"Jadi... apa tujuan anda meminta untuk bertemu?" Arabella mengulang pertanyaannya yang tadi.
"Boleh saya tau alasan anda menerima perjodohan ini?" Sam membalas pertanyaan yang di lontarkan oleh Arabella dengan pertanyaan pula.
Arabella menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi sambil bersedekap, menatap tanpa minat kearah pria yang duduk didepannya.
"Saya menerimanya karna ini bagian dari amanah dari mendiang papa ku" jawab Arabella santai, bahkan terlampau santai menurut Sam. "Lalu, bagai mana dengan anda?" tanya Arabella balik dengan bahasa formalnya.
"Sam, panggil saja Sam. Sedari tadi kau memanggilku dengan sebutan anda, bukankah itu terlalu kaku?" ucap Sam dengan nada tidak suka pada bahasa formal yang sedari tadi Arabella gunakan. " saya menerimanya karna terpaksa" jawab Sam pada pertanyaan Ara, ia juga mencoba menyamankan posisi duduknya seperti yang dilakukan oleh wanita didepannya itu.
"Well... berarti kita hanya menerima perjodohan bodoh ini hanya untuk mengenangkan orang tua kita masing-masing" kata Arabella sambil meraih gelas Winenya dan menyesapnya sedikit.
"Yah... seperti itulah" timpal Sam
"Jadi ini alasanmu meminta bertemu? Ingin mengetahui alasan ku menerima perjodohan ini?" tanya Arabella lagi.
"Bisa dibilang itu salah satu alasan ku" jawab Sam. Arabella mengangkat salah satu alisnya mendengar ucapan Sam, salah satu? Berarti masih ada alasan lain? Pikirnya. "Tujuan utamaku mengundangmu untuk bertemu adalah untuk membuat kesepakatan" lanjut Sam.
Arabella menegakkan duduknya tampak tertarik dengan kesepakatan yang akan di ajukan oleh pria di depannya ini. "Kesepakatan apa?" tanyanya.
"Saya ingin, setelah kita menikah nanti, masing-masing dari kita tidak boleh ikut campur dengan urusan masing-masing" ucap Sam angkuh. Ia yakin jika apa yang ia ucapkan ini akan membuat wanita yang berstatus calon istrinya itu akan kaget mendengarnya. Tapi sayang, reaksi yang diberikan oleh Arabella sungguh diluar ekspektasinya.
Arabella kembali menyadarkan punggungnya di sandaran kursi setelah mendengar kesepakatan yang diajukan oleh calon suaminya itu. Ara kira kesepakatan yang pria itu ajukan adalah hal yang menarik, tapi ternyata itu bukanlah hal yang menarik sama sekali.
Arabella menggelengkan kepalanya dengan tatapan mencemooh " harap anda jangan terlalu berharap lebih dalam pernikahan ini, saya bahkan tidak memiliki minat untuk mencampuri urusan mu itu" ucap Arabella santai. Sam tampak terkejut mendengar ucapan Arabella, apakah wanita ini tidak tertarik sama sekali padanya? Pikir Sam dan hal itu cukup melukai egonya sebagai seorang Playboy yang bisa dengan mudah menarik perhatian banyak wanita diluaran sana. "oh... dan untuk masalah pernikahan, kita hanya akan menikah di gereja dekat rumah orang tuaku tanpa undangan dan publikasi apa pun " lanjutnya memberitahukan lokasi yang akan mereka gunakan untuk melangsungkan pernikahan mereka.
Sam tambah dibuat speechless dengan fakta yang baru saja dikatakan oleh wanita cantik tapi dingin didepannya itu mengenai lokasi pernikahan mereka. Apakah wanita ini sama sekali tidak berminat menikah dengannya? Sampai-sampai pernikahan mereka hanya akan diadakan di sebuah gereja biasa. Bukankah setiap wanita memimpikan pernikahan yang mewah dan megah? Pikir Sam heran.
"Kau serius?" tanya memastikan jika pendengarannya tidak bermasalah sama sekali.
"Ya, lagi pula tidak akan ada yang berubah setelah pernikahan. Kau melanjutkan hidupmu dan saya pun akan melanjutkan kehidupanku seperti sebelum kita mengenal" ucap Ara, wanita itu merapikan sedikit penampilannya dan bersiap untuk pergi " Kalau begitu saya permisi dulu" pamit Ara beranjak dari duduknya dan mulai berjalan meninggalkan meja yang masih menyisakan Sam yang diam terpaku menatap kepergian calon istrinya tanpa bisa berbuat apa-apa.
"Shit!!!" umpat Sam setelah tersadar dari keterpakuannya. Baru kali ini Sam bertemu dengan wanita yang sama sekali tidak tertarik pada pesonanya, sedangkan diluaran sana banyak wanita yang dengan senang hati melemparkan tubuhnya dan merangkak dikakinya.
Dengan kesal Sam memanggil pelayan untuk membayar makanan mereka dan segera meninggalkan tempat tersebut. Dia butuh hiburan, dan satu-satunya tempat yang bisa memberinya hiburan adalah Klub.
Sam meraih ponselnya disaku celananya dan menelpon seseorang.
" Ketemu di tempat biasa" ucap Sam setelah sambungan telponnya diterima, dan tanpa mau mendengar balasan dari seberang sana Sam langsung memutuskan panggilan tersebut. Dengan perasaan yang masih kesal, Sam mengemudikan mobilnya menuju klub langganannya.
"Dasar... wanita sialan!!!" umpat Sam.
*****
"Tumben kesini?" ucap seorang bartender pada seorang wanita cantik yang duduk di meja bar sambil menyiapkan pesanan dari wanita tersebut.
"Lagi butuh hiburan, aku lagi banyak masalah hari ini" ucap wanita cantik tersebut memberitahu.
"Masalah apa, Mau cerita ngga? Mumpung masih sepi" tanya sang bartender penuh minat. Ia meletakkan minuman pesanan sang wanita dan ikut duduk didepan wanita tersebut.
"Bulan depan aku nikah" jawab wanita tersebut tanpa minat yang ternyata adalah Arabella.
"WHAT??? Kamu nikah? Hahahah...." seketika tawa sang bartender pecah mendengar lelucon yang diucapkan oleh Ara–sahabatnya.
"Ngga lucu" ucap Arabella dengan tatapan siap membunuh pada Jess, sang bartender sekaligus sahabatnya itu.
"Ini serius?" tanya Jess yang kali ini sudah menghentikan tawanya dan mulai bersikap serius menanggapi ucapan sahabatnya itu.
"Mom bilang ini amanah dari papa" ucap Arabella lesu dan sekarang malah menelungkupkan wajahnya di atas meja bar.
"Kalo gitu aku ngga bisa ikut campur, bisa kuwalat nanti kalo ngga laksanain amanah mendiang om Rich" timpal Jess dan di angguki oleh Ara menyetujui ucapan sahabatnya itu. Jess sangat tau kalau ini sudah menyangkut mendiang papa Ara, gadis kepala batu itu tidak akan bisa berkutik lagi. "Dijodohin sama siapa?" tanya Jess penasaran dengan pria yang di pilihkan oleh orang tua sahabatnya.
Jess sangat dekat dengan keluarga Ara dan sudah menganggapnya sebagai keluarga sendiri. Mereka berteman sejak duduk di bangku Junior high School saat mereka sama-sama baru masuk sekolah.
"Ngga tau dan ngga mau tau" jawab Ara masih dengan kepala yang tergeletak di atas meja.
"Kok jawabnya gitu sih? Kamu ngga kenal sama calon suami kamu sendiri?" tanya Jess heran dengan jawaban sang sahabat.
"Namanya Sam, hanya itu yang aku tau" jawab Ara tanpa minat. " aku ngga akan mencari tau soal keluarganya karna Mom pasti ngga bakalan pilihin calon suami dari keluarga sembarangan" lanjutnya. Ia yakin Mommy-nya tidak akan asal pilih untuk urusan pasangannya.
"Iya sih, aunty Maria ngga bakalan asal pilih. Udah ketemu sama dia?" tanya Jess.
"Sudah, makan malam tadi" jawab Ara
"Ganteng ngga? Menurut kamu penampilannya gimana?" tanya Jess penasaran. Pantes saja sahabatnya ini berpenampilan berbeda malam ini, ternyata abis ketemu calon suami, pikir Jess memperhatikan sekali lagi penampilan sahabatnya.
"Biasa aja, Nothing special. Dia sama aja kayak pria yang pernah deket sama aku" jawab Ara cuek.