Di lapangan latihan, Biru berdiri di barisan yang paling belakang. Tubuhnya berdiri tegak, dan kedua tangannya dia lipat ke belakang, meski begitu tapi kepalanya tak bisa diam. Gadis itu menyapukan pandangannya ke sekelilingnya, dari kanan ke kiri menikmati pemandangan yang sudah lama tak di lihatnya sejak dia pergi ke istana.
Sudah lama dia tidak latihan bersama seperti ini, dia juga sedikit merindukan suasanananya. Dulu Biru sering menyelinap diam-diam dari asrama untuk bolos latihan dan kabur ke pasar untuk bermain. Meskipun pengamanan asrama sangat ketat tapi Biru tetap bisa kabur dengan mudah, itu karena dia punya jalan rahasia yang membuatnya bisa keluar tanpa ketahuan.
Di kehidupan sebelumnya gadis itu selalu merasa latihan bersama teman-temannya hanya percuma saja, karena dia menganggap kemampuannya lebih baik dari pada yang lainnya, jadi menurutnya latihan bersama mereka hanya akan menghambat kemajuannya.
Setelah di pikirkan lagi sekarang Biru sadar bahwa pemikirannya saat itu benar-benar bodoh, dia hanya terlalu percaya diri dan juga terlalu meremehkan kemampuan orang lain. Berfikir bahwa kemampuannya lebih baik dari pada teman-temannya, padahal itu sama sekali tidak benar.
Kesalahan fatalnya ini baru dia ketahui dua tahun kemudian, pada saat rombongan dari istana datang untuk memilih para murid dengan kemampuan yang terbaik untuk di jadikan prajurit bayangan pangeran kedua. Karena sikap buruknya ini juga lah yang menyebabkan dia terluka parah dan hampir mati saat sedang dalam misi.
Biru sangat ingin terpilih menjadi prajurit istimewa itu. Terpilih sebagai prajurit istana artinya kemampuanmu diakui dan di hormati oleh semua orang, dan sudah pasti juga akan mendapatkan gaji yang tinggi. Apalagi prajurit bayangan bukanlah prajurit biasa, mereka adalah orang pilihan, terbaik diantara yang terbaik.
Tapi bukan itu tujuan sebenarnya dari Biru, gadis itu hanya ingin lebih dekat dengan pangeran kedua, dan berharap bisa membuatnya jatuh cinta ke padanya.
"Bodoh, bodoh sekali!" kata biru menghina dirinya sendiri, kata-katanya ini di ucapkan dengan suara pelan.
Biru merasa apa yang dirinya lakukan di kehidupan sebelumnya benar-benar bodoh, menyiakan kehidupannya yang berharga hanya untuk mencintai seorang pria yang tidak pernah mencintainya.
Sekarang tidak lagi, dia telah di berikan kesempatan kedua untuk merubah kehidupannya yang tragis di masa lalu, maka dia harus memanfaatkannya dengan baik. Dalam kehidupannya kali ini dia tidak ingin lagi mencintai pria itu, dia hanya ingin menjalani kehidupannya dengan tenang di tempat ini bersama kedua gurunya dan juga saudaranya.
"Apa, siapa yang kau panggil bodoh? kau menghinaku ya?" kata seorang pemuda di sebelah kanannya.
Pemuda yang ada di sebelahnya ini adalah Doti, salah satu teman seperguruannya. Gadis itu terkejut ternyata ada yang bisa mendengar yang dia katakan tadi, dia berpikir mungkin karena dia terlalu emosi jadi tanpa sengaja mengatakannya dengan suara keras.
"Tidak, orang bodoh yang ku maksud adalah diriku sendiri" jawabnya.
"Bagus lah kalau kau sadar diri"
Doti kembali diam dan menghadap ke depan, tapi sesaat kemudian dia kembali menoleh ke arah Biru. Di pandanginya Biru yang sedang berdiri diam sambil menghadap ke depan, dia merasa pemuda yang ada di sampingnya agak berbeda hari ini. Biasanya pemuda ini sangat sombong dan tidak pernah mau kalah saat berbicara dengan orang lain, tapi hari ini dia terlihat sangat ramah.
'Apa yang terjadi padanya, apa dia salah makan obat hari ini?'
Beberapa saat kemudian seorang pria berjenggot yang mengenakan jubah hitam muncul di depan lapangan. Pria itu adalah Guru Yon, pemilik sekaligus guru di tempat ini.
Orang tersebut mulai berbicara, "Hari ini adalah hari latihan terakhir sebelum ujian tahunan yang akan di adakan besok, karena itu latihanlah dengan sungguh-sungguh. Tidak sama seperti tahun-tahun sebelumnya, besok akan ada tamu istimewa yang akan menyaksikan ujian, jadi aku harap kalian akan menampilkan kemampuan kalian yang sesungguhnya"
Guru Yon berhenti sebentar, lalu dia berteriak "Mulai latihannya"
Setelah orang itu mengatakannya seorang pelatih segera maju di depan para murid untuk memimpin latihan bersama.
Biru memperhatikan pria berjubah hitam itu dari tempatnya berdiri. Orang itu memang benar Guru Yon, dia masih sama seperti yang dirinya ingat, hanya saja terlihat lebih muda. Gadis itu baru menyadari setelah kematiannya, di dunia ini hanya ada tiga orang yang memperlakukannya dengan tulus, dan mereka adalah keluarganya di tempat ini.
'Guru, untungnya aku bisa melihatmu lagi, aku sangat merindukanmu. Maaf Guru, karena keegoisanku di masa lalu aku malah pergi meninggalkanmu. Sekarang tidak lagi, aku tidak akan pergi lagi'
Biru bertekad ingin tinggal di tempat ini selamanya, membantu kedua gurunya mengurus dan mengembangkan perguruan.
"Hei apa yang lakukan?, cepat latihan" bentak Doti dari sampingnya.
"Oh, iya" Biru yang tersadar segera mengikuti latihan tanpa membantah.
Setelah latihan bersama selesai, barisan murid di bagi menjadi tiga sesuai dengan tingkatannya. Murid tingkat satu adalah murid pemula, biasanya mereka adalah murid yang baru mendaftar tahun ini.
Murid tingkat ke dua, adalah murid yang lebih senior tapi di tingkat ini mereka dibagi dua lagi sesuai dengan kemampuan mereka.
Yang terakhir adalah murid tingkat ketiga, mereka adalah murid yang paling senior dan akan segera lulus. Mereka sedang menjalani tahun terakhir pembelajaran mereka.
Setelah mereka lulus dari sini biasanya mereka akan segera pergi ke kota untuk mendaftar sebagai prajurit, dan sebagian lagi akan bekerja sebagai pengawal para bangsawan atau orang-orang kaya.
Setelah pembagian kelompok selesai mereka akan melakukan latih tanding antar murid dalam masing-masing kelompok. Setelah latihan selesai, baru mereka semua pergi untuk sarapan.
Tapi saat ini Biru sudah kabur ke dapur terlebih dahulu untuk mencuri makan. Gadis itu berjalan dengan ringan ke dapur sambil mengawasi keadaan, setelah merasa aman dia langsung mencomot kue kering yang tergeletak di atas meja.
Seolah tidak tahan lapar, gadis itu memasukkan dua kue sekaligus ke dalam mulutnya sehingga mulutnya penuh baru dia akan mengunyahnya.
Biru mengira apa yang dilakukannya tidak akan diketahui orang lain, dia tidak mengira kalau ada Nyonya Yon yang sedang berjongkok di samping lemari saat sedang mencari wadah untuk tempat meletakkan kue yang baru matang.
Nyonya Yon melihat gadis itu berjalan berjingkat memasuki dapur saat para pelayan sedang membawa makanan ke ruang makan para murid, dia sengaja tidak menegurnya saat itu karena sengaja ingin memberi pelajaran pada murid yang suka membolos itu.
Saat sedang asiknya Biru makan, Nyonya Yon berjalan di belakang gadis itu lalu memukul kepalanya dengan telapak tangan.
"Dasar pencuri makanan!"
Pukulan wanita itu sama sekali tidak menyakitkan, tapi itu membuat Biru terkejut sehingga dia tersedak kue yang sedang dia makan dan terbatuk tak terkendali.
Nyonya Yon jadi terkejut melihat gadis itu tersedak, wanita itu merasa kasihan sehingga dia menarik biru untuk duduk di atas kursi lalu memberikannya segelas air minum.