Biru sampai di hutan di kaki gunung.
Gadis itu berhenti di depan sebuah pohon yang tinggal tunggulnya. Dia mengenali sisa potongan pohon itu, itu adalah sisa dari pohon yang telah roboh karena pukulannya saat dia berlatih di sini.
'Apa tempatnya ada di dekat sini?'
Biru mencoba mengingat informasi yang berhasil di dapatkan, untuk menemukan letak lokasinya.
Dari tunggul pohon itu dia berjalan ke kanan. Ada sebuah batu besar tak jauh dari sana, dari batu itu dia lalu berjalan lurus. Setelah berjalan beberapa menit dia menemukan jalan yang menurun, jalannya berbatu dan licin karena di tumbuhi banyak lumut. Orang yang lewat di jalan ini harus ekstra hati-hati agar tidak terjatuh.
Ada dua persimpangan setelah dari jalan menurun tadi. Biru tidak tahu harus berjalan ke arah kanan atau ke kiri. Menurut informasi yang dia kumpulkan, lokasi tambang ada di dekat jalan ini, tapi orang-orang itu tidak ada yang menyebutkan tentang jalan bercabang ini. Mungkin mereka lupa.
Akhirnya Biru memutuskan untuk mencoba mencari tahu sendiri. Saat ini Biru mencoba memilih jalan yang di sebelah kanan lebih dulu, tak lupa dia mematahkan ranting kayu yang dia letakkan di tengah jalan sebelah kanan, setelah dia melewatinya. Tujuannya adalah untuk memberinya tanda, kalau dia baru saja melewati jalan ini.
Dulu, Biru dan teman-temannya sesama prajurit pernah tersesat saat menjalankan misi. Hutan yang mereka lewati adalah lokasi kekuasaan musuh. Hutan itu sudah dirubah sedemikian rupa hingga menyerupai sebuah labirin, siapa pun orang luar yang masuk ke sana hanya akan berputar-putar, sampai mereka menemukan jalan yang benar.
Biru tahu hutan tempat dia berada sekarang tidak sama dengan hutan itu, tapi tak ada salahnya untuk berhati-hati.
Di jalan sebelah kanan Biru berjalan selama beberapa menit, dengan bantuan cahaya fajar yang mulai muncul gadis itu mencari dengan cermat.
"Seharusnya ada sebuah gua di sekitar sini. Itu kalau jalan yang aku pilih adalah jalan yang benar".
Tapi setelah lama dia mencari, gua itu tidak dia temukan. Setelah dia yakin telah memilih jalan yang salah, gadis itu berbalik untuk kembali ke persimpangan sebelumnya.
Entah karena keadaan yang masih terlalu gelap, atau dia yang berjalan kurang berhati-hati, kakinya tersandung akar pohon dan dia pun terjatuh.
Lututnya membentur jalan berbatu hingga membuatnya berdarah.
Bagi Biru ini bukanlah luka yang serius, tapi dia tahu kalau tubuhnya ini masihlah tubuh anak-anak yang lemah, jadi dia harus merawatnya dulu.
Gadis itu mundur ke tebing batu untuk bersandar sebentar, tapi saat dia bersandar bukan dinding kokoh yang dia rasa di punggungnya, melainkan sebuah lubang yang menelan setengah tubuh bagian atasnya.
"Woaah.. "
Ketika dia membuka mata, hanta ada kegelapan di depan matanya. Biru segera mengangkat tubuhnya dari tanah dan mundur. Di luar Biru akhirnya dapat melihat dengan jelas, ternyata lubang itu sebenarnya adalah sebuah gua.
Gua itu adalah gua alami yang terbentuk oleh alam, bukan karena buatan manusia.
Alasan kenapa tidak di temukan oleh Biru ketika dia mencarinya adalah, karena gua itu tertutup oleh tanaman merambat hijau, sehingga terlihat serupa dengan dinding batu yang lain.
Gadis itu mengeluarkan obor lalu menyalakannya.
Dia juga mengeluarkan salah satu pisau dari balik pakaiannya, untuk berjaga-jaga kalau ada serangan tiba-tiba.
Obor telah dinyalakan, dan perlahan Biru masuk ke dalam gua.
Gua itu kosong. Tak ada orang atau pun bandit gunung. Bahkan seekor kelelawar pun tak terlihat.
Hanya ada beberapa serangga yang menempel di dekat mulut gua, dan beberapa hewan kecil tak berbahaya lainnya.
Biru berpikir tak mungkin ini adalah tempat para penduduk menambang, karena gua ini tidak terlalu besar. Gua ini hanya setinggi seorang pria dewasa, dan lebarnya hanya bisa dimasuki oleh satu orang secara bergantian.
"Ternyata benar bukan gua ini. Aku memang salah jalan ya?!"
Meskipun tahu dia salah memilih jalan, tapi Biru tidak berniat untuk keluar dari tempat itu secepatnya, gadis itu malah tertarik untuk menelusuri gua itu lebih dalam lagi.
Baginya itu adalah sebuah petualangan kecil yang menyenangkan.
Semakin dia memasuki gua lebih dalam, ternyata semakin lebar juga guanya. Stalaktit dan stalakmit juga semakin banyak dia temukan di dalam. Melihat keindahannya, semakin bersemangat Biru menjelajahinya.
"Gua ini ternyata lebih menarik dari yang aku kira".
Tiba-tiba langkah kaki Biru terhenti. Matanya melebar selebar-lebarnya dan rahangnya jatuh. Melihat sesuatu di dalam gua itu membuatnya terkejut dan tak percaya. Butuh beberapa lama untuk membuatnya mengembalikan kewarasannya.
Beberapa jam kemudian Biru sudah keluar dari gua. Wajahnya aneh dan ekspresinya berubah-ubah.
Kakinya berjalan kembali ke asrama, tapi hati serta pikirannya tidak pada tempatnya. Biru terus berpikir dan berpikir, tentang rencana ke depannya, dan apa yang harus di lakukannya.
Karena apa yang sudah di lihat dan temukan di gua, Biru jadi lupa tentang rencananya sebelumnya. Tadinya setelah menjelajahi gua, Biru berencana untuk kembali ke jalan bercabang, lalu menelusuri jalan sebelah kiri yang belum sempat di pilihnya.
Kini jalan kiri belum di lalui dan tambang juga belum dia temukan, Biru malah melupakannya dan sekarang dalam perjakanan pulang.
Saat ini otaknya kacau dan tidak mampu lagi perpikir. Dia merasa harus menenangkan dirinya terlebih dahulu, sebelum dirinya bisa mengambil keputusan yang benar.