Sehari setelah insiden di tempat wisata, saat tengah malam Hans sedang berkeliling. Ia tak bisa tidur karna terlalu memikirkan keanehan saat Nerva tertimpa pohon dan tiba tiba menghilang. Saat itu juga Hans tak sengaja melihat Ayana akan melakukan hal bodoh.
Hans melebarkan matanya saat melihat Ayana hendak melakukan aksi bunuh diri, ia segera berlari dengan cepat ke arah Ayana dan menariknya mundur.
"Bodoh, apa kau mau lompat dari jembatan ini?!" Hans membentaknya.
"Kau bisa mati terbawa arus sungai!" lanjut Hans mengecilkan suaranya.
Ayana hanya terdiam, matanya terlihat kosong, kantung matanya sangat hitam, bahkan berat badannya sangat ringan. Ayana tersenyum dan menatap kosong Hans.
"Aku ingin bebas dari perempuan itu." Ujar Ayana sambil meneteskan air mata.
Hans mengerutkan alisnya, ia tak dapat menangkap maksud Ayana. Saat hendak bertanya kembali, Ayana tiba tiba berdiri dan pergi dari Hans. Bahkan saat Hans meneriaki Ayana untuk kembali, ia hanya diabaikan oleh Ayana.
Pertama Xelia, lalu Ayana, ini sungguh aneh. Batin Hans merasa penasaran.
Tak lama kemudian Hans mendapat panggilan dari ayahnya, karna tengah malam Hans tidak ada dirumah sudah jelas kedua orang tua nya merasa khawatir.
"Setelah urusanmu selesai, segeralah pulang!" ujar ayahnya lewat ponsel.
Hans hanya mengiyakan hal itu, orang tua Hans juga sudah memaklumi hal itu karna sudah menjadi kebiasaan Hans untuk keluar larut malam. Asalkan Hans tak macam macam.
Saat hendak kembali pulang, Hans melihat dua orang lelaki mencurigakan yang tampak seperti sedang mengikuti seseorang. Karna merasa penasaran Hans mendekati kedua lelaki tersebut.
"Apa yang kalian lakukan?" Hans menepuk pundak kedua lelaki itu.
Kedua lelaki itu tersentak dan menoleh kearah Hans, mata Hans melebar saat melihat bahwa lelaki yang dipergoki nya adalah salah satu seniornya.
"Senior Byan?" Hans mengerutkan kedua alisnya.
Sedangkan kedua lelaki yang tak lain adalah Byan dan Reygan hanya terkekeh pelan, mereka berdua mengajak Hans untuk masuk kedalam mobil mereka.
"Jadi, apa yang kalian lakukan di tengah malam begini? Dan memakai pakaian seperti itu?" tanya Hans.
Memang sangat mencurigakan melihat dua orang lelaki dengan pakaian serba hitam, dan memakai masker layaknya stalker, terlebih lagi gerak gerik aneh dari mereka.
"Sebelumnya perkenalkan dulu, aku Reygan." Reygan tersenyum sambil memperkenalkan dirinya.
Hans mengangguk singkat lalu menyebut namanya, ia kebingungan saat Reygan menjalankan mobilnya. Sempat mengira bahwa ia akan diculik tapi ia percaya dengan seniornya, lagipun apa yang mereka dapatkan jika menculik Hans?
Hans membuka ponselnya dan mengirim pesan kepada kedua orang tuanya bahwa ia akan menginap dirumah temannya.
"Senior kita mau kemana?" tanya Hans.
"Ke apartement Reygan," jawab Byan.
Hans hanya mengangguk, setelah itu mereka sama sama diam. Tak ada satupun yang membuka pembicaraan, di dalam mobil hanya ada keheningan.
"Hans, apa yang kau lakukan di jembatan sana tengah malam begini?" Byan memecah keheningan.
Hans yang awalnya hanya memandangi jalanan kini atensi nya beralih ke Byan.
"Aku tak bisa diam dirumah karna memikirkan kasus Xelia." Ucapnya membuat Byan dan Reygan terkejut.
"Jadi kau juga menyelidiki kasus Nerva?" Reygan kini ikut angkat bicara.
Hans mengangguk, lalu Byan terkekeh pelan membuat Reygan dan Hans menoleh ke arahnya. Byan merasa jika Hans bisa digunakan sebagai rekan untuk menyelidiki semua kejanggalan yang ada. Serta kasus pembunuhan akhir akhir ini, kebetulan juga ayah Hans seorang detektif.
Byan menjelaskan semuanya kepada Hans, mulai dari rasa curiganya, tentang Elphida, sihir, dunia paralel, kasus Nerva, serta hal hal yang bersangkutan lainnya.
Reygan hanya diam, ia fokus menyetir mobilnya sambil mendengarkan penjelasan dari Byan. Sesekali ia ikut menyampaikan pendapatnya pada Hans.
Awalnya Hans tak percaya dengan itu semua, tetapi saat mengingat bahwa Byan bukanlah orang yang suka bercanda sembarangan, membuat Hans percaya. Ditambah dengan kejadian aneh akhir akhir ini membuat Hans semakin yakin.
Hans pun menyetujui untuk bekerja sama dengan Byan dan Reygan. Tak lama kemudian mereka sampai di apartemen Reygan, mereka membicarakan semuanya didalam.
Hans melihat lihat sekeliling, ia dapat memastikan bahwa Reygan adalah seorang animator saat melihat ke meja terdapat banyak sketsa gambar. Dan yang lebih menarik perhatiannya adalah kabel, kartu memori, baterai, aaluminium, serta bongkaran alat komunikasi lainnya.
"Senior, ini semua untuk apa?" Hans mengambil lensa kamera.
"Oh itu, kami sedang ingin merancang sesuatu ... seperti alat perekam, mungkin." Ujar Byan menjelaskan.
Hans kembali mengerutkan alisnya.
"Kan bisa beli, untuk apa susah susah membuat?" tanya Byan kembali.
"Kami ingin sekalian memberi sedikit sihir pada alat itu nanti." Kini Reygan ikut menjawab.
"Bukankah kalian tak bisa menggunakan sihir di dunia ini?" Hans semakin penasaran.
Reygan menghela napas, ia tak menyangka jika Hans akan sangat penasaran seperti ini. Ia memerintahkan Hans untuk meletakkan lensa tersebut dan duduk. Reygan pun mulai menjelaskan ulang rencananya dengan Byan, walau sebenarnya Reygan malas akan hal itu. Tetapi itu juga diperlukan agar Hans tak salah mengambil langkah yang nantinya akan merepotkan banyak pihak.
Langkah pertama rencana Reygan dan Byan adalah menyelidiki adanya Carolina, gadis Elphida yang ikut keluar bersamanya dulu. Ini artinya Carolina sekarang berada di kota Neonhard, dan ia tak seharusnya berada disini.
Hal ini juga ada hubungannya dengan pembunuhan yang terjadi, Reygan dan Byan berasumsi bahwa semua pembunuhan adalah ulah Carolina.
Carolina adalah salah satu dari bawahan raja iblis di Elphida, jadi kemungkinan besar ia memangsa korban korbannya maka dari itu mayat dari pembunuhan ini tak ditemukan, karna sudah dimangsa oleh Carolina.
Dan untuk beberapa korban yang selamat dengan luka cukup serius dan hilang ingatan, itu merupakan perbuatan Carolina juga. Karna dulu, Reygan masih mengingat dengan jelas bahwa senjata utama Carolina adalah cakaran dari kuku nya yang panjang dan runcing.
Untuk masalah hilang ingatan, itu adalah sihir yang Carolina gunakan. Agar ia tak tertangkap penduduk sekitar, bagaimanapun juga keberadaanya masih rahasia.
Itu semua adalah asumsi Reygan dan Byan, dan saat ini mereka masih menyelidiki apakah benar itu semua adalah ulah Carolina. Maka dari itu mereka keluar tengah malam dan mencoba untuk mencari kejanggalan di tempat sepi, siapa tau Carolina tiba tiba datang dan melakukan aksinya.
Tapi karna mereka tertangkap basah oleh Hans, mereka memundurkan penyelidikan itu dulu.
"Jadi begitu, memang sih kejadiannya lumayan masuk akal," gumam Hans.
Karna Hans sudah memutuskan untuk membantu penyelidikan, Hans mulai mempertanyakan bagaimana rupa Carolina pada Reygan dan Byan. Siapa tau juga secara tidak sengaja ia bertemu dengan Carolina.
"Ia memiliki tinggi rata rata, kulit serta rambutnya putih, serta memiliki warna mata merah darah. Dia gadis albino, tapi karna ia bawahan raja iblis warna matanya saja yang berbeda." Jawab Reygan.
Entah kenapa saat itu pikiran Hans langsung tertuju pada Ayana, ia bingung kenapa tiba tiba seperti itu. Padahal menurutnya Ayana sama sekali tak memiliki hubungan dengan ini semua.
Tak lama kemudian, alarm berbunyi menunjukan pukul satu malam. Ini sudah termasuk pagi hari, Hans tak menyangka jika waktu berlalu begitu cepat. Dan Hans juga sudah mulai merasa mengantuk, melihat hal itu Reygan memerintahkan Hans untuk beristirahat. Karna bagaimanapun juga Hans adalah bocah SMP, jika waktu tidurnya terkuras terus akan menjadi bahaya bagi kesehatannya.
Reygan sendiri sedang menyelesaikan proyeknya, bagaimanapun juga ia adalah seorang pekerja. Sedangkan Byan melanjutkan penyelidikannya, walau sudah diperintah Reygan untuk beristirahat tapi Byan sangatlah keras kepala. Ia malah mencari cari berita untuk diselidiki.
Hans memilih untuk tidur di sofa, karna ia merasa tak enak jika harus tidur dikamar Reygan. Saat hendak menutup mata tiba tiba pikiran random nya berulah.
"Apa selama ini senior Byan tinggal berdua dengan kak Reygan?" Hans bergumam pelan.
Merasa pikirannya sudah melenceng kemana mana, Hans menggelengkan kepalanya.
"Tidak tidak, berhenti memikirkan hal bodoh." Ujarnya pada dirinya sendiri.
Melihat keanehan dari Hans, Byan mendekatinya dan hendak bertanya. Tapi saat itu juga, ponselnya berdering. Byan mendapat panggilan dari ibunya untuk segera kembali ke rumah, karna pagi pagi buta Byan sudah berkunjung ke tetangga.
Mendengar suara ibu Byan yang sangat keras, Hans mengedipkan matanya berkali kali. Saat itu juga Hans sadar bahwa Byan tinggal di apartemen juga, lebih tepatnya bersebelahan dengan milik Reygan.
Ternyata mereka bertetangga. Batin Hans merasa lega karna pikiran random nya terjawab.
Karna tak ingin membuat ibunya marah, Byan segera berpamit untuk kembali ke apartemennya, dan Hans juga sudah terlelap karna saking lelahnya.
***
Beralih ke rumah Ayana, terdengar rintihan dari kamar Ayana. Tapi rintihan tersebut tak terdengar hingga keluar, karna kamar Ayana sudah dilengkapi oleh peredam suara. Ayana juga merintih pelan merasakan cakaran pada tubuhnya, darah mengalir dengan deras sehingga membasahi lantai kamar Ayana.
Selain rintihan Ayana, terdengar juga suara kekehan kecil seorang gadis.
"Ayana, sekarang sudah saat nya untuk itu," gadis itu tertawa dengan nada rendah, "serahkan darahmu, Ayana." Gadis itu kembali terkekeh.
Ayana hanya pasrah, dirinya lelah. Terlebih lagi saat mengetahui bahwa kecelakaan Nerva itu adalah ulah gadis didepannya saat ini. Yang berarti, Nerva sengaja dibunuh oleh gadis gila dihadapannya ini.
Setiap hari Ayana harus menyerahkan darahnya untuk diminum oleh gadis ini, jika Ayana tak mau melakukan apa yang ia perintahkan maka gadis ini tak segan segan membunuh semua orang dekat Ayana.
Contohnya saja adiknya, yang sudah di bunuh dan dimangsa oleh gadis ini hanya karna Ayana tak melakukan tugasnya dengan baik.
Ya, gadis itu gila. Dia memakan dan membunuh manusia tanpa rasa belas kasih.
***