Kereta yang di tumpangi Biru melaju dengan tenang di jalan raya, melewati kereta mewah hitam yang menepi di bahu jalan.
Biru menoleh sebentar ke arah kereta yang menepi itu. Kereta itu kelihatan tidak asing baginya. Dia merasa seperti pernah melihat kereta itu sebelumnya, tapi dia tidak ingat dimana.
Gadis itu tidak terlalu memikirkan tentang kereta dengan begitu serius. Segera dia melemparkan pikiran itu jauh di belakang kepalanya. Mungkin saja itu hanya perasaannya saja.
Setelah kereta yang di tumpangi Biru lewat, kereta hitam yang juga tanpa lambang apa pun itu kembali melanjutkan perjalanannya.
Setelah gangguan kecil tersebut, sisa perjalanan berlangsung dengan lancar.
Jalan Raya menjadi semakin mulus begitu mereka semakin dekat dengan kota Yugo. Lalu lintas yang tadinya sepi juga semakin ramai.
Biru memerintahkan kusir untuk berhenti di depan rumah makan. Bukannya dia bermaksud untuk makan, tapi karena tidak ada tempat parkir yang cukup di depan toko Wilbern, terpaksa dia berhenti di sana.
"Tunggu aku di dalam kedai!" perintah Biru.
Pria itu terkejut. Dia mengira tuannya mau makan di kedai ini, lalu apa sebabnya dia memerintahkan untuk berhenti di sana?. Meskipun terkejut dan heran, namun kusir itu tidak menolak ataupun bertanya. Dia percaya tuannya pasti punya maksud tersendiri.
Tentu saja Biru memang belum makan siang hari ini, tapi dia tidak perlu makan di kedai. Karena ketika di toko Wilbern, Biru biasanya selalu di sediakan kue-kue yang lezat.
Dari kedai, Biru menuju ke toko Wilbern dengan berjalan kaki. Jarak antara kedai dan toko tidak terlalu jauh, jadi tak butuh waktu yang lama untuk sampai di sana.
Sesampainya di depan toko Wilbern, Biru melihat deretan kereta mewah yang di parkir di depan toko. Biru sudah menduga hal itu, itu sebabnya hari ini dia memarkirkan keretanya di depan kedai.
Bulan lalu, ketika Biru baru saja keluar dari ruangan Vip toko Wilbern. Dia tanpa sengaja mendengar beberapa nona bangsawan yang memesan perhiasan, kalau mereka akan datang hari ini.
Untung dia mendengarnya, kalau tidak, hari ini dia pasti kesulitan memarkirkan kendaraannya.
Seperti biasa, begitu Biru datang dia akan langsung di sambut oleh wanita berseragam. Wanita itu kemudian akan langsung mengantarkannya ke ruangan terbaik di lantai atas.
Beberapa wanita muda sedang berkerumun di depan etalase. Mereka sibuk memilih dan berdiskusi tentang perhiasan mana yang terbaik, atau perhiasan mana yang sedang trend saat ini.
Sesekali wanita-wanita kaya itu juga mengambil perhiasan dan mencobanya. Setelah mencoba, wanita itu akan bertanya kepada teman di sampingnya, perhiasan mana yang paling cocok mereka kenakan.
Biru hanya melirik mereka sekilas sambil mengikuti wanita yang memandunya.
Ketika Biru menaiki anak tangga, wanita-wanita muda itu penasaran menyaksikan Biru yang langsung disambut dan di arahkan ke lantai atas toko Wilbern. Mereka tahu, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mendapatkan perlakuan spesial tersebut.
Mereka penasaran dengan identitas Biru yang sebenarnya, hingga tanpa sadar mereka memperhatikan Biru sejak mulai menaiki anak tangga.
Merasa sedang di perhatikan, Biru menolehkan wajahnya ke arah wanita-wanita muda tersebut. Biru tidak merasakan niat jahat dari orang-orang itu, melainkan hanya rasa penasaran terhadapnya.
Biru memberikan sedikit senyumannya sebagai sikap sopan santun. Namun reaksi yang didapatkanya agak diluar dugaan.
Wanita-wanita itu tertegun melihat senyuman Biru. Warna merah muncul di pipi mereka yang putih.
"Kyaa..., siapa pemuda tampan itu?" tanya salah satu wanita, begitu melihat Biru sudah menghilang dari pandangan.
Wanita bergaun kuning angsa menyentuh kedua pipinya. "Ya tuhan. Dia benar-benar menawan"
"Apa kalian melihat warna matanya? itu biru langit yang cantik. Aku merasa meleleh hanya dengan melihatnya".
Wanita bergaun merah muda bertanya pada penjaga toko yang berada di belakang etalase. " Apa kau tahu siapa dia? dari keluarga mana dia?".
Wanita di belakang etalase menjawab "Saya tidak tahu siapa dia, tapi Tuan muda itu memang sering datang ke toko ini. Dia pelanggan tetap di toko kami".
Mendengar jawaban pelayan toko, membuat wanita-wanita itu semakin histeris.
"Sudah kuduga, dia pasti bukan orang biasa".
"Mungkin dia bukan berasal dari sini, aku belum pernah melihatnya sebelumnya".
"Benar sekali!. Wajah tampannya itu bukan sesuatu mudah dilupakan".
" Mungkinkah dia berasal dari Veruca?"
"Veruca??"
"Benar, kudengar semua orang di kerajaan Veruca memiliki mata berwarna biru".
Sementara itu, Biru yang sedang menikmati kue dan teh di ruangan mewah, tidak mengetahui kalau dirinya sedang menjadi bahan pembicaraan.
Tidak lama kemudian, manager toko datang bersama dengan kebuah kotak berwarna merah. Kotak tersebut dia letakkan di depan Biru.
"Silahkan. Ini adalah perhiasan yang telah anda pesan" kata pria itu.
Biru membuka dan memeriksa isinya. Melihat isi kotak itu sesuai dengan apa yang diinginkannya dia tersenyum puas.
Dia sengaja meminta agar dibuatkan perhiasan ini, untuk dia berikan sebagai hadiah untuk seseorang.
Tidak lama lagi hari ulang tahun pernikahan gurunya akan tiba, dan perhiasan itu akan dia berikan kepada Guru Maina sebagai hadiah.
Di masa lalunya Biru tidak bisa memberikan apa pun untuk gurunya, tapi kali ini keadaannya berbeda.