Setelah menyelesaikan misi, pagi pun tiba. Licia, Ravinno, dan Ergan kembali ketempat pengobatan Nerva untuk mengecek keadaan gadis itu.
Sesampainya di sana, mereka bertiga disambut Gabriella dengan senyuman hangat. Licia hanya tersenyum singkat lalu meninggalkan Ravinno, Ergan, serta Gabriella.
"Sebegitu pentingnya gadis Neonhard itu bagi Licia, ya?", tanya Ergan yang hanya diangguki oleh Ravinno.
Ergan mengarahkan tangannya kedepan, dan kembali mengeluarkan cahaya atau lubang biru yang sebelumnya ditunjukan. Lalu ia tersenyum kepada Gabriella seolah menyuruh gadis itu masuk kelubang biru itu.
Gabriella tersenyum dan mulai memasuki lubang teleportasi itu, setelah itu Ergan menutup kembali teleportasinya dan berjalan menuju Licia, diikuti dengan Ravinno dibelakangnya.
Didalam ruangan, terlihat Licia mulai mengobati Nerva yang sudah terbangun. Nerva hanya tersenyum canggung dan hanya menuruti Licia.
Setelah beberapa saat terdiam, Nerva mulai angkat bicara. Ia bertanya tentang hubungan Neonhard dan Elphida. Licia sempat terkejut mendengar pertanyaan Nerva, tapi pada akhirnya ia menjawab pertanyaan gadis didepannya.
Bahwa, sebenarnya dulu ada dua lelaki yang tiba tiba muncul. Byan dan Reygan adalah nama mereka, bahkan mereka mengenakan seragam yang sama seperti Nerva. Hanya saja Byan dan Reygan dulu datang tidak dengan luka luka ditubuhnya.
Penyebab datangnya Byan dan Reygan adalah sihir teleportasi milik Ergan yang tidak sengaja aktif saat melakukan latihan.
Karna Ergan tak bisa mengeluarkan mantra untuk mengembalikan Byan dan Reygan, mereka terpaksa menetap untuk beberapa saat.
Byan dan Reygan mengajarkan serta memberikan banyak hal yang bermanfaat di Elphida, sehingga mereka tak sadar sudah sekitar satu tahun mereka tak bisa kembali kedunia nyata mereka.
Sampai suatu ketika, ada sebuah insiden yang menyebabkan Byan dan Reygan perlahan memudar tepat saat melakukan misi. Mereka merasa mungkin sudah saatnya kembali, karna mereka juga sudah mendapatkan kebahagiaan yang mereka impikan selama ini.
Carolina Alisa, merupakan adik perempuan Licia yang nekat untuk pergi karna menyukai Byan. Ia memutuskan untuk mengikuti Byan, dengan cara merangkulnya erat. Dan benar saja, Carolina juga ikut menghilang bersama dua lelaki Neonhard.
"Aku janji akan menjadi gadis yang baik, dan pasti akan membawa Byan kemari. Jangan khawatirkan aku kak Licia!", itulah kata terakhir Carolina sebelum menghilang.
Akan tetapi, bertahun tahun Licia menunggu kedatangan adiknya ... tetapi nihil, Carolina sama sekali tak menunjukan tanda tanda kembali.
Dan sampai saat ini, Licia masih menunggu adiknya. Ia juga sedikit membenci kota Neonhard karna telah merenggut adiknya. Tetapi ada sedikit perasaan senang dihati Licia, saat melihat gadis Neonhard ada yang datang kesini, dan karna berseragam sama.
Perbedaannya hanya ... bet yang menempel banyak pada lengan Nerva.
Licia tak peduli itu, yang penting ia merasa bahwa kesempatan menemui adiknya kembali ada.
***
Mendengar cerita Licia, Nerva hanya tercengang. Ternyata selama ini kakak alumni itu serta kakak online nya itu, adalah seorang yang pernah meninggali Elphida.
Perasaan sedih, empati, kesal, marah, serta senang tercampur aduk pada Nerva. Ia senang, karna sekurang kurangnya dulu ada yang pernah berhasil keluar didunia ini. Itu artinya Nerva juga pasti bisa keluar dari sini.
Ditengah merasakan perasaannya, Ravinno angkat bicara yang membuat pikiran Nerva buyar.
"Tapi, kau tak mungkin hanya diam disini sambil menunggu keajaiban itu datang lagi kan?", ujar Ravinno.
"Kau, ikutlah di organisasi HH!", lanjutnya.
Wajahnya memang datar, tetapi ucapan Ravinno selalu penuh penekanan.
"Mungkin dia tertekan.", pikir Nerva mulai ngawur.
Licia dan Ergan menyetujui perkataan Ravinno, dan menoleh ke Nerva penuh harapan. Semoga Nerva mau menjadi organisasi HH.
Nerva gugup, ia menjawab dengan patah patah bahwa ia masih belum bisa menggunakan sihir atau senjata apapun. Bahkan lukanya belum sepenuhnya sembuh.
Licia tersenyum, ia bersedia membantu Nerva begitu juga dengan Ergan. Ravinno hanya ikut ikut saja, toh Ravinno juga sudah mengetahui potensi Nerva yang sebenarnya dari awal.
***
Beberapa hari setelahnya, tubuh Nerva sudah pulih sepenuhnya. Dengan semangat, Nerva ingin segera memulai latihan.
Metode pelatihan Nerva dibagi menjadi tiga. Pertama, berlatih dengan Licia ... Nerva akan difokuskan untuk sihir pemulihan diri, atau bisa disebut dengan pengobatan mandiri.
Sedangkan yang kedua, berlatih dengan Ergan ... Nerva akan difokuskan untuk sihir pelarian atau teleportasi. Dan juga tentang pertahanan saat menghadapi Hercules.
Dan yang ketiga, berlatih dengan Ravinno ... Nerva akan difokuskan tentang penyerangan, bela diri, serta penggunaan senjata darurat.
Awalnya, Nerva berfikir bahwa pelatihan ini akan seru dan menyenangkan. Tetapi Nerva salah, pelatihan ini justru sngat menyakitkan.
Saat berlatih dengan Licia, Nerva diajarkan tentang tanaman tanaman di Elphida. Serta cara untuk pengobatan. Kedengarannya memang tidak susah, tetapi saat dilakukan sangatlah berat.
Nerva harus mencicipi semua tanaman liar, beracun atau tidaknya itu hanya Nerva yang merasakaan. Sesekali memakan tanaman beracun, tetapi Licia sama sekali tidak peduli, mau mati atau tidak itu tergantung pertahanan Nerva.
Sangat beruntung karna Nerva bisa menahan racunnya dengan pertahanan tubuhnya.
Benar benar tersiksa, baru hari pertama tetapi Nerva sudah seperti ingin mati. Licia membiarkan Nerva beristirahat sebentar dan pergi, Nerva sudah tak peduli ia berbaring di halaman dan hari sudah malam. Karna terlalu menikmati angin malam yang sejuk ia pun tertidur.
***
"Lia ... "
"Xelia ... "
Licia mengguncangkan tubuh Nerva pelan untuk membangunkannya, perlahan mata Nerva terbuka dan melihat Licia membawakan tanduk Karkadann berisi air.
Saat Nerva terbangun, ia tak lagi berada dihalaman melainkan di ruang pengobatan. Saat sudah sepenuhnya sadar, Licia menyerahkan tanduk tersebut dan menyuruh Nerva meminumnya.
Awalnya Nerva sempat ragu, tapi saat ia ingat penjelasan Gabriella tempo hari ia pun meminum air dari tanduk itu.
Dan benar saja, beberapa saat setelah minum tubuh Nerva merasa lebih baik.
Setelah minum, Licia meminta maaf dengan latihannya yang terlalu berat kemarin. Nerva memaafkannya dengan tawa canggung. Karna mengingat tentang Gabriella, Nerva pun menanyakan keberadaannya ke Licia.
"Oh, Gebby sudah pulang kemarin saat kau tidur.", jawab Licia singkat.
"Gebby?", tanya Nerva heran.
Licia mengangguk lalu menjelaskan kenapa ia memanggil Gabriella dengan sebutan Gebby.
Nerva hanya mengangguk angguk faham, lalu ia kembali berlatih. Tapi kali ini dengan Ergan, perasaan Nerva antara senang dan tidak. Ia senang dapat bertemu dengan Ergan sekaligus akrab dengannya. Disisi lain dia tak senang, karna pasti latihannya menyiksa lagi.
Dengan niat setengah setengah, Nerva menghampiri Ergan yang sudah menunggu. Nerva disambut dengan senyuman oleh Ergan.
"Hari ini, kita latihan apa?", tanya Nerva penasaran.
"Latihan sihir saja", jawab Ergan.
Nerva mengangguk, tanpa basa basi lagi Ergan mulai mencontohkan salah satu sihir yang biasa digunakan untuk menghindari pertarungan atau bisa disebut sihir pelarian.
Ergan mulai mengucapkan mantra, Nerva refleks menoleh ke Ergan. Dan ia malah salah fokus ke wajah Ergan, semburat tipis dipipi Nerva mulai terlihat.
Saat selesai mengucapkan mantra, keadaan sekitar menjadi penuh asapa sehingga sangat susah untuk melihat sekeliling. Nerva panik dan mulai berjalan kesembarang arah. Saat Nerva berjalan sembarangan, tiba tiba pundaknya dipegang dengan Ergan. Dan dengan segera Ergan menarik Nerva kedalam dekapannya.
Nerva sangat terkejut melihat kelakuan Ergan, karna penasaran Nerva mendongak melihat Ergan yang sedikit tinggi dari Nerva. Pandangan Nerva melihat wajah Ergan yang sangat tenang dan dengan senyum yang selalu terlukis diwajahnya.
"Kau itu jangan mudah panik dong!", ujar Ergan menoleh pada Nerva.
Kedua iris biru mereka bertemu, tetapi Nerva salah tingkah sehingga membuat Ergan terkekeh pelan. Nerva mengalihkan pandangannya, melihat asap yang tersebar. Ergan berkata bahwa ini adalah sihir yang cukup bagus untuk melarikan diri saat kewalahan bertarung.
Karna asap ini dapat melemahkan indra pendengaran sekaligus penglihatan sampai asap itu hilang, dan waktu asap itu hanya sekitar tiga puluh detik saja.
Mata Nerva berbinar, ia merasa kagum melihat sihir yang menurutnya sangat hebat. Dengan antusias Nerva meminta Ergan mengajarinya, butuh waktu lama untuk menguasai sihir ini. Dan Nerva hanya menguasai tingkat rendahnya saja, Ergan dapat memaklumi itu karna Nerva bukan penduduk asli Elphida.
Hari sudah mulai sore, Nerva dan Ergan kembali ke tempat pengobatan dan segera istirahat. Ergan juga langsung pulang. Keesokannya Nerva langsung dibawa berlatih oleh Ravinno, dan sekarang masih sangat pagi.
"Ravinno, ini terlalu pagi ... hoaamm", ucap Nerva sembari menguap.
Ravinno mengabaikan Nerva, karna pagi ini latihan didaerah pepohonan udara juga sangat dingin. Tanpa basa basi lagi Ravinno menyuruh Nerva kembali sebelum pukul tujuh pagi, setelah itu Ravinno pergi meninggalkan Nerva.
Nerva terkejut dan panik, karna ia masih belum tau seluk beluk tempat di Elphida. Belum sempat bertanya ke Ravinno, Nerva sudah ditinggal olehnya.
Perasaan takut dan kesal bercampur menjadi satu.
"Si kampret itu! Bagaimana kalau aku diserang Hercules tingkat tinggi?!", umpat Nerva.
Nerva pun terus mnyumpah serapahi Ravinno, sembari mencari jalan untuk kembali. Karna sekarang pukul lima pagi, sedangkan sebelum pukul tujuh ia harus kembali.
Nerva tak menyadari bahwa Ravinno mengawasinya dari atas pohon. Wajah Ravinno tertutup bayangan daun daun pohon, tetapi iris matanya yang berwarna biru itu sangat mengintimdasi. Sehingga jika diperhatikan akan terlihat sangat menakutkan.
Nerva sedikit kesusahan tetapi karna Nerva diberkahi kecerdasan yang luar biasa, ia pun mencari cara untuk kembali ketempat pengobatan dengan mengikuti arah yang berlawanan dari ia berangkat tadi.
"Akan kutunjukan potensimu yang sebenarnya ... Xelia Nerva.", batin Ravinno sambil menatap sinis Nerva.