jaga, kalau-kalau pria itu bermaksud untuk kabur.

"Kau benar-benar galak, tidak bisakah kau bicara dulu sebelum memukul?"

Pria itu mengusap-usap tangannya yang masih terasa nyeri. Tapi pria itu tidak kelihatan marah. Pemuda itu malah menatap Biru dengan ramah.

"Perkenalkan, nama saya Delvaro dari desa Torun. Saya tidak berniat jahat pada anda, justru saya ingin berterima kasih".

'Delvaro? nama itu sepertinya tidak asing'

"Berterima kasih?, berterima kasih untuk apa?".

'Masa iya dia berterima kasih karena aku hampir mematahkan tangannya?'

Pemuda itu memandang mata biru yang ada di hadapannya. Wajahnya yang tampan tampak bercahaya, senyuman di bibirnya menambah pesonanya.

"Beberapa bulan yang lalu anda telah menyelamatkan ibu dan adik saya".

Sebelum melanjutkan pembicaraan mereka, mereka pindah ke kedai jajanan di pinggir jalan. Yugo terkenal dengan aneka makanan yang terbuat dari makanan laut.

Hampir semua kedai pinggir jalan menjual makanan yang menggunakan bahan dari laut, seperti sate gurita, dan baso ikan yang saat ini di hidangkan di atas piring mereka.

Biru menyantap baso ikan pedas di tangannya, sambil mendengarkan penjelasan pemuda tampan di hadapannya.

Menyaksikan cara Biru makan membuat Delvaro tertawa kecil, apa yang dilakukannya itu membuat cekungan di kedua pipinya terlihat jelas. Beberapa gadis yang sedang ada di kedai itu, tidak bisa melepaskan pandangannya dari Delvaro. Apa lagi setelah melihat pemuda itu tersenyum, gadis-gadis yang memandangnya jadi memerah tanpa sadar.

Sayangnya pesona Delvaro tidak mumpan untuk Biru. Kalau saja Biru belum pernah bertemu dengan pangeran Yohan sebelumnya, dia mungkin akan menganggap pemuda di depannya itu adalah pria yang paling tampan di negeri ini. Mungkin juga dia akan jatuh cinta kepadanya.