Chereads / Tak Ingin Mencintaimu Lagi / Chapter 30 - Siapa Biru sebenarnya

Chapter 30 - Siapa Biru sebenarnya

"Tak akan. Aku hanya mau pergi sebentar dan akan segera kembali" jawab Biru.

Gadis itu memandangi orang-orang itu, dari sorot mata mereka, dia tahu kalau mereka masih tidak percaya pada perkataannya. 'Hah.. dasar, enggak percayaan sekali sih'.

"Pak Emran!!" Biru memanggil pemilik rumah makan.

Tak lama kemudian pria setengah tua itu datang menghampirinya.

"Ada apa Tuan muda. Apakah kau memerlukan sesuatu?"

"Aku akan pergi sebentar. Ingat, semua makanan dan minuman mereka, aku yang akan membayarnya".

" Iya Tuan muda, jangan hawatir. Kami pasti akan memperlakukan mereka dengan baik".

Setelah berbicara dengan pemilik kedai Willow, Biru segera beranjak keluar.

Mendengar apa yang di katakan Biru pada pemilik kedai, orang-orang yang tadinya merasa tegang seketika merasa tenang. Mereka lalu meneruskan makan mereka dengan ceria.

Setelah Biru pergi, Doti dan para murid yang lain kembali ke tempat duduknya semula.

Teman yang duduk bersamanya memperhatikan Doti, yang jadi pendiam sejak kembali dan bertanya.

"Kau kenapa?, kenapa tidak makan?. Jangan bilang kau sudah kenyang. Biasanya porsi makanmu dua kali lipat dari ini" kata pemuda itu sambil menggigit daging ayam goreng.

"Aku hanya sedang memikirkan tentang Biru. Aku tahu tadi dia bilang dia akan mentraktir kita, tapi tidakkah kita makan terlalu berlebihan?, bagaimana kalau dia tidak sanggup membayar tagihan nanti?" pemuda itu tampak hawatir.

"Kalau begitu kau bantu dia membayarnya" jawab pemuda itu sambil makan.

"Sembarangan. Aku mana punya uang sebanyak itu".

"Jangan hawatir. Kalau Biru tidak punya uang dia tidak mungkin berani membawa kita makan ke sini. Paling-paling dia akan membawa kita ke penjual gorengan di pinggir jalan".

"Itu sih kamu!!!" seru beberapa pemuda bersamaan.

Pemuda yang diteriaki hanya bisa tertawa malu mendengarnya. Selama ini, dia memang hanya bisa mentraktir beberapa temannya, untuk makan gorengan murah di pinggir jalan.

"Tapi Doti benar juga. Dari mana Biru bisa mendapatkan uang sebanyak itu untuk mentraktir kita?, jangan-jangan setelah ini Biru terpaksa harus mencuci piring untuk membayar makanan kita" anak yang bernama Toni terlihat ragu.

Pak Emran yang duduk di meja kasir mendengar apa yang dikatakan anak-anak itu. Dia hanya bisa tersenyum. Rupanya mereka masih belum tahu siapa Biru yang sebenarnya.

Meskipun tidak ada yang mengatakannya, pak Emran tahu kalau Biru itu punya lebih banyak uang dari anak-anak seumurannya. Pemilik kedai itu tahu dari pengamatannya selama ini.

Orang-orang yang biasanya di temui Biru di kedai ini, juga bukan orang yang sembarang di temui di jalan. Mereka adalah para pedagang yang sukses dalam bidang mereka. Terkadang, Emran juga melihat Biru membicarakan soal bisnis dengan beberapa bangsawan.

Pada awalnya Emran juga terkejut, ketika dia mengetahui kalau Biru hanyalah seorang murid dari Elang Putih. Tapi Biru membuktikan padanya, kalau sukses itu tidak memandang umur dan status seseorang.

"Mungkin Biru mendapatkan uang dari misi, bukankah anak itu sering bolos latihan untuk pergi bekerja?"

"Maksudmu, misi pengawalan yang akhir-akhir ini banyak di cari?".

"Betul sekali. Bukankah kalian juga pernah mendapatkan misi itu?".

" Iya, aku juga pernah ikut dua kali. Orang itu sungguh dermawan. Makan selalu di sediakan tepat waktu, upah yang diberikan juga sangat bagus. Rasanya aku ingin bekerja pada orang itu terus".

"Aku setuju. Bila bisa bekerja pada si pemberi misi itu seterusnya, rasanya aku bisa jadi kaya".

Suara tawa terdengar disekitarnya.

"Kalian beruntung kalau bertemu dengan tuan yang baik. Tahun lalu aku bekerja pada orang yang pelit. Sudah tempatnya jauh, upahnya sedikit lagi".

" Wah.. itu sungguh sial" anak-anak yang lain turut mengangguk.

"Ngomong-ngomong, apa kalian pernah bertemu dengan tuan yang mengirim misi pengawalan itu?" tanya Dodo.

"Aku tidak, bagaimana denganmu?" pemuda itu menoleh pada teman se mejanya. Tapi temannya menggeleng.

"Sepertinya tidak ada seorang pun yang pernah melihatnya. Orang itu selalu mengirimkan misi melalui anak buahnya".

" Sepertinya dia orang yang misterius".

"Menurut yang aku dengar, Tuan itu adalah seorang bangsawan muda yang berasal dari ibukota".

" Benarkah?. Kenapa seorang bangsawan ibukota sampai datang ke desa terpencil seperti ini?".

"Benar juga. Tempat ini sangat kecil, mau kemana-mana juga susah. Walaupun sekarang jalannya sudah lebih halus, tapi tetap saja tidak sehalus di kota. Yang lebih penting lagi, tidak ada tempat hiburan di desa ini".

" Aku dengar, jalan desa Aris ini menjadi sebagus sekarang, juga karena di bangun oleh orang itu".

"Benarkah??, wah.. dia orang yang luar biasa" kata Harol.

"Mungkin dulu, dia dan keluarganya pernah tinggal di desa ini" kata Zeon yang duduk di meja paling tengah.

"Itu masuk akal. Jadi setelah sukses di kota, dia kembali untuk mengembangkan kampung halamannya. Dia orang yang baik".

" Menurut kalian, berapa kali Biru mendapatkan misi pengawalan, sampai bisa mendapatkan uang yang begitu banyak?".

"Entahlah, yang pasti lebih banyak dari yang kudapatkan" jawab Toni.

"Kalau begitu, pantas kalau dia berani mentraktir kita di kedai ini" kata salah seorang pemuda, sambil mengunyah makanannya.