Chereads / My Best Fantasy World / Chapter 15 - Raja Iblis

Chapter 15 - Raja Iblis

Mendengar kata penguasa Elphida membuat Nerva terdiam, badannya serasa membeku, mulutnya seperti terkunci. Dia tak percaya jika Vespera ternyata adalah raja iblis dan penguasa Elphida.

Jika Vespera seorang raja iblis sudah dapat dipastikan jika ia sangatlah kuat. Dia pasti seorang yang sangat hebat dalam menggunakan sihir dan pandai bertarung. Sedangkan Nerva yang masih jauh dari kata sempurna, kenapa harus disamakan dengan Vespera?

Perbandingannya sangat jauh.

"Raja iblis?!", pekik Nerva.

Nayara tersenyum dan menoleh ke arah Nerva lalu mengangguk. Ia mengajak Nerva ke bebatuan dekat sungai, karna udara disana lebih sejuk jadi obrolan pun lebih terasa nyaman.

Setelah mereka sampai di bebatuan, Nayara dan Nerva bersandar di batu yang cukup besar. Lalu mereka mulai melanjutkan obrolan.

"Raja iblis Vespera, terbunuh saat berhadapan dengan raja iblis Leon.", ujar Nayara.

Nerva hanya bisa mendengarkan dengan seksama cerita dari Nayara, dan betapa terkejutnya Nerva saat Nayara mengatakan bahwa Vespera adalah Nerva. Karna dulu, Vespera terikat sebuah janji.

"Tunggu, nona Nayara! Aku dan Vespera tidaklah sama, dia seorang penguasa sedangkan aku hanyalah gadis Neonhard yang tersesat disini!", sela Nerva.

Mendengar hal itu, Nayara hanya bisa terdiam sesaat lalu ia kembali mengulum senyuman indahnya.

"Nerva, kau percaya dengan reinkarnasi?", tanya Naraya.

Nerva sedikit tersentak karna ia tiba tiba dipanggil dengan sebutan 'Nerva'.

"Menurutku kau adalah reinkarnasi dari Raja Iblis Vespera, dan tentang panggilanku untukmu ... bukankah nama Nerva lebih cocok denganmu?", ujar Nayara sembari tersenyum.

Ditambah dengan angin yang berhembus pelan, membuat surai rambut hijau milik Nayara dan surai coklat Nerva beterbangan. Hal itu juga membuat hati Nerva merasa tenang.

"Panggil aku Nerva saja, tidak masalah kok.", ujar Nerva sembari menutup matanya menikmati suasana menyejukkan ini.

Nerva tak bisa berlama lama di dunia Dryad, ia harus segera kembali atau semuanya akan khawatir nanti. Dan seperti biasa Naraya yang mengantar Nerva sampai keluar hutan, tetapi entah kenapa Nerva tiba tiba ingin diantar sampai tengah tengah hutan saja.

Awalnya Nayara menolak demi keselamatan Nerva, tapi karna Nerva adalah gadis yang keras kepala akhirnya Nayara mengalah dan kembali meninggalkan Nerva ditengah hutan sendiri.

Kini, Nerva berjalan entah kemana ditengah hutan yang sunyi. Nerva benar benar memikirkan, bagaimana bisa ia disamakan dengan Vespera.

Karna ia terlalu fokus pada pikirannya, ia jadi tak bisa memperhatikan sekitarnya. Ia tak sengaja menginjak sebuah jebakan yang sudah disiapkan oleh seseorang, karna terlalu panik kepala Nerva tak sengaja terbentur pohon dengan sangat keras. Membuat darah dari kepalanya mengucur sangat deras, kesadarannya hampir hilang.

Nerva melihat dengan samar samar ada seorang lelaki mengenakan pakaian serba hitam, ia sedang memegang sebuah bola api. Lelaki itu adalah orang yang menjebak Nerva dan menyerangnya, tapi tak lama kemudian kesadaran Nerva hilang karna kehilangan darah cukup banyak.

"Hei, Ignis bukankah kusuruh kau menangkapnya tapi kenapa malah membunuhnya?!", pekik seorang gadis yang berjalan dari belakang Nerva.

Lelaki yang menjebak Nerva tadi dan dipanggil Ignis itu hanya memasang wajah datar.

"Dia masih hidup kak, mau kita bawa pulang?", ujar Ignis sambil mematikan bola api yang menyala dari tangannya.

"Tidak! Aku tak ingin kita terkena masalah, jadi ayo pulang dan biarkan dia disini.", ujar perempuan tersebut.

Ignis menolak, ia merasa bahwa ia harus tanggung jawab. Karna ini adalah akibat dari perbuatannya yang memasang jebakan sembarangan. Tapi hal itu ditolak oleh perempuan yang bersamanya, yang tak lain adalah kakak dari Ignis sendiri.

Karna tak ingin terjerat masalah lebih dalam lagi, kakak Ignis pun lari dengan menggenggam tangan Ignis. Walau Ignis merasa harus bertanggung jawab tapi ia tak melakukan perlawanan saat dipaksa kakaknya untuk pergi. Jadi ia meninggalkan Nerva sendiri dan menuruti keinginan kakaknya.

***

Nerva PoV

Ah, kepalaku sakit. Apa yang teriadi? Kenapa semua gelap? Apa aku sudah mati?

Tunggu! Aku tadi tak sengaja menginjak jebakan yang dibuat oleh lelaki misterius itu, jadi apa aku mati karna jebakannya?

Saat ku mencoba menggerakkan kedua tangan ku dan kaki ku, aku bisa merasakan keduanya berartih aku masih hidup. Aku bahkan dapat merasakan tangan dan kakiku, tapi mengapa disini sangat gelap?

"Hei, apa ada orang?", tanyaku.

Suaraku menggema tidak ada jawaban, aku sendiri disini. Jujur aku sedikit takut dengan gelap tapi aku merasa tenang disini. Karna tak mendengar jawaban, akupun duduk di ruangan gelap ini. Entah kenapa aku jadi sesantai ini, rasanya aku sudah terbiasa dengan ini.

Kudengar suara langkah kaki mendekatiku, tapi saat kutoleh aku tak melihat siapapun. Mungkin perasaanku saja, tapi kenapa lama kelamaan langka kaki ini semakin dekat?!

Kurasakan ada seseorang dibelakangku, aku takut tapi juga penasaran. Akhirnya aku menoleh kebelakang secara perlahan, agar dapat mengetahui siapa yang berdiri dibelakangku.

"BAA!", pekiknya mengejutkanku.

Karna terkejut aku langsung jatuh terduduk, melihat sosok perempuan yang mengejutkanku. Dia tersenyum, rambutnya berwarna coklat panjang serta warna matanya yang berwarna merah darah.

Aku melotot melihatnya karna dia ... sangat mirip denganku!

Yang membedakan hanya panjang rambut dan warna mata.

Tunggu, dia ini siapa?!

"Hai Nerva, maaf karna mengejutkanmu ya hehehe.", ujarnya sambil terkekeh dan menampakan gigi taringnya.

'Hehehe' kepalamu! Bisa bisa nya dia terkekeh setelah mengagetkanku, aku hampir jantungan karnanya.

"Nerva, hei jangan abaikan aku!", ujarnya sambil melambaikan tangannya didepan wajahku.

"Kau ... siapa?", tanyaku pada perempuan aneh ini.

Dia nampak terkejut, tapi tak lama kemudian dia tersenyum. Senyumannya bahkan terlihat sama denganku juga.

"Aku Vespera! Tega nya kau sampai tak mengenali dirimu sendiri.", ujar perempuan ini.

Aku melotot kaget apa benar dia Vespera?! Raja Iblis itu?! Tunggu, apa maksudnya dengan 'tak mengenali diriku sendiri'?!

Aku benar benar dibuat bingung dengan keadaan saat ini, pertama aku terkena jebakan lelaki itu dan aku terjebak ditempat gelap, lalu sekarang aku malah bertemu dengan Vespera. Bukankah dia sudah mati? Tapi kenapa tiba tiba ada disini?

Dia melihatku yang sedang kebingungan, lalu ia ikut duduk disebelahku dia mengatakan jika ini adalah alam bawah sadarku. Aku juga tak menyangka jika alam bawah sadar bisa ku kunjungi seperti ini, terlebih lagi dia kan sudah mati kenapa bisa ikut kesini jika ini memang benar benar alam bawah sadarku.

Dia tetap tersenyum sambil memandangiku, hahaha mengerikan sekali ya ditatap oleh Raja Iblis yang sudah mati. Awalnya aku berasumsi jika ini hanyalah ilusi, tapi dia terlihat jelas dan nyata.

Saat kutanyakan apa yang dia lakukan di alam bawah sadarku, ia langsung menjawabnya dengan jujur. Dan jawabannya benar benar membuatku terkejut, dia mengatakan jika aku adalah dia. Yang artinya, aku adalah reinkarnasinya.

Dan apa yang dikatakan nona Nayara itu benar.

Tapi aku masih tak percaya, karna bagaimanapun aku masih payah dan jika disamakan dengan Raja Iblis sepertinya membuatku tak nyaman. Aku bahkan ragu jika yang saat ini dihadapanku adalah Vespera.

"Jika kau mengatakan bahwa kau itu payah, itu sama saja dengan menghinaku!", ujarnya sambil cemberut. Terlebih lagi dia seperti tau apa yang kupikirkan.

"Sudah kubilang kan? Aku adalah kau dan kau adalah aku. Kita ini sama Nerva, yang membedakan kita hanyalah penampilan dan asal kita berada saja.", ujarnya.

Memang benar sih, tapi aku masih ragu untuk mempercayainya. Bisa saja ini adalah jebakan laki laki tadi kan?

"Nerva! Hei!", panggil seorang laki laki yang tiba tiba muncul disini.

Tapi rasanya suara lelaki ini hanya terdengar dikepalaku, dan suaranya mirip dengan suara Ravinno. Apa Ravinno juga bisa kesini?!

"Nerva, waktuku habis. Bangunlah, ada Ravinno dan yang lain sedang menunggumu bangun.", ujar Vespera sambil tersenyum.

Aku juga melihat Vespera mulai menghilang secara perlahan, tubuhnya menghilang layaknya debu yang tertiup angin.

"Potensi mu, masih belum muncul ... Nerva, tunggulah sampai waktu itu tiba ya! Sampai ... jumpa lagi ... ", ujarnya sebelum benar benar menghilang.

Dia mengatakan potensi, ini sama seperti yang Licia dan yang lain katakan. Aku masih kebingungan, tolong jangan menghilang dulu Vespera!

Ah sial, sekarang dia benar benar menghilang dan dengan begitu pandanganku juga mulai kabur.

***

Normal PoV

Beberapa menit setelah Nerva tak sadarkan diri, terlihat Ravinno sedang berjalan ditengah hutan tersebut. Ravinno baru pulang dari sekolah pelatihannya, ia pulang lebih awal dari Licia dan Ergan agar bisa masuk kehutan dan berburu beberapa Hercules atau monster. Tapi tak lama kemudian, Ravinno melihat adanya seorang gadis yang tergantung dengan posisi kaki yang terikat keatas.

Ravinno menghampiri gadis yang tak sadarkan diri tersebut, saat melihat gadis tersebut Ravinno sangat terkejut karna gadis dengan darah yang mengucur dari kepala tersebut adalah Nerva.

Ia langsung berlari kearah Nerva dan melepaskan ikatannya, karna melihat darah yang mengucur deras dari kepala Nerva, Ravinno pun menyobek lengan bajunya dan dililitkan ke kepala Nerva agar pendarahannya berhenti.

Ravinno juga mengucapkan beberapa kalimat sihir penyembuh, walau Ravinno bukan ahlinya tetapi hal itu sedikit berguna. Karna pendarahan Nerva juga berhenti, ia pun menepuk nepuk pipi Nerva perlahan dan meneriaki namanya, agar Nerva terbangun.

"Nerva hei! Kau kenapa?!", panggil Ravinno dengan suara yang dikeraskan.

Karna mendengar suara teriakan Ravinno, perlahan mata Nerva terbuka. Pandangannya sedikit kabur, karna Nerva juga sudah sadar wajah Ravinno kembali datar. Padahal dari tadi ia jelas jelas menunjukan ekspresi khawatir.

"Kau diserang Hercules?", tanya Ravinno.

Nerva mencoba memproses apa yang terjadi padanya, ia menggeleng pelan saat Ravinno menanyakan hal tersebut. Nerva mengingat dengan jelas jika ia bertemu dengan Vespera di alam bawah sadarnya.

Nerva merasakan sakit dan nyeri di bagian kepala serta kakinya.

"Ayo kembali!", ujar Ravinno.

"Ah, tapi kaki ku sakit.", jawab Nerva.

"Bukan urusanku.", sahut Ravinno.

Hal itu membuat Nerva sangat kesal, tidak adakah inisiatif dari Ravinno untuk memanggil Gabriella atau Licia agar diobati, saat memegang kepalanya Nerva merasa ada kain yang terikat dikepalanya lalu ia melihat pakaian Ravinno yang sobek dibagian lengannya, hal itu membuat Nerva kaget saat melihat banyaknya bekas luka dilengan Ravinno.

"Ayo kembali bodoh! Mau sampai kapan kau melamun?", ujar Ravinno kesal.

"Ravinno.", panggil Nerva.

"Ya?", jawab Ravinno.

"Aku ... tadi bertemu dengan ... Vespera.", ujar Nerva pelan.

Hal itu membuat Ravinno terdiam ditempat, raut wajahnya terlihat sangat terkejut. Ia berpikir bahwa yang melukai Nerva adalah Vespera yang sudah mati.

***