Waktu 3 hari yang Arabella rencanakan untuk menyelesaikan urusan bisnisnya di London harus pupus, bahkan sekarang sudah memasuki minggu ke 2 dia berada disana tanpa ada tanda-tanda pekerjaannya akan selesai.
Ara yakin jika saat ini berat badannya sudah turun drastis dikarenakan pola makan yang tidak teratur, dia hanya akan makan jika ingat ataupun saat perutnya mulai meronta untuk diisi.
Beruntung Arabella memiliki Aura mendominasi yang kuat sehingga sedikit perubahan pada fisiknya tidak terlalu berpengaruh pada performanya.
Dan selama itu pula, baik Ara maupun Sam sama sekali tidak pernah memberi kabar apa pun, seolah mereka memang tidak memiliki hubungan apa pun untuk hanya sekedar menanyakan kabar satu sama lain.
Hanya Jess yang selalu menelponnya dan memberitahukan hal-hal gila yang dilakukan Sam setiap datang ke Klubnya walaupun sudah berapa kali Ara tekankan jika dia sama sekali tidak peduli dengan urusan pria tersebut hingga Ara akhirnya memutuskan mematikan ponsel pribadinya agar terbebas dari teror-teror tidak penting dari sahabat tersayangnya itu untuk mengganggu pekerjaannya.
Kegiatan Arabella selama di London hanya berputar pada pertemuan-pertemuannya dengan berbagai Klien dan beberapa orang kepercayaannya. Arabella hanya akan pulang ke hotelnya saat malam, itu pun saat dia kembali ke kamar hotelnya dia masih harus memantau perkembangan bisnisnya yang berada di New York.
Inilah resiko yang harus di tanggung Arabella sebagai anak tunggal, dia tidak bisa meminta saudaranya untuk mengambil alih perusahaan selama ia mengurus masalah yang lain. Arabella juga tidak bisa membebankan urusan perusahaannya kepada sang mama karna mamanya tidak bisa terlalu kelelahan. Lagi pula Arabella sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini, namun masalah yang ia hadapi saat ini sedikit lebih besar dari biasanya.
Ddrrttt.... Ddrrttt....
Deringan ponsel mengalihkan perhatian Arabella dari berkas yang sedang ia pelajari. Arabella memeriksa ID penelpon yang ternyata adalah Mamanya.
"Halo, Sayang. Kamu apa kabar?" tanya Maria setelah panggilannya diterima.
"Halo Mom, Ara baik. Mom apa kabar?" jawab Arabella dan balik bertanya pada mamanya. Sebisa mungkin Arabella mengontrol nada suaranya agar tidak terdengar seperti orang yang kelelahan.
"Kenapa nomor pribadi kamu tidak bisa dihubungi?" tanya Maria "Mama Khawatir saat Jess menelpon mama dan mengatakan kalau kau tidak bisa dia hubungi" lanjutnya cemas.
"Ara sengaja Mom, lagian Jess hanya menelpon untuk mengganggu pekerjaan Ara, makanya Ara putuskan untuk mematikan nomor pribadi Ara" jawab Ara tenang menjelaskan.
"Oh... Syukurlah. Mama khawatir sama kamu, baru kali ini kamu pergi dalam waktu yang lama" ucap Maria lega. "Kapan kamu akan kembali?" tanyanya lagi.
"mungkin sekitar 2 atau 3 hari lagi, Mom berdoa saja supaya urusan Ara disini cepat selesai" jawab Ara, dia juga berharap pekerjaannya disini cepat selesai.
"Kamu sudah makan? Ini sudah masuk jam makan siang" tanya Maria. Saat ini di New York masih jam 8 pagi dan itu artinya di London sudah siang "Jangan sampai terlambat makan, kamu harus menjaga kesehatanmu, jangan terlalu memaksakan diri pada pekerjaan" lanjut Maria mengingatkan.
"Iya, Ara akan segera makan setelah pekerjaan Ara selesai" jawab Ara, sebenarnya Ara tidak sadar jika sekarang sudah memasuki jam makan siang, dia terlalu terfokus pada pekerjaannya yang berusaha ia selesaikan secepat mungkin agar bisa secepatnya kembali ke New York. "Ya sudah... Ara tutup telpon mama yah, Ara harus menyelesaikan pekerjaan Ara supaya b8sa segera pulang" lanjutnya.
"Baiklah... kamu jaga kesehatan disana" jawab Maria. "I Miss you"
"Miss you too Mom" jawab Ara dan setelahnya mengakhiri panggilan mereka.
*****
Saat ini Sam sedang mengadakan rapat bersama para direksinya, termasuk dengan Mikhael–papanya yang memang menjabat sebagai direktur utama di perusahaan mereka dan Sam sebagai General Manajernya.
Rapat kali ini membahas tentang perkembangan berbagai proyek yang sedang mereka garap, dan berbagai masalah internal perusahaan lainnya.
Setelah Rapat selesai dan seluruh peserta rapat sudah mulai meninggalkan ruangan, Mikhael menyuruh Sam untuk menemuinya di ruang kerjanya.
"Sam ikut papa, ke ruang kerja papa" ucap Mikhael sambil berjalan lebih dulu kearah ruang kerjanya. Sam hanya mengangguk tanpa bertanya apa pun tentang apa yang akan papanya katakan padanya. Mereka berjalan beriringan memasuki ruangan luas dimana papanya bekerja setiap hari.
Sam langsung saja menghempaskan bokongnya ke salah satu Sofa yang tersedia tanpa menunggu dipersilahkan oleh papanya, Mikhael pun memilih tempat duduknya sendiri tanpa menghiraukan tingkah putranya itu.
"Gimana keadaan Istrimu, dia sudah kembali dari London?" tanya Mikhael. Sam cukup terkejut karna ternyata papanya tau jika istrinya sedang berada dinegara lain.
"Papa tau dari mana kalau Ara di London?" tanya Sam penasaran dan tak mengindahkan pertanyaan papanya.
"Papa tidak sengaja mendengar pembicaraan mamamu dengan mama Arabella yang mengatakan jika istrimu itu sedang berada di London untuk mengurus bisnisnya yang sedikit bermasalah" jawab Mikhael santai, ia tidak tau kalau Sam sendiri sama sekali tidak tau tentang urusan apa yang dilakukan Ara disana.
"Maksud papa dengan bisnis Ara sedang bermasalah itu apa?" tanya Sam penasaran. Barulah Mikhael sadar jika putranya ini sama sekali tidak tau menahu tentang masalah apa yang sedang dihadapi oleh istrinya sendiri.
"Kau tidak tau tentang masalah yang sedang dihadapi oleh istrimu sendiri? Suami macam apa kau ini?" tanya Mikhael marah dengan kelakuan putranya ini. " Jangan bilang selama istrimu pergi, kau malah asik bersenang-senang dengan berbagai wanita?" tanya Mikhael dengan tatapan tidak percaya pada putranya, ada kilat kekecewaan disana dan Sam dapat melihat itu.
Sam diam tidak menjawab pertanyaan papanya, karna memang selama istrinya itu pergi dia kembali bersenang-senang dengan berbagai wanita yang ia temui di klub setiap malamnya, bahkan sudah seminggu pun Sam tidak pulang ke rumah Ara dan malah pulang ke apartemen pribadinya bersama wanita-wanitanya.
"Papa tidak menyangka kau setidak bertanggung jawab ini, bahkan kau sama sekali tidak peduli dengan masalah yang sedang dihadapi oleh Istrimu" ucap Mikhael lagi dengan nada kecewanya. Sam yang merasa tersudut dan tidak terima dengan ucapan papanya pun kini tersulut emosinya.
"Kami sudah sepakat untuk tidak ikut campur pada urusan masing-masing" ucap Sam tidak terima. "Bahkan dia pergi pun tanpa memberitahu Sam sama sekali" lanjutnya emosi. Sam tidak terima jika papanya terus menyalahkannya karna ketidaktahuannya tentang masalah yang sang Istri hadapi.
"Tapi setidaknya kau sedikit mencari tau apa yang sedang dilakukan oleh istrimu, papa paham jika Ara paling tidak suka urusannya di campuri oleh orang lain, tapi tetap saja, dia itu istrimu, tanggung jawab mu" ucap Mikhael lagi, kali ini nada suaranya sedikit melunak. Pria paruh baya itu menatap putranya dengan tatapan yang sulit Sam artikan. Mikhael kemudian beranjak dari duduknya di sofa dan berjalan kearah meja kerjanya dan duduk di kursi kebesarannya.
Sam yang melihat papanya telah duduk dikursi kebesarannya mengerti dengan kode tersebut dan beranjak dari duduknya dan berniat meninggalkan ruangan papanya.
"Papa berharap, saat dia kembali kau tidak akan menyesal karna kehilangannya" ucap Mikhael. Langkah Sam terhenti saat mendengar ucapan ambigu yang diucapkan oleh papanya. Siapa yang akan kembali dan siapa yang akan kehilangan? Pertanyaan itu hanya mampu disimpan oleh Sam sendiri.
*****
Sam kembali ke ruang kerjanya dengan pikiran kalut, pikirannya bercabang antara ucapan ambigu papanya dan masalah apa yang sebenarnya sedang dihadapi oleh istri dinginnya itu.
Sam merogoh saku dalam jasnya dan mengambil ponselnya, ia akan mencoba menelpon sang istri dan menanyakan kabarnya disana.
Tidak aktif, Sam mencoba beberapa kali panggilan dan hasilnya tetap nihil. Ponsel Arabella tidak bisa dihubungi, setitik rasa khawatir seketika menyerang Sam dan Sam sangat tidak menyukai perasaan itu. Sam mengubah panggilannya dan menelpon orang kepercayaannya.
"Cari tau apa yang sedang Arabella lakukan" ucap Sam dengan nada memerintah. Sedangkan orang yang di seberang sana langsung melakukan perintah bosnya. Sam meletakkan ponselnya dengan sembarangan setelah memutus panggilannya pada orang kepercayaannya.
Sam menatap tanpa minat kearah tumpukan dokumen yang tersusun rapi di sudut mejanya. Hari ini Sam sama sekali tidak berminat menyentuh pekerjaannya setelah pembicaraannya dengan papanya.
"kenapa aku harus memikirkannya? Dia sendiri yang mengatakan untuk mengurus masalah masing-masing." Guman Sam menyugar rambutnya ke belakang merasa bingung dengan dirinya sendiri. Bukankah dia tidak perlu repot-repot memikirkan keadaan Arabella? Bukankah ini sudah menjadi kesepakatan mereka dari awal?. Pikir Sam