Nerva tersadar, ia membuka matanya perlahan dan mencoba untuk duduk dari tidurnya. Ia meringis kesakitan karna terdapat beberapa luka ditubuhnya. Saat ingin pergi menemui Ravinno pintu ruangan Nerva terbuka dan memunculkan Licia, Ergan, serta Ravinno.
"Ah, Nerva jangan berdiri dulu! Kau perlu istirahat.", ujar Licia saat melihat Nerva berusaha berdiri.
Nerva hanya terkekeh pelan, lalu Licia mendekatinya. Ia sedikit bingung melihat Licia dengan raut wajah yang sedikit masam. Saat Nerva menanyakan penyebab Licia masam, keadaan malah jadi hening. Karna Licia tak kunjung menjawab Ravinno pun turun tangan, ia menghampiri Nerva.
Tetapi sayangnya, ia dicegat oleh Ergan dan saat Ravinno ingin mengatakan sesuatu ia malah di bungkam dengan tangan Ergan.
"Biarkan kak Licia saja, bodoh!", bisik Ergan.
Ravinno hanya mengangguk kesal dan meminta Ergan untuk melepaskan tangannya, karna Ergan tau Ravinno bukanlah tipe orang yang lembut. Pasti dia akan mengatakannya secara kasar, maka dari itu ia serahkan pada Licia.
Karna merasa sudah mengulur waktu terlalu banyak, Licia pun mulai memberi tahu Nerva pelan pelan. Ia memberi tahu sedetail mungkin, dari ilmu sihir Nerva, pertahan, healing, serta bela diri Nerva yang jauh dari kata sempurna.
Nerva membeku saat mengetahui hal itu langsung dari mulut Licia, ia tak menyangka bahwa usaha kerasnya akan jadi seperti ini. Licia yang melihat reaksi Nerva seperti itu pun mulai panik, ia bingung harus bagaimana agar Nerva tak sedih dan kecewa.
"Tapi, kau memiliki potensi Xelia.", ujar Ravinno yang membuat semua atensi beralih padanya.
Nerva sedikit tak mengerti maksud Ravinno. Saat ingin bertanya pada Ravinno, perkataannya malah sudah terpotong terlebih dahulu.
"Kami ada misi, kau istirahat saja!", perintah Ravinno kemudian mengajak Licia dan Ergan pergi. Walau Licia sempat memberontak karna ingin menjelaskan hal lain pada Nerva, tetapi sama sekali tidak dipedulikan oleh Ravinno.
***
Kini Nerva dilanda kebingungan, dia sama sekali tak mengerti perkataan Ravinno barusan. Karna tak ingin berpikir buruk, Nerva menghela napas dan kembali menidurkan dirinya, ia mencoba berpikir sebaik mungkin agar tak menimbulkan masalah.
"Aku ... punya potensi?", gumam Nerva perlahan.
Karna tak ingin berpikir berlebihan, Nerva pun pergi meninggalkan tempatnya dan mencari udara segar. Walau sudah malam, ia tetap pergi karna udara malam lebih sejuk bagi Nerva.
Ia berjalan keluar, dan memikirkan maksud perkataan Ravinno. Karna terlalu fokus memikirkan, Nerva tak sadar bahwa ia sudah memasuki hutan. Dan jaraknya lumayan jauh.
"Wah gawat aku terlalu fokus memikirkannya", ucap Nerva panik.
Nerva PoV
Sial, aku terlalu memikirkan perkataan Ravinno sampai tersesat di hutan. Ya, jujur saja aku sedikit kecewa dengan diriku sendiri. Kupikir aku sudah dapat menggunakan sihir dengan baik dan benar, tapi ternyata masih jauh dari kata sempurna.
Tapi, aku tak seberapa sedih karna dari awal aku juga sudah tau kalau aku tak begitu mahir dalam menggunakan sihir. Karna selain menguras tenaga, sihir juga membutuhkan pikiran yang fokus. Sedangkan akau selalu saja salah fokus ke wajah Ergan saat berlatih dengannya.
Aku hanya sedikit terkejut saja, karna kak Licia yang memberitahu ku.
Dan, jika dipikir kembali aku berada di Elphida sudah beberapa hari berlalu. Bagaimana keadaan di Neonhard ya? Ah, aku merindukan Salsa dan bang Reygan.
Srek! Srek!
Ah, ada seseorang disemak semak?! Tunggu, apa dia Hercules?!
Saat kulihat, kearah semak semak tadi aku tak melihat apapun. Aku yakin tadi pasti Hercules, karna aku masih belum menguasai teknik apapun aku harus segera lari.
Ku balikkan badanku dan tiba tiba ada Hercules dibelakangku ... tunggu, dia ini Medusa?!
Aku pernah membaca nya disalah satu buku perpustakaan, dia bisa merubah seseorang menjadi batu saat menatap wajahnya!
Dengan segera kututup mataku, setidaknya aku tidak boleh mati terlebih dahulu. Ini bohong kan?! Mana mungkin ada Medusa disini! Ini masih dalam pengawasan pasukan HH kan?!
"Hm, hebat juga kau langsung menghindariku bocah!", ucapnya.
Ia terdengar seperti sedang tersenyum, dia pasti meremehkanku. Apa aku akan mati disini?! Tidak! Aku tak ingin mati terlebih dahulu!
Aku hanya bisa diam, tetapi lama kelamaan aku merasa udara dingin menyentuh tanganku. Tidak, ini bukan udara melainkan Medusa itu menyentuhku.
Oh, Tuhan kumohon selamatkanlah aku dari makhluk mengerikan ini.
"Aura ini ... kau, Vespera ya!", ucapnya seperti sedang kegirangan.
Tunggu, dia bilang apa? Vespera?
Siapa itu?
"Ahaha, kita bertemu lagi Vespera! Tak kusangka kau masih hidup", lanjutnya dengan tawa yang mengerikan.
Apa maksudnya?! Dia membunuh orang yang bernama Vespera, begitu?! Tapi aku bukan Vespera.
"Baiklah Vespera, kita akan bermain lagi seperti dulu ya! Tapi karna disini ada Dryad sialan itu, kita akan bermain kapan kapan saja ya!", ucapnya menggenggam tanganku.
Dryad? Apa lagi itu?
"Kalau begitu sampai jumpa ya, Vespera!", ucap Medusa itu lalu pergi.
Kalau bisa jangan kembali ya!
Huh, baiklah aku aman kubuka mataku perlahan. Dan benar saja Medusa itu pergi, tapi mengapa kedengarannya ia sangat senang dengan Vespera ini? Jika dipikir lagi, ucapannya tadi bukanlah logat orang yang ceria, ia pasti meremehkanku.
"Oh, ya Dryad itu apa?", ucapku pada diriku sendiri.
"Ya, kau memanggilku gadis kecil?", ada suara disampingku.
Sontak aku menoleh kesamping, aku sangat terkejut karna ada seorang wanita dengan surai rambut yang seperti sulur akar berwarna hijau, warna matanya yang berwarna hijau cerah, serta gaun nya yang terlihat indah.
Eh tunggu, dia tak menapak ditanah! Dia melayang! Eh tapi tadi dia bilang jika dia Dryad?
Aku gelagapan menjawab pertanyaannya, dia terkekeh.
"Perkenalkan namaku Nayara, aku seorang Dryad yang menjaga kelestarian daerah sini", ucap nya sambil tersenyum.
Aku sebenarnya tak seberapa mengerti ... tapi, aku tak ingin membuang buang waktu dengan bertanya, jadi ku iyakan saja perkataannya.
"Anda bilang, jika anda seorang penjaga kelestarian daerah sini ya? Tetapi, tadi ada Medusa ... ", ucapku bertanya padanya. Kalimat terakhir sengaja ku gantung agar ia mau menjawab.
"Ah, selagi tidak ada yang merusuh serta merusak daerah sini maka tak akan ku beri hukuman. Baik itu manusia, Hercules, maupun Monster lain.", jawabnya ramah.
Oh, jadi begitu ... ya, sejujurnya Medusa tadi tidak menyakitiku sih. Pantas saja ia langsung pergi.
"Ngomong ngomong, gadis manis mengapa engkau disini malam malam? Jika alasanmu tidak sengaja tak akan kuterima loh.", ucapnya.
"Eh, tapi memang itu alasanku nona Nayara", ucapku.
Dia nampak kebingungan, huh sepertinya aku harus menjelaskan padanya alasan mengapa aku berada disini.
***
Setelah menjelaskan semuanya, nona Nayara pun langsung mempercayaiku dia bilang aku tak memiliki aura jahat, jadi ia percaya padaku.
Dan sekarang, ia membantuku kembali dengan sihir teleportasinya. Kuharap nanti ada Gabriella agar aku bisa mempelajari lebih lanjut tentang dunia ini.
Akupun diantar dengan selamat sampai rumah pengobatan, aku terkejut karna ada seorang gadis dengan surai rambut merah muda yang terikat. Dia sedang mencari seseorang mungkin.
Akupun memanggilnya, dia menoleh dan terkejut saat melihatku. Selang beberapa saat, dia mendatangiku atau lebih tepatnya berlari kearahku sambil menangis dan tersenyum?
Ya dia tersenyum, terlihat dari raut wajahnya yang bahagia.
"Vespera kau ... kau masih hidup?! Aku sangat senang melihatmu kembali lagi!", ucap gadis itu sambil memelukku.
Vespera lagi? Sebenarnya, Vespera ini siapa? Apa wajahku terlihat sangat mirip dengannya?
Karna tak ingin ada kesalah pahaman aku pun menjelaskan tentang diriku pada gadis ini, bahwa aku dari Neonhard yang tiba tiba dibawa kesini. Saat mendengar seluruh penjelasanku, gadis ini terlihat kecewa. Senyuman diwajahnya juga memudar, aku jadi sedikit merasa bersalah.
Ngomong ngomong nama gadis ini Stella Leonarda, dia seumuran dengan kak Licia jadi tak sopan jika memanggilnya dengan namanya saja.
"Maaf, sepertinya aku terlalu bahagia", ucapnya menunduk.
Sebenarnya, bukan masalah jika ia bahagia saat melihatku. Tetapi yang jadi masalah, aku ini dianggap Vespera jika ini terus berlanjut maka mungkin akan menimbulkan masalah baru. Dan juga, mengapa kak Licia, Ergan, ataupun Ravinno tak memberi tahuku tentang Vespera. Jika memang aku mirip.
"Oh ya, tadi mengatakan jika kau dari Neonhard kan? Apakah kau tau dimana Carolina?", ujar kak Stella.
Carolina? Tolong lah, aku sama sekali tak mengerti apa yang ia bicarakan.
Aku hanya menggeleng, melihat respon ku kak Stella kembali murung.
"Kak Stella, Dryad itu apa?", tanyaku yang berhasil membuatnya terkejut. Kuharap ia memaklumi ku karna aku belum terlalu lama disini.
***
Kak Stella, menjelaskan semua pertanyaanku. Dia membawaku masuk ke perpustakaan, setiap pertanyaanku dijawab kak Stella dengan semangat. Senyuman juga selalu terukir diwajahnya, melihat kak Stella seperti itu membuatku ikut semangat juga. Siapa sangka kami akan menjadi akrab secepat ini.
Oh ya, ternyata Dryad adalah seorang roh penghuni pohon. Para Dryad ini jarang sekali terlihat, jadi bisa dikatakan sangat beruntung jika bertemu dengan mereka. Para Dryad adalah penjaga hutan daerah mereka sendiri sendiri, mereka akan menghukum siapapun yang berani berbuat rusuh dan merusak kelestarian alam.
Maka dari itu, hutan yang berada dalam pengawasan para Dryad sangat bersih dan sejuk. Saat mengetahui semua ini aku jadi menyesal karna dulu aku sama sekali tak tertarik dengan makhluk mitologi yang diceritakan Ayana saat SMP.
***
Flashback, saat Nerva dan Ayana SMP.
"Xelia, lihat apa yang kutemukan!", teriak Ayana memasuki ruangan kelas.
Nerva hanya menatap Ayana datar, karna setiap hari Ayana selalu saja berteriak.
"Apa yang kau temukan?", tanya Nerva datar.
Ayana menyodorkan sebuah ponsel dengan website tentang para makhluk Mitologi zaman kuno, Ayana memberikan ponselnya dengan penuh semangat berharap Nerva mau membaca bersamanya.
"Dengar ya Aya, aku sama sekali tak tertarik dengan yang begituan. Jadi tolong singkirkan ponselmu, aku mau belajar!", ujar Nerva.
Ayana menggembungkan pipi nya kesal, dan pergi meninggalkan Nerva.
Flashback, off.
***
Nerva PoV
Jadi teringat masa lalu, yah walaupun Ayana itu kejam tetap saja kita berteman dekat saat SD dan SMP. Oh ya, aku juga ingin bertanya pada kak Stella tentang Vespera.
Tetapi, sayang sekali tiba tiba Ravinno masuk dan berhasil mengejutkan kami semua.