Tidak untuk para siswi yang masih berada di dalam kelas, mereka tersenyum sipu melihat kehadiran Victor. Banyak yang sudah tau kalau mereka ada hubungan, dan ada yang mendukung, juga memberikan support. Tapi, ada juga yang tak suka.
Rean yang masih duduk di bangkunya menunggu Rena pun tak menoleh melihat Victor, Josen masih menyelesaikan game milik Rean yang tak kunjung menang, sehingga membuat dirinya sendiri gregetan dan ingin membantu Rean menyelesaikan game itu.
"Lo gini aja nggak bisa, bisa lo tuh apaan si?" protes Josen yang hampir menang.
"Udah, menangin aja. Nggak usah banyak komen," jawab Rean tak menoleh sedikitpun pada Josen. Cowok itu berdecak dan terus memainkan gamenya.
"Ya udah deh, gue balik dulu yak!" pamit Rena berjalan meninggalkan mereka berdua di kelas. Rean yang melihat Rena sudah berjalan keluar kelas, langsung bangkit dari duduknya.
"Mainin sambil jalan, ayo!" ucap Rean menarik kasar lengan Josen.
Josen pun hanya pasrah dan berjalan di belakang tubuh Rean saat ia melepas tarikannya. Seperti itulah kedekatan mereka.
Saat melihat mereka bertiga sudah jauh, cowok itu masuk ke kelas dan langsung duduk di bangku yang tadi di duduki oleh Rean. Ia hanya terdiam tanpa berbicara apapun pada Yunbi.
Yunbi yang melihat pacarnya itu terdiam hanya menyernit bingung. "Kenapa? Bukannya kamu biasanya juga ekskul? Kalo kamu disini cuma diemin aku—"
"Udah, ayo pulang!" ucapnya sambil menarik tangan Yunbi sedikit kasar, ia terlihat menahan sakitnya karena cengkeraman tangan Victor cukup erat. Ia juga memohon pada cowok yang ada di hadapannya agar melepas cengkeramannya. Namun, Victor tidak mendengarkan dan justru mempercepat langkahnya.
"Vic ... sakit, plis, lepasin!" mohon Yunbi dengan meronta-ronta tangannya.
"Victor!!" teriak Yunbi yang sudah terisak pelan dengan merintih kesakitan. Victor menghentikan langkahnya, dan membalikkan tubuhnya. Namun, ia tidak melepaskan cengkeramannya.
"Vic! Kamu kenapa? Plis lepasin tanganku!" mohon Yunbi dengan lirih.
"Nggak! Jawab pertanyaan ku, kamu ada hubungan apa sama cowok yang tadi bareng kamu ke sekolah?!" tanya Victor dengan ketus.
"Ak-aku nggak ada apa-apa sama dia," jawab Yunbi. "Plis, lepasin. Sakit, Vic!" rintih Yunbi.
Victor yang tidak tega melihat cewek di hadapannya itu kesakitan, perlahan ia melepaskan cengkeramannya. Yunbi memegangi tangannya yang terlihat membiru, ia berusaha untuk tidak kembali menangis.
"Kamu pulang sendiri, aku harus anter Nessa pulang. Dia tadi ngeluh kepalanya pusing," ucapnya langsung berjalan meninggalkan Yunbi yang masih terpatung menatap punggung Victor.
Air mata yang selama ini ia tahan pun kini terjun bebas ke pipinya, ia terisak pelan dengan melihat pergelangan tangannya yang membiru. Selalu saja begini, ia selalu di nomor duakan. Dia selalu cemburu saat melihat Yunbi bersama cowok lain, tapi dia sendiri?
"Pacar kamu itu aku, atau Nessa, Vic?"
***
"Lo kenapa bisa deket sama ketos? Bukannya dia itu keliatan banget benci sama lo, Ren?" tanya Josen yang membuat Rena hanya tersenyum paksa.
"Gue juga enggak ngerti. Dia tiba-tiba baik," ucap Rena jujur.
Hubungan Rena dan Ryu sedikit dekat dalam waktu tiga hari ini. Rena sendiri tidak tau maksud cowok itu mendekatinya, dan ia selalu mengingat ucapan Rean yang harus waspada kalau bersama Ryu. Sahabatnya itu selalu memantau mereka dari kejauhan tanpa sepengetahuan Rena. Ya kalau di bilang memang sedikit berlebihan, tapi bukan Rean namanya kalau tidak melindungi gadis itu.
"Loh, Yunbi? Kok lo sendirian? Kak Victor mana?" tanya Rena yang melihat Yunbi berjalan seorang diri. Gadis itu tersenyum paksa melihat Rena, juga cowok yang selalu ada di samping teman dekatnya itu.
"Victor ada rapat osis," ucap Yunbi yang terpaksa bohong.
"Terus lo balik sama siapa?"
"Naik bus mungkin?"
"Bareng Josen aja, kebetulan searah sama Josen."
Josen pun hanya menatap Rena dengan tatapan ingin menolak, tapi ia tak bisa membiarkan seorang gadis yang sedang bersedih naik bus sendirian. Dengan terpaksa cowok itu menyetujuinya. "Iya, deh. Yuk balik," ucap Josen menarik tangan Yunbi lembut.
"Bisa lembut juga dia?" tanya Rena yang tertawa kecil, karena ini pertama kali melihat Josen yang baik pada cewek lain selain dirinya. Meskipun Josen terkenal dengan humoris, dan mudah akrab dengan orang lain, Josen termasuk tipikal orang yang sedikit kasar.
"Ren, balik bareng gue deh, yuk?" ucap seseorang dari belakang.
Rean menoleh lebih dulu dengan senyuman menyeringai. "Lo nggak liat? Atau lo buta? Rena balik bareng gue!" ketus cowok itu dengan menggandeng tangan Rena.
Cowok itu adalah Ryu.
Ryu hanya tersenyum paksa, dan melihat ke arah Rena. "Yang kasih keputusan itu bukan lo, tapi Rena!"
"Ren, lo pilih siapa?" tanya Rean.
Rena menghela napas, lagi-lagi seperti. Kemarin pagi ia terlambat gara-gara harus memilih berangkat bersama dengan siapa, dan pada akhirnya ia berangkat bersama dengan bundanya. Dan sekarang? Ia harus memilihnya lagi? Seharusnya ada Josen disini, sehingga ia akan memilih Josen. Tapi Tuhan mengatur skenario lain.
"Kelamaan!" ucap Ryu yang langsung menarik tangan Rena dengan lembut. Dan terlambat bagi Rean untuk menahan tangan sahabatannya itu.
"WOI! LO CURANG!" teriak Rean yang melihat mereka sudah sedikit jauh.
"Gua ada urusan sama dia, jadi gue pinjem!" sahut Ryu dengan berteriak, dan membuat Rean berdecak kesal.
"Pinjem? Lo kata dia barang?!" ketus Rean dengan bergumam.
***
"Jadi lo ada urusan apa sama lo? Gue enggak pernah bikin masalah sama lo. Gue harus balik sama Rean!" tanya Rena yang sudah di parkiran bersama Ryu. Tentu saja itu sedikit membuat Rena risih karena harus menjadi pusat perhatian banyak murid yang berada di parkiran. Sedangkan Ryu? Ia hanya diam dengan mengeluarkan motornya. Ia memberikan helm pada Rena.
Rena dengan ragu mengambil helm itu, dan menunggu cowok itu memakai jaket, juga helmnya. "Udah, naik aja," ucap Ryu yang menyuruh Rena naik ke motornya.
Rena menghela napas panjang, ia terus berdoa dari dalam hati agar cowok ini tidak berbuat macam-macam. Saat hendak naik, tangan Ryu menahan lengan Rena, sehingga membuat cewek itu sedikit tersentak kaget. "Kenapa?" tanya Rena yang melihat cowok itu turun kembali dari motornya.
Ia membuka tasnya, dan mengeluarkan sesuatu yang membuat Rena sendiri penasaran. Ternyata Ryu mengeluarkan jaket pink, dan ia memakaikan jaket itu ke pinggang Rena. Cewek itu sendiri tak tau pemilik jaket pink ini, karena ini tak mungkin milik si ketos.
"Kenapa?" tanya Rena yang berpura-pura tidak tau.
"Lo pake jaket itu, biar paha lo nggak kelihatan. Motor gue tinggi, banyak cowok yang matanya pengen gue colok," ucap Ryu seraya menutup tasnya kembali. Ia memakai tas itu di depan, agar tempat duduknya tak sempit.