Lorta manager toko Wilbern, melihat ekspresi bahagia di wajah Biru dan penasaran. Jarang sekali pemuda di depannya memperlihatkan ekspresi seperti itu.
"Perhiasan yang begitu indah, apakah anda pesan untuk seseorang yang spesial untuk anda?"
Biru menjawab tanpa mengangkat wajahnya "Benar".
" Kalau boleh ku tebak, apakah itu untuk kekasih anda?"
Biru menutup kotak perhiasan merah, kali ini Biru mengangkat wajahnya melihat Lorta "Bukan. Ini untuk ibu saya".
Keluar dari toko Wilbern, Biru berjalan menuju ke tempat berikutnya. Sejak toko manisannya sukses di desa Aris, Biru juga mulai membuka toko di kota Yugo.
Tidak terlalu berbeda dengan yang ada di Aris, toko manisannya di sini juga laris manis. Saat ini Biru sedang dalam perjalanan ke sana, untuk meninjau tokonya itu.
Biru memperlambat langkahnya. Tiba-tiba saja dia merasa ada orang yang sedang mengikutinya.
Pada awalnya Biru merasa ragu, karena ada banyak orang di sekelilingnya, karena itu Biru mencoba mengujinya. Setiap kali dia mempercepat langkahnya, orang-orang itu juga mempercepat langkah mereka. Saat dia memperlambat langkahnya, mereka juga memperlambat langkahnya.
Biru ingin segera mengurus mereka, kalau tidak mereka bisa menjadi sebuah gangguan yang menyebalkan, karena itu dia masuk ke dalam gang yang sepi. Dia tahu mereka tidak akan beraksi di hadapan orang ramai.
Tiba-tiba gadis itu berhenti. Sambil berpura-pura kebingungan dia berkata "Ke arah mana ya tempatnya? apa aku sudah salah jalan?" setelah itu Biru berbalik.
Benar firasat Biru, ketika dia berbalik dihadapannya sudah berdiri empat orang pria berwajah sangar.
Akhirnya orang-orang itu menampakkan diri, Biru tersenyum samar melihat mereka. Entah mengapa orang-orang itu merasa merinding melihat senyuman pemuda di hadapan mereka.
Beberapa menit sebelumnya.
Tak jauh dari tempat Biru berjalan, beberapa pria sedang memperhatikan.
"Lihat Bos, itu dia orang kumaksud. Dia baru saja keluar dari toko Wilbern".
" Oh.., jadi dia?. Kebetulan sekali dia sedang sendirian, pekerjaan kita akan lebih mudah".
"Hei botak, kau yakin dia orangnya? kau yakin dia anak orang kaya? kenapa dia tidak membawa pengawal bersamanya?".
Orang yang dipanggil botak menyahut dengan yakin. " Tentu saja Bos. Orang suruhan saya sudah memastikannya sendiri. Begitu dia masuk ke toko Wilbern, dia langsung dibawa ke lantai atas, ke ruangan terbaik".
"Itu artinya dia sumber uang kita yang baru. Jangan tunggu lama lagi, ayo kita bergerak".
Kembali ke waktu saat ini.
Keempat pria berbadan kekar, berbaring berserakan di atas tanah. Wajah dan tubuh mereka merah lebam karena dihajar Biru.
Pria-pria itu meringis merasakan sakit di sekujur tubuh mereka. Mereka sama sekali tidak menduga, kalau mereka akan dikalahkan oleh seorang pemuda kurus, yang sepertinya mudah dipatahkan kapan saja.
Keempat orang itu mengira pekerjaan mereka kali ini akan lebih mudah dari biasanya, karena mereka hanya perlu merampok seorang anak kecil tanpa seorangpun pengawal.
Siapa yang menyangka, kalau ternyata pemuda kecil ini memiliki kekuatan yang besar. Para preman itu bahkan tidak sempat membalas satu pukulan pun terhadap Biru.
Mereka sudah menjadi penjahat selama beberapa tahun, tapi baru kali ini mereka mengalami suatu hal yang tidak masuk di akal seperti ini.
Kalau saja tidak malu, ingin rasanya mereka menangis sekeras-kerasnya. Kalau mereka tahu akan jadi begini, mereka tidak akan berani mendekati monster kecil ini, lebih baik mereka mencari mangsa yang lain saja.
Setelah berhasil membereskan para penjahat itu, Biru mengikat keempatnya, lalu dia melaporkannya ke penjaga keamanan terdekat. Rupanya mereka adalah komplotan perampok yang telah lama menjadi buronan petugas keamanan selama ini.
Petugas mengucapkan terimakasih karena Biru telah membantu menangkap para penjahat. Begitupun gadis itu juga merasa senang karena bisa membantu.
Perjalanan Biru jadi terganggu karena ulah para penjahat, tapi setelah itu akhirnya Biru bisa kembali meneruskan perjalanannya.
Di kota Yugo Biru hanya memiliki satu buah toko, tapi toko yang dimilikinya jauh lebih besar dari kios-kios yang dimilikinya di desa Aris.
Ketika Biru sampai di sana, toko manisan sedang ramai pembeli. Meskipun ada tiga orang pekerja di sana, tampaknya masih cukup kualahan melayani para pembeli. Untungnya dua penjaga yang dipekerjakan di depan toko bisa membantu menertipkan antrian, sehingga situasi tetap aman dan terkendali.
Biru memasuki toko melalui pintu belakang. Tanpa berbicara, gadis itu segera membantu para pegawai. Di angkatnya kotak-kotak manisan yang telah kosong, lalu di gantinya dengan kotak yang berisi toples manisan yang baru.
Terkadang, saat para pegawai sedang sibuk melayani pembeli, Biru bergegas membantu mengemas pesanan-pesanan yang diminta. Biru akan menghitung jumlah tagihan, dan memberikan kembalian.
Semua orang sibuk bekerja, hingga tidak ada yang menyadari siapa pegawai baru yang membantu mereka.
Beberapa jam kemudian. Semua pembeli telah terlayani dan pergi satu-persatu. Semua pegawai akhirnya bisa berhenti bekerja dan sedikit beristirahat, karena sudah tak ada lagi pembeli yang datang.
Dua pegawai wanita, dan satu pegawai pria, duduk diatas kursi dengan punggung melorot. Keringat membasahi wajah dan pakaian mereka.
"Fiuh.., akhirnya selesai juga" kata seorang pegawai wanita sambil menyeka keringat dengan saputangan.
"Kenapa bisa seramai ini ya?" tanya pegawai pria.
"Apa kau tidak tau? dua hari lagi akan di adakan festival meminta hujan di alun-alun" kata pegawai wanita yang paling tua "Anak muda zaman sekarang memang tidak tahu apa-apa".
Pegawai pria yang disindir merasa malu, dia menggaruk belakang telinganya dengan tertawa kecil "Hehehe".
"Omong-omong, terima kasih atas bantuanmu anak muda. Karena bantuanmu kami jadi tertolong hari ini" wanita itu menoleh pada Biru yang berdiri di belakang mereka.
Ketiga pegawai menoleh, dan ketiganya membeku. Butuh beberapa saat bagi mereka untuk mencerna situasi. Butuh beberapa saat juga untuk mengenali, bahwa orang yang baru saja membantu, serta mereka perintah ini-itu sebenarnya adalah tuan mereka.