Biru ingin merubah hidupnya yang sulit di masa lalu, maka pertama-tama yang harus dia ubah adalah hidupnya yang miskin. Gadis itu ingin mencari uang sebanyak-banyaknya. Setelah beberapa tahun hidup di istana yang begitu mewah, Biru sadar kalau di dunia ini hampir tidak ada masalah yang tidak bisa di selesaikan dengan uang.
Seseorang akan menghormatimu karena uang, hal-hal yang mustahil pun akan jadi mungkin karena uang, bahkan Biru juga sudah sering melihat seseorang yang pada mulanya adalah musuh jadi berbalik hanya karena uang.
Biru yang ada di masa lalu terlalu lugu, dia selalu menganggap kalau cinta lebih penting dari uang. Asalkan ada cinta meskipun tidak ada uang hidupmu bisa bahagia, tapi ternyata kenyataan yang di hadapi gadis itu sangat berbeda.
Untuk itu Biru bertekad harus menjadi orang kaya, dengan punya banyak uang hidupnya akan jadi lebih mudah. Kalau dia kaya raya dia percaya kalau dia tidak perlu cinta.
Hari ini Biru ingin pergi ke kebun pak Harin. Bulan ini adalah musim panen anggur, karena itu Biru akan bekerja sebagai pemetik buah anggur di kebunnya.
Begitu gadis itu datang sudah ada orang yang bekerja memetik di kebun, kebanyakan dari mereka adalah ibu-ibu setengah tua yang tinggal tak jauh dari perkebunan.
Biru segera menghampiri pemilik kebun yang sedang memilih buah anggur yang sudah di panen sesuai dengan kondisinya, anggur dengan kondisi terbaik akan langsung di kirim ke rumah-rumah bangsawan yang sudah menjadi langganan anggur dari kebun Pak Harin, sedangkan anggur yang lain akan di kirim ke pasar atau ke tempat pengolahan anggur untuk di jadikan minuman.
"Selamat pagi Paman, maaf saya terlambat"
Pria berkulit coklat itu menoleh kearah Biru. Sebenarnya dia mau marah, tapi begitu melihat anak itu datang masih mengenakan seragamnya Pak Harin mengurungkan niatnya. Pria tua itu tahu kalau Biru adalah seorang murid dari perguruan Elang putih, dia pasti datang di sela-sela kesibukannya berlatih.
"Sudah tidak apa, langsung saja bekerja"
Biru langsung berbalik dan mengambil keranjang kosong menuju kebun untuk mulai bekerja.
Buah anggur dari kebun ini memiliki kualitas yang bagus, bentuknya bulat dan ukurannya juga besar, tapi sayang setiap kali panen raya harga jualnya akan jatuh.
Selain pria tua itu masih banyak orang lain yang memiliki perkebunan anggur di desa ini. Karena stok buah yang berlimpah tidak sebanding dengan jumlah pembeli, membuat harga jual anggur turun drastis, hal ini juga terjadi pada tahun ini.
Selain dimakan langsung dan dijadikan minuman, desa ini tidak punya cara lain untuk mengolah buah anggur. Hal ini sangat disayangkan. Kalau saja ada cara agar buah anggur lebih tahan lama.
Tiba-tiba Biru teringat cara yang diajarkan mantan koki istana kepadanya, di kehidupan yang sebelumnya. Biru jadi punya gagasan untuk mengolah buah anggur menjadi anggur kering, anggur yang sudah kering bisa tahan disimpan dalam waktu yang lama.
Meskipun sudah kering buah masih terasa lezat asalkan diolah dengan cara yang tepat, buah-buahan kering ini akan jadi populer beberapa tahun kedepan.
Semuanya berawal dari kemarau panjang yang menyebabkan kekeringan, sehingga banyak petani yang gagal panen. Karena tidak dapat diprediksi, banyak yang tidak siap menghadapinya.
Banyak orang yang kelaparan, dan dimana-mana terjadi kekacauan. Setelah itu untuk berjaga-jaga akan datangnya bencana yang serupa, orang-orang berusaha mencari cara mengawetkan makanan agar bisa tahan lama, setidaknya hingga musim panen berikutnya tiba.
Menurut ingatan Biru kemarau panjang itu akan terjadi pada tahun depan. Tidak terlalu berlebihan kalau bersiap dari sekarang.
Biru selesai memetik anggur. Bersama dengan orang-orang lain gadis itu berbaris untuk menerima upah kerja hari ini. Karena menjadi yang paling muda di antara ibu-ibu Biru menjadi populer, banyak orang yang mengajaknya mengobrol.
"Anak muda ini sepertinya seumuran dengan putraku, dia sangat rajin"
"Iya seumuran putraku juga. Kalau saja putraku serajin dia juga, aku tidak punya kehawatiran apa pun lagi"
"Anak muda berapa umurmu tahun ini?"
"Aku lima belas tahun ini" jawab Biru.
"Masih muda sekali. Kalau saja kau dua tahun lebih tua, aku pasti akan menjodohkanmu dengan putriku"
"Terlalu muda apanya, apa kau lupa kalau kau dulu menikah di umur lima belas juga?"
"Tapi kan anak muda sekarang berbeda dengan orang zaman dulu, anak muda sekarang tidak suka menikah terlalu cepat"
Biru terkejut mendengarnya, dia hanya datang kesini untuk bekerja bagaimana bisa berubah jadi ajang pencarian jodoh?.
Untung saja Pak Harin muncul di saat yang tepat
"Apa yang kalian bicarakan, apa kalian tidak lihat kalau dia ini masih seorang murid? Jangan ganggu dia, biarkan dia belajar dengan baik"
"Kemarilah nak" panggil pria itu.
"Ini upahmu hari ini" pria itu menyerahkan kantong berisi uang.
"Maaf paman, bisakah aku menukar upahku hari ini dengan buah anggur saja?" tanya Biru.
"Kau ingin anggur saja sebagai ganti upahmu, begitu?"
Gadis itu mengangguk.
Pak Harin merasa heran dengan permintaan pemuda di depannya. Dia bingung alih-alih meminta yang lain sebagai upah mengapa pemuda itu malah meminta anggur yang harganya sedang murah?. Tapi dia tak ambil pusing soal itu karena permintaan Biru justru lebih memudahkan dirinya.
"Baiklah, kamu boleh bawa yang itu" Pak Harin menunjuk keranjang besar penuh anggur di bawah pohon.
Biru tersenyum lebar melihat penghasilannya hari ini, yang ternyata lebih banyak dari yang dia kira. Gadis itu tidak perduli kalau anggur yang dia terima hanyalah buah kelas tiga, yang paling buruk kondisinya, karena pada saat musim kelaparan nanti anggur kelas satu atau anggur kelas tiga akan jadi sama saja.
Biru membawa buah anggur miliknya ke tempat penyimpanan yang sudah dia persiapkan. Gudang penyimpanan anggur yang ia temukan adalah sebuah bangunan terbengkalai, sebenarnya dulu bangunan itu adalah asrama pertama milik Elang Putih yang sudah lama ditinggalkan. Karena murid yang semakin banyak, bangunan itu sudah tidak muat lagi sehingga harus di pindah ke tempat yang lebih luas.
Sejak saat itu bangunan di tinggalkan, dan sekarang berubah fungsi jadi tempat persembunyiannya Biru. Gadis itu menganggap bangunan itu adalah tempat yang paling aman untuk kabur atau untuk menyembunyikan sesuatu, bahkan sampai dia pergi ke istana di masa lalu bangunan ini masih belum di robohkan.
Biru ingat di belakang bangunan terdapat sebuah sumur tua, sumur itu memiliki air yang berlimpah. Sayangnya pada musim kemarau di masa lalu air sumur ini tidak dapat dikonsumsi, karena kotor penuh dengan sampah tanaman dan juga beberapa bangkai hewan liar.
Untuk menjamin tersedianya cadangan air di masa depan Biru harus memeriksa keadaannya dari sekarang, dan apa bila kotor gadis itu harus segera membersihkannya secepatnya. Dia tidak mau kehilangan cadangan air yang berharga ini.