Chereads / My Best Fantasy World / Chapter 14 - Rasa Penasaran Nerva

Chapter 14 - Rasa Penasaran Nerva

Saat Nerva ingin mempertanyakan tentang Vespera, tiba tiba Ravinno masuk dan membuat dua gadis disana terkejut. Ravinno sengaja kembali lebih awal karna ia ingin melatih Nerva kembali.

Nerva pun hanya menuruti perintah Ravinno dan meninggalkan Stella sendiri. Saat perjalanan menuju latihan, mereka berdua hanya diselimuti keheningan. Baik Ravinno maupun Nerva tak ada yang memulai pembicaraan. Sebenarnya Nerva ingin bertanya tentang Vespera pada Ravinno, tapi dia tau sifat Ravinno yang tak seberapa memperdulikan sekitar ia jadi mengurungkan niatnya.

"Kau, bertemu Medusa?", tanya Ravinno ditengah keheningan.

Nerva senang, sekurang kurangnya Ravinno mau mengobrol dengannya. Ia pun menjawab pertanyaan Ravinno tadi.

"Ya, aku bertemu dengannya.", jawab Nerva.

"Nayara memberi tahu ku, jika kau bertemu Medusa dan ia mengantarmu kembali.", lanjut Ravinno.

Entah kenapa, suasana disekitar mereka menjadi dingin. Karna Ravinno berada didepan Nerva, ia jadi tak bisa melihat wajah Ravinno. Tetapi, dari nada bicara Ravinno yang sangat dingin dan penuh penekanan Nerva menjadi sedikit takut dengan Ravinno.

"Uhm, Ravinno?", panggil Nerva karna ia merasa sedikit tak nyaman dengan Ravinno.

Ravinno menghela napas lalu ia lanjut berjalan, tentu saja Nerva harus mengikuti Ravinno. Karna langkah Ravinno sangat cepat, Nerva harus melebarkan langkahnya dan mempercepat tempo berjalannya agar bisa setara dengan Ravinno.

"Apa dia sudah tau tentang Vespera?", batin Ravinno.

Nerva mencoba memberanikan diri untuk bertanya pada Ravinno, ia mendekatkan dirinya disamping Ravinno dan mencoba untuk bertanya.

"Ravinno ... apa kau tau siapa itu ... Vespera?", tanya Nerva gugup.

Ravinno menghentikan langkahnya, begitu juga dengan Nerva yang sangat ingin tau jawaban Ravinno.

"Ayo latihan, kita sudah sampai.", ujar Ravinno mengalihkan topik.

Nerva sangat kesal karna Ravinno sama sekali tak menjawab pertanyaannya dan malah mengalihkan topik. Tapi protes juga percuma, Nerva tak akan dipedulikan oleh Ravinno. Jadi ia memutuskan untuk mengikuti latihan keras Ravinno ini.

***

Kali ini, Nerva berlatih mengayunkan pedang. Latihan ini adalah latihan sederhana, tapi tidak bagi Nerva karna ia harus mengayunkan pedang itu sampai Ravinno menyuruhnya untuk berhenti.

Sudah lama Nerva nengayunkan pedang tetapi Ravinno tak segera menyuruhnya untuk berhenti, ia malah memperhatikan Nerva dengan wajah datar. Bahkan saat ini tangan Nerva serasa ingin lepas, latihan dari Ravinno sungguh berat. Bahkan Nerva berkali kali menjatuhkan pedang kayu nya karna kelelahan.

"Ravinno ... aku sudah ... tak sanggup ... ", ujar Nerva terbata bata. Napasnya tak beraturan, ia benar benar lelah.

Ravinno menatapnya sejenak.

"Sudah berapa ayunan yang kau dapat?", tanya Ravinno.

Merasa mendapat izin untuk istirahat, Nerva melepaskan pedangnya dan duduk ditanah. Ia memasang wajah bingung, ia tak tau jika ia harus menghitung jumlah ayunan pedangnya karna Ravinno tak memberi tau dari awal.

"Jika kau tak tau berapa jumlah ayunan yang sudah kau lakukan, maka kau harus mengayunkan pedang itu kembali dan mengingat jumlah ayunan pedangmu!", ujar Ravinno.

Nerva terkejut, ia juga kesal pada Ravinno. Seharusnya ia memberi tau sejak awal. Nerva melotot tak percaya pada Ravinno, sedangkan yang dipelototi hanya memasang wajah datar yang membuat Nerva kesal.

Nerva ingin protes, tapi tak bisa. Tangannya bahkan susah digerakkan.

"Yang benar saja?!", protes Nerva dalam hati.

Nerva tak bisa berbuat apapun, ia hanya bisa pasrah terhadap rekannya yang menjadi pelatihnya itu. Tetapi Nerva terselamatkan karna Ergan datang dan mengajak Ravinno pergi. Nerva terlalu lelah ia tak bisa mendengarkan suara Ergan dengan jelas, yang ia dengar hanya tentang 'sekolah' dan 'akademi'.

Ravinno menghela napas, ia menyuruh Nerva untuk istirahat. Dengan senang hati Nerva menuruti perintah Ravinno, tapi saat ia sampai di tempat pengobatan ia tak melihat Licia melainkan Gabriella yang seolah menunggu kedatangan Nerva. Nerva menyapa Gabriella dengan riang, sedangkan Gabriella hanya menjawab sapaannya dengan senyum khasnya.

"Oh ya, Gabriella apa kau tau kak Licia kemana?", tanya Nerva setelah istirahat beberapa menit.

Gabriella tampak berpikir ia meletakkan jari telunjuknya di dahi.

"Kalau tidak salah, ia pergi ke Akademi Pelatihan Khusus bersama Ergan dan Ravinno.", jawab Gabriella.

Nerva memiringkan kepalanya, ia kurang mengerti perkataan Gabriella barusan.

"Itu semacam sekolah.", jawab Gabriella seolah mengerti jika Nerva kebingungan.

Nerva mengangguk paham, ia juga ingin menanyakan siapa sebenarnya Gabriella karna ia muncul dari sihir teleportasi milik Ergan. Walau ia tau jika itu hal privasi, tapi ia tetap menanyakannya pada Gabriella ia berharap jika Gabriella tak tersinggung dengan perkataannya.

Gabriella terdiam saat mendengarkan pertanyaan Nerva ia tak tersenyum seperti biasanya bahkan ia mengalihkan pandangannya dari Nerva. Karna merasa menyinggung Gabriella, Nerva segera meminta maaf.

Terdengar Gabriella menghela napas, lalu ia berbalik menghadap Nerva dan kembali tersenyum. Satu lagi pertanyaan muncul dibenak Nerva tentang alasan Gabriella yang sangat sering tersenyum.

"Aku sebenarnya bukan manusia, aku adalah monster ciptaan organisasi HH yang mengamuk beberapa tahun lalu. Karna itu aku disegel oleh pemimpin HH, tetapi Ergan, Licia, dan Ravinno membebaskanku secara diam diam. Aku disembunyikan oleh Ergan di ruang sihirnya.", ujar Gabriella.

"Sebagai balas budi aku berjanji untuk melayani mereka bertiga, jadi setiap kali pintu sihir Ergan dibuka itu tandanya mereka membutuhkanku.", lanjut Gabriella.

Nerva terkejut, ternyata selama ini Ergan dan yang lain menyembunyikan Gabriella yang merupakan tahanan HH. Nerva sempat berpikiran jika ketiga orang itu berkhianat dari HH. Tapi pikiran negatifnya segera ia buang jauh jauh karna belum mendapat bukti apapun.

Nerva juga sempat takut dengan Gabriella karna ia monster, tapi karna selama ini Gabriella membantunya, Nerva pun membuang rasa takutnya. Nerva juga memberanikan diri untuk bertanya kepada Gabriella tentang Vespera.

"Gabriella, apa kau tau siapa Vespera?", tanya Nerva penasaran.

Karna Gabriella tak segera menjawab Nerva pun melihat Gabriella. Nerva terkejut saat melihat Gabriella yang ketakutan dan gemetaran, ia pun mencoba menenangkan Gabriella yang sangat ketakutan.

"Tolong ... jangan ... menyebut ... namanya ... ", ujar Gabriella ketakutan.

Nerva juga menjadi panik, ia mengelus elus punggung Gabriella untuk menenangkannya. Saat Gabriella sudah lumayan tenang, Nerva pun segera meminta maaf karna telah membuatnya ketakutan.

"Maaf.", lirih Nerva.

"Uhm, tenang saja aku sudah lebih tenang sekarang.", jawab Gabriella.

Tiba tiba muncul lubang teleportasi didepan Gabriella dan Nerva. Sihir ini berasal dari Ergan, karna nerasa dibutuhkan Gabriella meninggalkan Nerva dan masuk kedalam teleportasi. Setelah itu, lubang teleportasi langsung lenyap.

Kini Nerva tinggal sendiri, rasa penasarannya semakin besar. Melihat reaksi Gabriella dan respon Ravinno.

Ia berharap jika bertemu dengan Stella lagi, agar dapat menanyakan tentang Vespera.

***

Beberapa jam kemudian, Nerva yang sedang berbaring tiba tiba mendapatkan ide. Ia ingin memasuki hutan kawasan Naraya kembali dan berharap bisa mendapat informasi dari Dryad itu.

Segeralah ia berlari dengan cepat kearah hutan Naraya, saat sampai ditengah tengah hutan ia mengatur napasnya terlebih dahulu. Lalu ia mencoba memanggil nama Naraya. Panggilan pertama gagal, Naraya sama sekali tak mendatanginya.

Ia terus saja memanggil dan meneriaki nama Naraya tapi tak ada balasan sedikitpun. Ia lelah, tak tau lagi harus apa. Ia pun istirahat sebentar di bawah pohon, karna kawasan ini adalah kawasan Dryad ia jadi tak perlu khawatir tentang keselamatannya.

Belum lama ia beristirahat, Nerva tiba tiba mendapat sebuah ide untuk memanggil Naraya.

"Wahai Dryad, sang penjaga kelestarian hutan kumohon datanglah kepadaku, aku berjanji tidak akan berbuat rusuh disini.", ujar Nerva dengan suara rendah sambil menyatukan kedua tangannya berharap salah satu Dryad menghampirinya.

Tak lama kemudian muncul cahaya hijau terang didepannya dan memunculkan sesosok Dryad yang tak lain adalah Naraya. Nerva senang akhirnya ia berhasil memanggil Naraya, walau tadi ia sempat berpikir untuk memanggil Naraya dengan cara mematahkan ranting disini.

"Apa kau yang memanggilku gadis manis?", tanya Nayara yang diangguki oleh Nerva.

***

Nerva PoV

Setelah berbagai cara kugunakan untuk memanggil nona Naraya, akhirnya berhasil.

Dia memanggilku gadis manis lagi, padahal semalam sudah kuberi tau namaku. Apa dia lupa?

Kulihat ia sedang berpikir, oh mungkin ia mencoba mengingatku.

"Ah, kamu Xelia Nerva kan? Gadis yang bertemu dengan Medusa dan memiliki aura seperti Vespera.", ujar nona Naraya.

Huh, Vespera lagi. Siapa sih Vespera ini? Aku benar benar dibuat bingung disini. Tapi tujuanku kesini adalah mencari tau tentang Vespera, tanpa membuang waktu lagi aku segera bertanya pada nona Naraya tentang Vespera.

Tapi lagi lagi orang yang kutanyai tentang Vespera terdiam. Aku jadi semakin penasaran tentang Vespera. Rasa penasaranku sangat tinggi, entah mengapa aku benar benar ingin tau tentang Vespera ini.

Kulihat nona Naraya kembali tersenyum padaku, lalu menyuruhku untuk mengikutinya. Tanpa berlama lama pun aku segera mengikutinya, karna aku benar benar ingin tau tentang Vespera.

Nona Naraya membawaku ke dalam hutan, dimana terdapat pohon tinggi dengan daun yang cerah, itu adalah pohon Sky High. Aku pernah melihatnya di buku perpustakaan. Nona Naraya masuk kedalam pohon tersebut, serasa tembus. Akupun mengikutinya, walau sedikit takut.

Saat bersentuhan dengan batang pohon tiba tiba cahaya yang sangat terang memasuki indra penglihatanku, akupun menutup mataku dan tetap berjalan masuk. Saat merasa cahaya sudah hilang aku membuka mataku perlahan.

Aku sangat terkejut dengan pemandangan yang pertama kali ku lihat. Taman yang sangat hijau, udara yang menyejukkan, serta aliran air yang terlihat sangat segar. Bermacam macam bunga dengan bau yang harum, langit biru cerah dengan kicauan burung. Ini adalah pemandangan yang sangat indah, mataku tak bisa lepas dari pemandangan indah ini. Aku benar benar terpukau dengan pemandangan ini.

"Selamat datang di tempat tinggal para Dryad, Xelia Nerva.", ujar nona Naraya yang berada disampingku. Aku hanya mengangguk mengiyakan.

"Kau tadi menanyakan Vespera kan? Sebenarnya Vespera adalah raja iblis terkuat di Elphida ... sebut saja ia penguasa Elphida.", ujar nona Naraya.

Rasa bahagiaku saat melihat pemandangan ini serasa langsung hilang saat mendengar tentang hal itu.

"Hah?! Apa maksudnya?!"