Chereads / Tak Ingin Mencintaimu Lagi / Chapter 42 - Ingin membalas budi

Chapter 42 - Ingin membalas budi

'Mungkin tanpa sadar aku telah merubah takdir kelam masa lalunya. Meskipun masa lalunya telah berubah, tapi aku yakin nanti dia akan tetap menjadi pemilik Serikat perdagangan terbesar di ibukota. Kemampuannya berdagang sudah tidak diragukan lagi. Delvaro adalah sebuah contoh yang bagus, tentang orang biasa yang mencapai puncak dunia.

Sebuah keputusan yang tepat menghindari jadi musuhnya. Kalau aku bisa membuatnya jadi temanku, maka dia bisa menjadi bantuan terbesar bagiku di masa mendatang. Apa lagi sekarang aku juga bergerak di bidang perdagangan'.

Tapi Biru masih memikirkan sesuatu, tangan Biru bergetar. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak memukulnya.

Lalu "PLAKK" kepala Devaro kena pukulan telapak tangannya Biru.

Pemuda itu membeku sesaat, tangan kirinya menyentuh tempat yang terasa sakit. Dia terkejut di serang tiba-tiba "Ke ke kenapa kau memukulku?? "

"Itu hukuman bagimu, yang sembarangan meninggalkan dua wanita lemah di rumah tanpa perlindungan. Seharusnya kau membawa mereka bersamamu. Atau setidaknya kau harus mengungsikan mereka ke tempat yang aman dulu, bukannya malah meninggalkan mereka begitu. Yang kau lakukan itu sama saja dengan meninggal kan mereka di sarang para penyamun!!! " Biru menaikkan volume suaranya.

Delvaro tertegun, mulutnya terbuka tanpa bisa mengucapkan kata-kata. Dia tak pernah menyangka akan mendapatkan serangan dua kali tanpa bisa membalas. Pukulan, sekaligus bentakan dari orang yang baru ditemuinya.

'Mimpi apa aku semalam? '

"Ekhem. Maaf, sepertinya aku terlalu emosi" Biru menyesali.

Delvaro menggeleng. "Tidak. Aku memang pantas menerimanya. Aku tidak pernah menyangka kalau saat aku pergi, mereka akan mengalami kejadian mengerikan seperti itu. Kali ini aku sudah punya uang, aku akan membawa mereka bersamaku, tidak akan pernah aku biarkan mereka menderita lagi".

Biru tersenyum dalam hati. Sebenarnya dia memukul Delvaro bukan karena hal itu. Biru memukulnya murni karena ingin membalas dendam untuk perbuatan di masa lalunya. Sebenarnya sudah sejak lama Biru ingin memukulnya, tapi baru sekarang gadis itu mendapat kesempatan.

" Itu bagus. Tepati janjimu " kata Biru.

"Pasti. Lalu uang yang kemarin anda bayarkan, saya akan... "

"Tidak perlu. Simpan saja uang itu untuk ibu dan adikmu"

"Tapi.. "

"Sebagai gantinya, bila suatu hari nanti aku membutuhkan bantuanmu, kuharap kau bisa membantuku".

Delvaro tersenyum. " Tentu saja saya akan membantu bila saya bisa".

'Tentu saja nanti kau bisa' ucap Biru dalam hati.

Biru menoleh ke langit yang kemerahan karena matahari yang terbenam. Dia sedikit terkejut, ternyata waktu sudah semakin sore tanpa dia sadari.

Tidak mungkin untuknya kembali ke asrama saat ini. Membutuhkan waktu beberapa jam untuk perjalan dari kota Yugo ke desa Aris. Kalau dia nekat meneruskan perjalanan sekarang, maka mereka akan sampai di rumah tengah malam nanti.

Perjalanan di malam hari sangat berbahaya. Berbeda dengan ibukota yang memiliki penerangan di setiap sudut jalan, jalan di sini sangat gelap, karena dikelilingi oleh hutan dan rawa-rawa.

Apalagi jalanan yang masih rusak disana-sini, sulit untuk melihat jalan di saat gelap seperti itu, roda kereta bisa terperosok kapan saja. Bukan hanya itu saja. Masih ada kemungkinan kereta mereka diserang binatang buas, yang sering mencari makan dimalam hari. Belum lagi para bandit yang sering muncul di saat seperti ini. Karena itu Biru memutuskan untuk mencari penginapan.

"Hari sudah semakin sore. Aku harus pergi sekarang".

"Sebenarnya Ibu dan Delia ingin mengundang anda makan malam, apakah anda bersedia datang? "

"Saya ingin, tapi sayangnya sekarang saya tidak bisa, mungkin lain kali. Sampaikan permintaan maafku pada mereka karena tidak bisa datang".

Setelah mengucapkan beberapa patah kata lagi, akhirnya mereka berpisah. Biru melangkah meninggalkan kedai terlebih dahulu.

Sementara itu Delvaro yang masih berada di kedai, memperhatikan kepergian Biru dengan sudut bibir yang naik, dia tidak bisa berhenti tersenyum.

" Gadis yang unik, tapi menarik".

Delvaro mengusap bagian atas kepalanya "Tapi, pukulannya sakit juga".

Di depan kedai, tempat Biru memarkir kereta nya. Pak kusir masih menunggu dengan setia. Ketika Biru sampai di sana, pak kusir sedang membersihkan kereta dengan kain yang dipegangnya.

Biru sedikit merasa bersalah karena sudah membiarkannya menunggu terlalu lama. Tapi hari ini dia mengalami beberapa kejadian yang tak biasa, yang menghambat kepulangannya. Dia kan tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi.

"Pak, seperti nya kita harus menginap malam ini. Sekarang sudah hampir gelap, berbahaya jika harus meneruskan perjalanan di malam hari. Apa bapak tidak apa-apa? ".

"Tentu saja tidak apa, Tuan muda. Saya setuju kalau kembali ke desa di malam hari sangat berbahaya".

"Kalau begitu, ayo cari penginapan terdekat" kata Biru, kemudian masuk ke dalam kereta.

Cuma beberapa menit waktu yang di butuhkan untuk mencapai penginapan terdekat. Penginapan yang mereka datangi bernama Penginapan Cemara. Sama dengan namanya, bagian depan tempat ini ditumbuhi dengan beberapa pohon cemara yang menambah keindahan halaman penginapan.

Biru memesan dia kamar untuk mereka. Setelah itu Biru menuju kamarnya untuk beristirahat.

Sebelumnya, tak lupa Biru memesan air panas untuk dia pergunakan mandi dan berendam. Sudah lama dia tidak menikmati mandi yang sangat nyaman seperti ini.

Meskipun di asrama dia juga memiliki kamar mandi pribadi di dalam kamarnya, namun demi keamanan, dia hanya bisa mandi seadanya saja.